Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan Hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan

Sabtu, 29 Januari 2011

Inilah Caranya Agar Anak Kita Terhindar Dari Autisme

Autisme telah jadi momok yang menakutkan bagi setiap orang tua atau calon orang tua yang akan mempunyai anak. jumlah anak penderita autisme terus meningkat. banyak isu yang telah beredar mengenai penyebab autisme. yang terpenting adalah jangan menunggu sampai anak kita yang terlanjur menjadi korban, karena pencegahan jauh lebih baik daripada pengobatan. inilah beberapa tips agar anak kita tidak menjadi korbannya.

1. Waspadai pemberian vaksin, termasuk program yang diwajibkan. Untuk membantu Anda mendapatkan detail pengetahuan mengenai vaksin yang kontroversial, Anda bisa memanfaatkan fasilitas Search Engine Internet dengan kata kunci “vaccine hoax danger”.

Atau Anda bisa membeli buku yang berjudul “Children With Starving Brain” karya Jaquelyn McCandless, diterjemahkan dan diterbitkan oleh Grasindo. Penulis buku ini adalah seorang dokter yang sangat berpengalaman dan juga nenek yang sangat perhatian terlebih bagi cucunya, Chelsey, yang terdiagnosa autis. Buku yang diciptakannya begitu sarat akan sumber informasi yang kompeten, praktis, dan mudah dipahami. Bila Anda tertarik dalam penanganan biomedis yang efektif bagi autisme, Anda memerlukan buku ini.

Ada pendapat bahwa pemberian vaksin yang mengandung Thimerosal masih tergolong aman karena atas dasar jumlah anak-anak penderita autis lebih sedikit dibandingkan yang tidak menderita autis setelah diberikan vaksin. Beberapa pihak menyimpulkan bahwa Thimerosal tidak mengakibatkan autisme, bila anak kita sehat dan tidak berbakat autisme. Tetapi diduga imunisasi dapat memicu memperberat timbulnya gangguan perilaku pada anak yang sudah mempunyai bakat autisme secara genetik sejak lahir.

Pernyataan tersebut ada benarnya bahwa bagi kebanyakan anak tidak punya “bakat” terhadap autisme. Namun perlu dipertimbangkan juga, bagaimana kita bisa tahu pasti apakah anak kita punya bakat autisme atau tidak, kalau tidak dengan cara SUDAH MENDERITANYA?! Apakah Anda mau Anda menderita autis terlebih dahulu baru diketahui bahwa, “Oh anak saya ternyata ada bakat autis”?!

Ada banyak cara melindungi anak dari berbagai penyakit tanpa harus vaksin dan bahkan jauh lebih aman dibandingkan vaksin, seperti misalnya pemberian ASI yang baik, suplementasi multivitamin dan multimineral, serta menjaga anak dari mengonsumsi makanan-minuman tidak sehat.

2. Lindungi anak Anda supaya SEMAKSIMAL MUNGKIN terhindar dari racun lingkungan seperti misalnya pestisida, herbisida, merkuri, aluminium, dan fluoride pada makanan-minuman serta produk perawatan tubuh.

3. SEMAKSIMAL MUNGKIN lindungi anak Anda dari paparan radiasi HP, Wi-Fi, dan teknologi wireless lainnya karena anak-anak sangat rentan terhadap bahaya radiasi elektromagnetik dibandingkan orang dewasa.

4. Berikan anak Anda makanan dan minuman yang kaya akan enzyme, multimineral, multivitamin, protein, dan lain-lain. Anda bisa menambahkan suplemen tertentu untuk memenuhi kebutuhan gizinya seperti misalnya dengan madu, royal jelly, bee pollen (bee pollen adalah makanan terlengkap kedua sesudah ASI), propolis, VCO, Transfer Factor, minyak ikan, dan lain-lain.

5. Menghindari susu olahan adalah KEHARUSAN bagi penderita autis. Siapapun yang tidak melakukannya dalam menangani autis sama saja dengan menipu diri sendiri karena penderita autis memiliki permasalahan kasein pada susu. Ini juga termasuk semua produk susu seperti misalnya es krim, yogurt, dan keju.

6. Selama masa terapi, hindarkan anak Anda dari gula (kecuali dari madu, gula aren, dan pemanis stevia), pemanis buatan, minuman jus buah olahan, soda, french fries, dan tepung terigu.

7. Penuhi kebutuhan anak akan vitamin D baik dari mengonsumsi minyak ikan atau terpapar sinar matahari selama 10-20 menit di antara jam 10.00 – 14.00. Vitamin D akan membantu otak anak untuk terhindar atau menaklukkan autisme. Detail info mengenai terapi matahari di kala siang bisa Anda lihat di link:

http://healindonesia.wordpress.com/2009/06/27/sinar-matahari-yang-sehat-adalah-siang-bukan-pagi/

8. Sering-seringlah berkomunikasi dengan anak Anda sejak awal dan selalu berikan sentuhan kasih karena komunikasi verbal dan sentuhan kasih dari orangtua mampu meningkatkan sistem imun anak dan meningkatkan sistem metabolismenya.

Healindonesia, Dt. Awan (Andreas Hermawan)

Link referensi:

http://articles.mercola.com/sites/articles/archive/2008/04/24/how-jim-carrey-and-jenny-mccarthy-s-son-recovered-from-autism.aspx?aid=CD12

http://www.aap.org/advocacy/releases/Oct07autism.htm

http://articles.mercola.com/sites/articles/archive/2003/07/02/pasteurized-milk-part-three.aspx

http://www.cnn.com/2008/US/04/02/mccarthy.autsimtreatment/index.html

Ibu-ibu di AS Gugat Vaksinasi

Hidayatullah.comPemberian vaksin kepada anak-anak yang bertujuan meningkatkan kekebalan tubuh malah dirasa bermasalah. Itulah yang kini terjadi pada ibu-ibu di Amerika Serikat (AS). Mereka merasa bahwa vaksin dengan bahan pengawet thimerosal yang diberikan kepada anak-anak mereka telah memicu sindrom autisme.
Thimerosal adalah senyawa organomerkuri. Di AS, thimerosal biasa digunakan untuk antiseptik dan antifugal. Kandungan merkuri thimerosal bisa mencapai 49 persen.
Ibu-ibu yang merasa dirugikan kemarin mengajukan gugatan ke pengadilan. Pengacara mereka berusaha menunjukkan bahwa bahan pengawet yang menggunakan merkuri dapat memicu gejala autisme.

Sebagai bukti nyata, seorang anak laki-laki dari Portland, Oregon, akan menjalani serangkaian tes untuk membuktikan hal itu. Pengacaranya menyatakan bahwa bocah tersebut sebelum divaksinasi dalam kondisi sehat, bahagia, dan normal.
Tapi setelah divaksinasi dengan thimerosal, kondisinya mengalami kemunduran. Jika hal itu terbukti benar, ratusan keluarga tersebut akan mendapatkan uang kompensasi.
Secara keseluruhan, hampir 4.900 keluarga telah mengajukan klaim ke Pengadilan Federal AS (pengadilan yang menangani klaim melawan pemerintah AS, Red). Mereka menyatakan bahwa vaksin tersebut menyebabkan autisme dan masalah-masalah saraf pada anak-anak mereka.
Pengacara dari keluarga yang mengajukan gugatan menyatakan bahwa mereka akan menunjukkan bukti bahwa suntikan vaksin yang mengandung thimerosal menyebabkan endapan merkuri di otak. Zat merkuri tersebut telah membangkitkan sel otak tertentu yang memicu autisme sehingga anak cenderung acuh.
“Di beberapa anak, ada cukup merkuri untuk membuat pola neuroinflammatory kronis yang dapat memicu penyakit autisme regresif,” ujar Mike Williams, salah seorang pengacara para ibu tersebut.
Badan ahli khusus dari pengadilan telah menginstruksi penggugat untuk melakukan tes untuk membuktikan teori penyebab autisme tersebut. Mereka juga menunjuk tiga ahli untuk menangani kasus itu.
Tiga kasus di kategori pertama pernah didengar dan diajukan tahun lalu, namun sampai saat ini belum ada keputusannya. Kasus yang disidangkan kemarin difokuskan pada teori kedua tentang penyebab autisme.
Teori tersebut menyatakan bahwa thimerosal yang terdapat dalam vaksin menyebabkan autisme. Para pengacara keluarga itu berharap bisa meyakinkan para ahli bahwa thimerosal menyebabkan peradangan yang memicu autisme regresif.
Namun, banyak di antara anggota komunitas medis merasa skeptis terhadap klaim tersebut. Mereka takut klaim itu akan mengakibatkan beberapa orang tidak melakukan vaksinasi atas anak-anaknya.
“Yang saya sayangkan adalah orang-orang yang antivaksin akan beralih dari satu hipotesis ke hipotesis berikutnya tanpa menengok kasus di belakangnya,” ujar Dr Paul Offit, direktur pusat pendidikan vaksinasi di rumah sakit anak Philadelphia.
Sebenarnya, beberapa tahun belakangan thimerosal telah dihilangkan dari standar vaksinasi anak-anak, kecuali dalam vaksin flu yang tidak dikemas dalam satu dosis. Pusat pengendalian penyakit AS (Centers for Disease Control/CDC) menyatakan bahwa vaksin flu yang mengandung thimerosal hanya tersedia dalam jumlah yang terbatas.
Pada 2004, institut obat-obatan di AS telah mengadakan penelitian tentang penggunaan thimerosal dalam vaksin. Berdasar penelitian tersebut, tidak ada bukti-bukti nyata yang menunjukkan bahwa penggunaan thimerosal dapat memicu autisme pada anak-anak.
Meski demikian, ratusan keluarga yang menuntut mempunyai pendapat berbeda. Berdasar pengalaman, anak-anak mereka menderita gejala autisme setelah pemberian vaksin dengan thimerosal tersebut.
Website yang dirilis pengadilan menunjukkan bahwa lebih dari 12.500 klaim telah diajukan sejak program vaksinasi dengan thimerosal pada 1987. Dari keseluruhan klaim tersebut, 5.300 klaim adalah kasus autisme dan lebih dari USD 1,7 miliar (Rp 15,7 triliun) telah dibayarkan. Website itu juga menyatakan bahwa saat ini lebih dari USD 2,7 miliar (Rp 24,94 triliun) dana yang berasal dari pajak pertambahan nilai telah disediakan untuk meng-cover jika terjadi masalah dalam program vaksinasi. [ap/cha/berbagai

sumber/www.hidayatullah.com