Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan Hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan

Selasa, 05 Januari 2010

ANAK ANDA CERDAS


ANAK ANDA CERDAS?

Apakah anak Anda cerdas? Ya? Tidak? Bingung? Kira-kira acuan apa yang Anda gunakan untuk menjawabnya? Sebagian besar orangtua biasanya akan menggunakan nilai rapor sebagai acuan kecerdasan anak. Anak-anak yang memperoleh ranking, pandai berhitung dan kuat menghafal cenderung dikategorikan cerdas.

Lalu, bagaimana dengan anak-anak yang tidak mendapatkan ranking? Bagaimana dengan anak-anak perkampungan kumuh Brasil yang jago bermain sepak bola, tetapi mungkin tidak tahu perkalian? Bagaimana pula dengan para pelaut zaman dahulu yang mengarungi samudera hanya dengan mengandalkan konstelasi bintang di langit? Apakah mereka juga dapat dikategorikan cerdas?

Kalau pertanyaan tersebut disampaikan kepada Howard Gardner, tanpa ragu-ragu profesor Universitas Harvard ini pasti akan mengiyakannya. Dalam konsep Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) yang dicetuskan pada tahun 1983, Gardner mengelompokkan kecerdasan menjadi tujuh tipe, yaitu kecerdasan musik, kinestetik-tubuh, logika-matematika, bahasa, spasial, interpersonal dan intrapersonal.

Teori itu dilandasi oleh fakta bahwa kerusakan di bagian otak tertentu akan membuat seseorang kehilangan kemampuan atau keterampilan tertentu. Jadi, Gardner meyakini bahwa masing-masing tipe kecerdasan diatur oleh bagian otak yang berbeda, misalnya tipe kecerdasan interper- sonal diatur oleh lobus frontal, sedangkan tipe spasial diatur oleh spasial-belahan otak kanan.

Gardner merumuskan kecerdasan sebagai kemampuan untuk menyelesaikan suatu persoalan atau menghasilkan produk dalam lingkup suatu budaya atau komunitas. Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan persoalan bervariasi dari mengarang cerita, menyusun komposisi musik, meluluskan negosiasi politik, sampai dengan menentukan langkah skak-mat.

Masing-masing tipe kecerdasan akan tercermin dari produk atau prestasi yang ditampilkan pemiliknya. Hanya saja tampilan produk ini dipengaruhi oleh faktor budaya yang ada. Misalnya kecerdasan bahasa di suatu masyarakat menghasilkan seorang pengarang cerita handal, sementara di lingkup komunitas lain berkembang menjadi seorang orator.

Kecerdasan Musik
Kecerdasan musik sangat jelas ditampilkan oleh Yehudi Menuhi yang pada usia tiga tahun jatuh cinta pada biola, dan menjadi pemain biola internasional pada usia 10 tahun. Tipe kecerdasan ini berkembang dengan sangat baik pada musisi, penyanyi dan komposer. Sementara kecerdasan kinestetik-tubuh lebih banyak dikuasai oleh olahragawan, penari, pemahat, maupun dokter bedah.

Kecerdasan logika-matematika dapat membantu seseorang menemukan solusi persoalan yang melibatkan perhitungan angka, sedangkan kecerdasan bahasa meliputi kemampuan dalam hal mengarang, membaca maupun berkomunikasi verbal. Tipe kecerdasan ini banyak dikuasai oleh mereka yang berprofesi sebagai sastrawan, penyair, wartawan, presenter, maupun orator.

Para navigator, arsitek, desainer interior maupun pemain catur dapat digolongkan sebagai mereka yang menguasai kecerdasan spasial. Tipe kecerdasan ini memudahkan seseorang untuk menentukan arah, menggunakan peta, dan melihat objek dari berbagai sudut.

Memukau, mempengaruhi, dan terampil membina hubungan dengan orang lain adalah ciri-ciri dari mereka yang memiliki kecerdasan interpersonal. Dengan keterampilannya dalam membina hubungan dengan orang lain, mereka sangat cocok mengambil profesi sebagai guru, psikolog, tenaga pemasaran atau negosiator.

Jika kecerdasan interpersonal membantu seseorang untuk memahami dan bekerja dengan orang lain, maka kecerdasan intrapersonal memudahkan seseorang untuk memahami dan bekerja dengan dirinya sendiri. Orang dengan tipe kecerdasan ini mampu memahami hal-hal yang ada di dalam dirinya dan menggunakannya sebagai alat untuk mengarahkan tingkah lakunya sendiri. Berbeda dengan tipe lainnya, perwujudan tipe kecerdasan ini membutuhkan perpaduan dengan tipe kecerdasan lainnya, misalnya perpaduan dengan kecerdasan bahasa akan melahirkan karya sastra yang berisi pemikiran atau filosofi menakjubkan.

Seseorang dapat memiliki beberapa tipe kecerdasan sekaligus, hanya intensitasnya saja yang berbeda-beda. Mungkin saja komposisinya adalah satu tipe kecerdasan yang menonjol dan beberapa tipe kecerdasan lain yang sedang-sedang saja. Sebagai contoh konkret, untuk menjadi penyanyi sekaliber Kris Dayanti, memiliki kecerdasan musik saja tidaklah cukup. Diperlukan juga kecerdasan kintestetik tubuh (berekspresi lewat gerakan tubuh), linguistik (mengolah komunikasi), dan interpersonal (membina relasi dengan penggemar atau media).

Sayangnya tidak semua tipe kecerdasan ini dihargai oleh masyarakat. Sekolah pun cenderung lebih menghargai tipe kecerdasan logika-matematika dan bahasa. Seorang siswa dengan nilai matematika 9 namun memperoleh nilai 5 pada pelajaran olahraga tidak akan dianggap bermasalah.

Sebaliknya, seorang kapten tim dengan nilai matematika 5 akan dianggap memiliki masalah. Mengikuti kursus matematika sepertinya telah menjadi suatu keharusan, sedangkan kursus musik masih dianggap sebagai barang mewah. Apalagi kecerdasan interpersonal yang sepertinya terlupakan untuk dikembangkan sejak usia dini.

Cara belajar di sekolah yang lebih banyak menggunakan metode ceramah dan membaca buku ajar juga hanya menguntungkan siswa dengan tipe kecerdasan linguistik dan logika. Padahal siswa dengan tipe kecerdasan yang berbeda memiliki cara belajar yang berbeda. Sebaiknya sekolah memiliki berbagai metode pengajaran yang dapat mengakomodasi kebutuhan semua tipe kecerdasan.

Siswa tipe musik lebih cocok mempelajari materi yang dikaitkan atau dikemas dalam bentuk musik. Siswa tipe kinestetik dapat menghafal dengan bantuan gerakan tubuh, sedangkan tipe spasial akan sangat tertolong bila materi pelajaran dikemas dalam bentuk tabel, grafik, diagram atau mind-mapping. Belajar kelompok akan lebih sesuai untuk siswa dengan tipe interpersonal, tetapi akan menyulitkan siswa tipe intrapersonal yang lebih cocok untuk belajar seorang diri.

Kegagalan di Sekolah
Penekanan yang berlebihan pada tipe kecerdasan logika-matematika dan bahasa membuat peluang sukses di sekolah sepertinya hanya tersedia bagi anak-anak dengan kedua tipe kecerdasan ini. Kegagalan di sekolah jelas akan mempengaruhi perkembangan kepribadian dan masa depan mereka. Oleh sebab itu masyarakat dengan sekolah-sekolah semacam ini akan lebih banyak dipenuhi orang-orang yang gagal atau yang dianggap gagal.

Identifikasi kecerdasan majemuk berbeda dengan pengukuran konsep kecerdasan tradisional yang dapat dilakukan dengan tes terstandardisasi. Tes IQ yang ada saat ini hanya dapat mengidentifikasi tipe kecerdasan bahasa, logika-matematika, spasial dan sebagian tipe interpersonal.

Untuk melakukan identifikasi terhadap tipe kecerdasan majemuk, Gardner lebih menganjurkan agar orangtua dan pihak sekolah menyediakan beragam sarana dan prasarana yang terkait dengan ketujuh tipe kecerdasan tersebut. Setelah itu, amati bidang apa yang lebih diminati oleh anak, seberapa mendalam ia mengeksplorasi hal tersebut, dan sejauh mana ia menikmati aktivitas yang dilakukannya.

Proses identifikasi ini harus melibatkan peran serta orangtua, guru, teman dan anak itu sendiri dalam rentang waktu yang tak dapat ditentukan. Sebagai contoh, dalam mengidentifikasi tipe kecerdasan anak usia SD, Gardner menggunakan berbagai kegiatan termasuk kegiatan bermain. Di antaranya adalah "permainan berburu harta karun" yang mengukur kemampuan anak dalam membuat kesimpulan logis, "persepsi musik" yang mengukur kemampuan anak dalam membedakan nada.

Ada pula "storyboard" yang mengukur rentang keterampilan berbahasa, "portfolio seni" yang dinilai dua kali dalam setahun tentang penggunaan garis, bentuk, warna, ruang, detil dan desain, gerakan atletik untuk mengamati koordinasi, keseimbangan dan kekuatan tubuh dalam berbagai jenis olahraga, dan "model kelas" untuk mengukur kemampuan anak dalam mengobservasi dan menganalisa kejadian dan pengalaman sosial di kelas.

Kurungan Ayam
Apabila ingin mencari indikator dalam waktu singkat (namun kurang dapat diandalkan), Anda dapat mengajak anak Anda ke sebuah ruangan yang berisi berbagai macam alat dan permainan dari ketujuh tipe kecerdasan. Amatilah alat permainan dan jenis aktivitas yang menarik perhatian mereka. Cara ini mengingatkan kita pada upacara turun tanah dalam adat Jawa, di mana anak diletakkan dalam kurungan ayam berisi berbagai benda. Benda yang diambil dipercayai akan menjadi profesinya kelak.

Walaupun tipe kecerdasan ini terkait pula dengan natur seseorang, namun rangsangan dari luar tetap diperlukan agar kecerdasan yang dimiliki dapat terwujud dalam hasil karya yang nyata. Memperkenalkan anak pada berbagai jenis aktivitas dinilai akan lebih bermanfaat daripada memfokuskannya pada satu bidang saja. Pemberian rangsangan yang dibatasi pada satu tipe saja akan membuat tipe kecerdasan lainnya (yang mungkin juga dimiliki anak) menjadi mati dan tak dapat berkembang.

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan gencarnya penelitian, tidak tertutup kemungkinan akan ada tipe kecerdasan baru yang tereksplorasi. Pada tahun 1999, Gardner sedang mempertimbangkan tipe kecerdasan naturalis sebagai tipe ke-8, yaitu kemampuan untuk bekerja sama dan menyelaraskan diri dengan alam. Hal itu menunjukkan bahwa kelebihan anak Anda yang selama ini tidak pernah Anda anggap sebagai bukti kecerdasan, mungkin saja suatu hari akan dinyatakan sebagai tipe kecerdasan.

Nah, setelah membaca uraian di atas, dapatlah Anda dengan yakin menjawab pertanyaan "Apakah Anak Anda Cerdas?"