Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan Hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan

Sabtu, 24 Februari 2018

Ustadz Abdul Somad Hadiri Konsolidasi Dukungan kepada TGB




REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Tim Relawan Tuan Guru Bajang (TGB) Provinsi DIY menggelar pertemuan perdana di Baitul Kilmah, Sewon, Bantul, Yogyakarta, Jumat (23/2). Pertemuan ini digelar dalam rangka konsolidasi dukungan dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.

Ketua Tim Relawan TGB Provinsi DIY, Muhammad Rofik Mualimin mengatakan, pertemuan ini dihadiri seluruh Alumni Al Azhar yang ada di DIY. Pertemuan ini juga dihadiri Ustadz Abdul Somad (UAS).
"Tadi kita sudah ngobrol-ngobrol dan Ustadz Abdul Somad mendukung 100 persen," ujar Rofiq kepada Republika.co.id di Sewon, Bantul, Jumat (23/2). Dalam pertemuan ini, lanjut Rofiq, Tim Relawan TGB di DIY membahas soal pembentukan struktur tim relawan dari tingkat provinsi hingga desa-desa yang ada di DIY.

Nantinya, tim relawan ini akan melakukan sejumlah agenda yang bertujuan untuk mengenalkan TGB kepada masyarakat DIY. Rofiq menilai, TGB merupakan figur yang sangat tepat dan membawa angin segar untuk perubahan Indonesia lebih baik ke depan.

"Harapannya, TGB mampu membawa Indonesia baru karena latar belakang beliau sebagai ulama dan umara. Tim Relawan Jogja siap memberikan dukungan penuh kepada TGB sebagai pemimpin Indonesia baru 2019," ujarnya.




Ribuan Santri Sambut Kehadiran TGB di Medan



REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Ribuan santri Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudlatul Hasanah, Medan, Sumatera Utara, menyambut antusias kehadiran Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Haji (TGH) Muhammad Zainul Majdi. Para santri tersebut ingin mendengar langsung nasihat dan motivasi dari gubernur yang lebih dikenal Tuan Guru Bajang (TGB) tersebut.
Selama ini, mereka hanya dapat menyaksikan nasehat dan motivasi itu lewat media. Namun pada Jumat (23/2) lalu, Gubernur peraih leadership awards itu pun tak segan memberi motivasi dan mengobarkan semangat belajar ribuan santri.

"Jangan pernah berpikiran macam-macam saat belajar di pondok pesantren. Yang penting belajar mengaji kepada para kiai, sekaligus belajar beragam ilmu pengetahuan lainnya sebanyak-banyaknya. Insyaallah, akan dimudahkan segala jalan menuju keberhasilan di masa depan," pesan TGB saat Tabligh Akbar bertajuk"Urgensi Kepemimpinan dalam Islam".
TGB mengaku saat menempuh pendidikan di pesantren tidak pernah berpikir akan menjadi seorang kepala daerah. TGB mengatakan hanya belajar dengan sungguh-sungguh kala itu.
"Saat saya mondok di Ponpes Nahdlatul Wathan di Pancor, Lombok Timur dulu, tak pernah terpikir sama sekali bakal menjadi seorang gubernur. Nah adik-adik ini juga siapa tahu bakal menjadi seseorang yang lebih dari saya," ucap TGB.

Menurut doktor ilmu tafsir Alquran Universitas Al Azhar itu, ilmu pengetahuan dan teknologi atau sains modern tak pernah bertentangan dengan Alquran. Oleh karenanya para santri harus percaya diri untuk belajar ilmu dan aplikasi terapan modern, di samping ilmu-ilmu agama. Santri tak boleh minder dengan siswa-siswi dari sekolah umum.
TGB mencontohkan program di sejumlah ponpes di NTB sejak 2011. Melalui MoU dengan Universitas Mataram, saat itu dibuat program penerimaan jalur khusus kepada 10 santri terbaik di bidang akademik dan penghafal Alquran per tahunnya. Hasilnya, pada 2016 lalu, 10 dokter baru berlatar belakang santri tercetak dengan nilai kelulusan atau indeks prestasi termasuk terbaik, rata-rata di atas 3,7.
 
"Itu bukti konkret, santri lulusan pondok pesantren tak kalah kualitasnya dengan mereka yang lulus dari sekolah umum. Asal rajin, tekun dan selalu percaya diri, persaingan di ranah apapun pasti bisa dimenangkan," kata TGB menambahkan.






Bisakah TGB Jadi Lawan Berat Jokowi?


Gubernur NTB TGB Zainul Majdi mengikuti pengajian rutin Kitab Tafsir Jalalain asuhan KH Maimoen Zubair di Ponpes Al Anwar, Sarang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Ahad (18/2).




REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama-nama baru alternatif calon presiden (capres) penantang Joko Widodo (Jokowi) mulai bermunculan. Salah satunya Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi. Memang, sampai saat ini elektabilitas sang gubernur belum diperhitungkan. Namun, TGB diprediksi bakal menjadi lawan berat Jokowi pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 mendatang

Pengamat politik sekaligus analisis komunikasi politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, mengatakan, belum diperhitungkan elektabilitas TGB dalam bursa capres ataupun cawapres karena sosok TGB yang kalem dan tidak ambisius.
“Memang kalau dibandingkan dengan Gatot (mantan panglima TNI Gatot Nurmantyo--Red), elektabilitasnya masih kalah. Tapi, kalau dimajukan sebagai capres, TGB akan lebih berpeluang menjadi lawan berat Joko Widodo dibanding Prabowo yang maju,” ujar Hendri, Jumat (23/2).
Munculnya nama alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo, itu, kata Hendri, karena umat membutuhkan figur pemimpin. Kemudian, mereka yang non-Islam juga mensyaratkan toleransi dari umat Islam. Apalagi, TGB terpilih menjadi gubernur selama dua periode serta dianggap berhasil memimpin NTB. Fakta ini bakal menjadi modal kuat untuk bisa menantang Jokowi dan capres atau cawapres lainnya.
“Selain sangat toleran dan berhasil memimpin NTB, TGB juga memiliki pengetahuan Islam yang sangat bagus dan dalam. Dia juga hafiz (hafal Alquran--Red),” kata Hendri.
Memang, Hendri melanjutkan, sejauh ini belum ada satu partai politik (parpol) pun yang secara resmi meminang TGB untuk maju pada Pilpres 2019. Namun, bila elektabilitas TGB perlahan mengalami peningkatan, dipastikan parpol akan mendekatinya.
"Kemungkinan paling besar yang pertama adalah Partai Demokrat, tapi kalau mereka tetap memaksakan AHY, TGB akan lepas. Karena saat ini, elektabilitas TGB lebih bagus dibanding AHY."
Berdasarkan hasil survei Media Survei Nasional (Median) pada Februari, elektabilitas Jokowi dan Prabowo Subianto, sebagai kandidat capres paling kuat pada 2019, mengalami penurunan tipis.
Menurut Direktur Eksekutif Median Rico Marbun, dari survei kepada 1.000 responden dengan margin of error sekitar 3,1 persen dan menggunakan metode multistage random sampling tersebut, ada beberapa nama capres alternatif yang justru mengalami kenaikan elektabilitas.
Di antara capres alternatif di luar Jokowi dan Prabowo tersebut muncul nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. “Elektabilitas mantan menteri pendidikan itu melonjak menjadi 4,5 persen dari sebelumnya pada Oktober 2017 sebesar 4,4 persen,” kata Rico.
Kendati demikian, Rico berpandangan, meskipun ada peningkatan elektabilitas, Anies tetap harus membuktikan kinerjanya di DKI Jakarta sebagai gubernur. Sebab, Anies yang sekarang bukanlah Anies yang dulu yang hanya dilihat dari aspek citra kepribadiannya.
“Beda Pak Anies yang sekarang dengan Anies sebelum dia jadi gubernur. Kalau sekarang, masyarakat melihatnya dua hal, citra kinerjanya dan pribadinya. Jadi, kalau cuma citra pribadi yang bagus, misalnya dizalimi dan sebagainya, tapi kinerjanya di Jakarta enggak bagus, ya sulit, ya sama saja,” kata dia.
Karena itu, tahun ini merupakan tahun pembuktian bagi Anies jika ingin melangkah di Pilpres 2019. “Kalau Anies Baswedan dianggap gagal dalam mengurus Jakarta, ya mungkin suaranya tidak bisa naik. Jadi, pencitraan saja. Tahun ini jadi pembuktian dia bisa atau enggak (mengurus Jakarta),” ujar Rico. (Pengolah: eh ismail).



Warga Banten Deklarasi Dukungan untuk TGB Zainul Majdi Maju di Pilpres 2019





TRIBUNNEWS.COM, BANTEN - Dukungan terhadap Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi untuk maju pada Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2019-2024 terus bermunculan di berbagai daerah.

Setelah Sumatera Barat dan Yogyakarta, kali ini dukungan serupa muncul dari Provinsi Banten.
Elemen masyarakat Banten yang tergabung dalam Forum Peduli Banten (FPB), Kamis (22/2/2018) mendeklarasikan dukungan mereka terhadap TGB Zainul Majdi untuk maju sebagai calon Presiden RI 2019-2024.

Deklarasi tersebut dilaksanakan di kawasan alun-alun Kota Serang, yang merupakan Ibu Kota Provinsi Banten. Tampil membacakan deklarasi tokoh masyarakat Banten H Yunadi Syahroni.
"Kami mewakili aspirasi masyarakat Banten yang nasionalis dan religius mendorong munculnya sosok ulama pemimpin dan pemimpin ulama seperti Tuan Guru Bajang Zainul Majdi untuk menjadi pemimpin bangsa ini," ujar Ketua Forum Peduli Banten Harri Zaini seperti dalam keterangannya.
Harri menegaskan, sejak dahulu, peran ulama telah sangat menonjol baik dalam perjuangan merebut kemerdekaan hingga peran dalam membangun umat di berbagai bidang di masa kemerdekaan ini.
"Kakek Tuan Guru Bajang sendiri, Muhammad Zainuddin Abdul Madjid adalah seorang pahlawan nasional," kata Harri.

Jasa Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddīn Abdul Madjīd atau lebih dikenal sebagai Maulana Syeikh selain ikut memperjuangkan kemerdekaan adalah mampu menyatukan umat Islam untuk menerima ideologi negara Pancasila.

"Ini memperlihatkan semangat kebangsaan dan ke-Islaman berjalan seiring," tegas Harri.
Semangat perjuangan Tuan Guru Bajang yang diwarisi dari kakeknya ini, kata Harri, sejalan dengan semangat masyarakat Banten umumnya yang juga banyak melahirkan ulama sekaligus pejuang kemerdekaan pendiri bangsa.

Di antaranya adalah KH Syam'un, pimpinan Brigade I Tirtayasa Tentara Keaman Rakyat (TKR) di era perjuangan kemedekaan dan KH Abdul Fatah Hasan, anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Wajar, kata dia, jika masyarakat Banten merindukan negara ini dipimpin oleh sosok ulama yang berjiwa nasionalis. "Terlebih beliau adalah seorang hafidz Al Qur'an 30 juz, yang itu menunjukkan bahwa beliau adalah seorang yang sangat cerdas," tegas Harri.
Kecerdasan itu, kata Harri juga tercermin dari kemampuan Tuan Guru Bajang dalam memimpin Provinsi Nusa Tenggara Barat.

"Tuan Guru Bajang terbukti mampu mengubah NTB dari sebuah provinsi miskin dan rawan pangan menjadi gudang beras dan pangan nasional," tegas Harri.
Dalam konteks Banten, provinsi di ujung barat Pulau Jawa ini, kata dia, juga bisa berharap dapat meniru apa yang dilakukan Tuan Guru Bajang di NTB.

"Di sini kami punya semua sektor yang ada di sana, perikanan ada, pertanian ada, dan pariwisata juga ada, seharusnya kami juga bisa sejahtera dengan mengedepankan sektor-sektor tersebut," tegas Harri.
Karena itu, kata dia, wajar jika masyarakat Banten ikut mendukung kehadiran sosok seperti Tuan Guru Bajang untuk memimpin bangsa ini.

"Kami warga Banten yakin dan percaya, sosok Tuan Guru Bajang Zainul Majdi mampu melanjutkan prestasi kepemimpinannya pada level nasional. Karena itu, kami warga Banten, sekali lagi mendeklarasikan: "Mendukung agar Tuan Guru Bajang Dr H Zainul Majdi MA, untuk maju sebagai calon Presiden Republik Indonesia tahun 2019-2024," pungkas Harri

 

 


Pemuda Tani Sumatera Barat Deklarasi Dukung TGB Zainul Majdi Maju di Pilpres 2019


Deklarasi dukungan pemuda tani yang tergabung dalam Forum Komunikasi Pemuda Tani Sumatera Barat (FKPT Sumbar) untuk Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Dr. TGH. Muhammad Zainul Majdi, M.A maju di Pemilihan Presiden 2019-2024.



TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Para pemuda tani yang tergabung dalam Forum Komunikasi Pemuda Tani Sumatera Barat (FKPT Sumbar) mendeklarasikan dukungan mereka kepada Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Dr. TGH. Muhammad Zainul Majdi, M.A atau yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) untuk maju dalam ajang Pemilihan Presiden 2019-2024.
Deklarasi dukungan terhadap TGB tersebut disampaikan di Padang, Rabu (7/2/2018).
Juru bicara FKPT Sumbar M Arif mengatakan, dukungan kepada TGB dari para pemuda tani Sumbar muncul setelah melihat komitmen dan prestasi TGB terhadap pembangunan pertanian, pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan, selama menjabat sebagai Gubernur NTB.
"Kami berharap prestasi ini bisa dilanjutkan di level nasional," kata Arif dalam keterangan pers tertulisnya kepada Tribunnews, Kamis (8/2/2018).
Arif menjelaskan, di bidang pertanian, komitmen TGB bisa dinilai dari keberaniannya untuk menjadikan sektor tersebut sebagai unggulan pembangunan ekonomi bersama pembangunan pariwisata.
"Beliau berani untuk menyingkirkan sektor pertambangan yang dinilai hanya memberikan keuntungan kecil, tidak menciptakan pemerataan dan berdampak buruk pada lingkungan," ujar Arif.
Tak hanya komitmen, lanjut Arif, TGB juga menunjukkan kinerja yang sangat baik di bidang pertanian.
Salah satunya adalah komoditas padi dan jagung di NTB yang mengalami surplus produksi. Produksi padi NTB per tahun mencapai 2,3 juta ton, sedangkan jagung mencapai 2,1 juta ton per tahun.
Selain itu TGB juga menunjukkan pembelaan terhadap produksi pangan lokal dengan menolak impor. Saat pemerintah pusat memutuskan untuk melakukan impor beras, dan beras impor itu hendak dimasukkan ke NTB, TGB menolak.
"Dia bahkan berani meminta pemerintah pusat lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan impor beras, dan mengingatkan pemerintah pusat agar tidak mendemoralisasi petani dengan impor," tegas Arif.
TGB juga berani bersikap kritis terhadap pemerintah pusat terkait impor jagung. TGB protes karena jagung petani dihargai Bulog Rp2.000 hingga Rp2.500 per kg. Namun, ternyata Bulog justru impor jagung dengan harga Rp3.000 per kg.
Arif menegaskan, jika harga jagung petani dihargai sama dengan jagung impor, tentu kesejahteraan petani akan lebih meningkat.
Saat ini tingkat kesejahteraan petani secara relatif terus menurun. Nilai tukar produk pertanian terus menurun dibanding nilai tukar produk industri.
Keteguhan TGB ini terbukti karena ternyata sektor pertanian yang dibangun justru menjadi pemicu tumbuhnya perekonomian sekaligus pemerataan ekonomi di NTB.
Arif mengatakan, FKPT Sumbar berkeyakinan dengan prestasinya saat ini, TGB akan mampu mentransformasikan keberhasilan pembangunan ekonomi dan pemerataan ekonomi, khususnya lewat pembangunan pertanian, akan mampu ditransformasikan ke level nasional, jika Zainul Majdi, Gubernur NTB menjadi pemimpin nasional.

"Kalau TGB mau capres kami senang, bila hanya berkenan sebagai cawapres kami dukung, namun kami doakan Tuan Guru mau menerima dukungan kami sebagai calon pemimpin nasional," ujarnya.