Ia meminta dipanggil Jill saja. Menganut Islam beberapa tahun lalu, dia kini mantap menjadi Muslimah. "Insya Allah, Islam akan saya bawa sampai maut menjemput," ujarnya. Berikut kisahnya tentang pilihannya pada Islam:
"Saat remaja, saya bekerja sampingan di sebuah restoran milik orang Palestina. Ya, pemilik itu seorang Muslim. Ini kali pertama saya, remaja kulit putih kelahiran Amerika, bersinggungan dengan Muslim. Dia shaleh. Dia memperlakukan karyawan dengan "hati". Dia menyambut siapa saja dengan ramah, bersalamaan. Dia sangat berbeda dengan Muslim yang saya kenal.
Masuk kuliah, saya memutuskan memilih jurusan sejarah timur tengah. Di sini, saya mengenal lebih jauhtentang Islam dari perspektif sejarah. Siapa penyebar ajaran Islam, bagaimana dia, apa isi ajarannya, dan seterusnya. Hati saya makin tertawan pada Islam. Namun saat itu belum memutuskan menganut Islam.
Pada perjalanannya kemudian, saya berkenalan dengan seorang pemuda yang mengenalkan saya pada sufisme Islam. Dari pemuda yang di kemudian hari menjadi suami saya ini, saya menyimpulkan satu hal tentang Islam: agama yang logis dan knowledgeble. Satu kata yang selalu saya ingat: "Jill, islam adalah agama yang logis. Dia bukan hanya agama, tapi jalan keluar untuk hidup."
Dan saya membuktikannya. Setiap kali ada masalah, Islam membimbing saya untuk tenang dan keluar dari masalah itu. Ajaran Islam juga bisa diterima akal. Bahkan, misalnya, untuk hal remeh kenapa wanita harus mengenakan jilbabpun, ada alasan logis yang bisa diterima akal.
Saya memutuskan berislam tidak dengan cara membabi buta. Saya mempelajarinya lebih dulu. Saya orangnya sangat berhati-hati. Betul, calon suami yang mengenalkan saya lebih jauh pada Islam, tapi pendapatnya bukan harga mati bagi saya. Saya tetap mengikuti kelas pendidikan Islam, bertanya pada teman-teman yang lain, dan seterusnya. Intinya, saya terus belajar.
Menganut Islam adalah hal terindah dalam perjalanan hidup saya. Insya Allah, saya akan membawanya hingga maut menjemput. Berislam, bukan sekadar mengucap syahadat, selesai. Insya Allah, saya akan terus belajar tentang Islam, meningkatkan dan terus menjaga keimanan saya. Insya Allah, semoga Allah selalu membimbing saya."
"Saat remaja, saya bekerja sampingan di sebuah restoran milik orang Palestina. Ya, pemilik itu seorang Muslim. Ini kali pertama saya, remaja kulit putih kelahiran Amerika, bersinggungan dengan Muslim. Dia shaleh. Dia memperlakukan karyawan dengan "hati". Dia menyambut siapa saja dengan ramah, bersalamaan. Dia sangat berbeda dengan Muslim yang saya kenal.
Masuk kuliah, saya memutuskan memilih jurusan sejarah timur tengah. Di sini, saya mengenal lebih jauhtentang Islam dari perspektif sejarah. Siapa penyebar ajaran Islam, bagaimana dia, apa isi ajarannya, dan seterusnya. Hati saya makin tertawan pada Islam. Namun saat itu belum memutuskan menganut Islam.
Pada perjalanannya kemudian, saya berkenalan dengan seorang pemuda yang mengenalkan saya pada sufisme Islam. Dari pemuda yang di kemudian hari menjadi suami saya ini, saya menyimpulkan satu hal tentang Islam: agama yang logis dan knowledgeble. Satu kata yang selalu saya ingat: "Jill, islam adalah agama yang logis. Dia bukan hanya agama, tapi jalan keluar untuk hidup."
Dan saya membuktikannya. Setiap kali ada masalah, Islam membimbing saya untuk tenang dan keluar dari masalah itu. Ajaran Islam juga bisa diterima akal. Bahkan, misalnya, untuk hal remeh kenapa wanita harus mengenakan jilbabpun, ada alasan logis yang bisa diterima akal.
Saya memutuskan berislam tidak dengan cara membabi buta. Saya mempelajarinya lebih dulu. Saya orangnya sangat berhati-hati. Betul, calon suami yang mengenalkan saya lebih jauh pada Islam, tapi pendapatnya bukan harga mati bagi saya. Saya tetap mengikuti kelas pendidikan Islam, bertanya pada teman-teman yang lain, dan seterusnya. Intinya, saya terus belajar.
Menganut Islam adalah hal terindah dalam perjalanan hidup saya. Insya Allah, saya akan membawanya hingga maut menjemput. Berislam, bukan sekadar mengucap syahadat, selesai. Insya Allah, saya akan terus belajar tentang Islam, meningkatkan dan terus menjaga keimanan saya. Insya Allah, semoga Allah selalu membimbing saya."