Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan Hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan

Minggu, 24 Juni 2012

Dahlan Iskan




Dahlan Iskan Siap Bantu Saweran untuk Gedung Baru KPK

Dahlan Iskan tak mau ketinggalan untuk membantu KPK membangun gedung baru. Bila benar ada gerakan mengumpulkan dana dari masyarakat, Menteri BUMN ini pun siap ikut saweran.

"Kalau masyarakat mau menggalang dana, aku mau ikut," kata Dahlan di sela-sela diskusi buku di Istora Senayan, Jakarta, Sabtu (23/6/2012).

Bukan hanya Dahlan saja yang menyatakan siap membantu, sebelumnya Menkum Amir Syamsuddin dan juga Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso pun siap ikut menyumbang.

Wacana mengumpulkan dana dari masyarakat ini digagas Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto. Upaya KPK membangun gedung baru tak kunjung disetujui Komisi III DPR. Padahal, pemerintah sudah menyetujui, tapi Komisi III DPR masih memberi tanda bintang pada anggaran itu yang artinya uang tidak bisa dicairkan. Padahal gedung yang ada sekarang tidak bisa lagi menampung pegawai KPK yang berjumlah 650 orang, sedang daya tampung gedung hanya 350.

Sedang Wakil Ketua Komisi III DPR Nasir Djamil beralasan, tanda bintang diberikan karena anggaran negara harus dihemat. Sedang menurut anggota Komisi III DPR Bambang Soesatyo, KPK merupakan komisi ad hoc, bukan permanen, jadi dikhawatirkan pembangunan gedung akan sia-sia.

Dahlan Iskan: Bapak Saya Tak Tamat SD, Tapi Tetap Inspirasi Saya

Roda kehidupan itu terus berputar. Seseorang yang ada di bawah suatu saat bisa di atas. Siapa sangka Dahlan Iskan yang lahir dan tumbuh dalam keluarga dengan keterbatasan ekonomi justru menjadi salah satu tokoh penting negeri ini. Dan bagi Dahlan, sang ayah adalah inspirasinya.

"Bapak saya tak lulus SD, tak mungkin ada konsep mendidik anak. Tapi inspirasi saya tetap bapak saya," ujar pria yang menjabat Menteri BUMN ini dalam talkshow dan launching buku 'Sepatu Dahlan' di Istora, Senayan, Jakarta, Sabtu (23/6/2012).

Dahlan menuturkan ayahnya adalah seorang buruh tani, yakni petani yang tidak punya sawah sendiri. Kadang ayah Dahlan juga menjadi tukang kayu serabutan. Penghasilan sang ayah kerap tidak cukup untuk hidup sebulan, tapi toh ayah Dahlan tetap bekerja keras setiap hari.

"Bapak bilang penghasilannya memang nggak cukup untuk sebulan. Tapi kalau nggak kerja nggak akan makan sama sekali," ujar Dahlan yang dibalut kemeja putih ini.

Dalam menjalani masa hidup, ayahanda Dahlan berprinsip 'jalani saja'. Dahlan juga tidak dibebani macam-macam hal oleh ayahnya. Yang terpenting bagi sang ayah, Dahlan kecil bisa ngaji, khatam Alquran, dan sekolah di madrasah.

Setiap hari ayah Dahlan selalu sibuk. Sebelum ke sawah, dia selalu menyempatkan diri bersih-bersih masjid. Dan seabrek kegiatan dijalani hingga pukul 23.00 WIB.

"Bapak saya mengajarkan untuk kerja keras dan ikhlas," sambung pria yang pernah jadi wartawan ini.

Bagi Dahlan kecil, ayahnya adalah sosok yang bersinar. Ketika sudah dewasa dan menjadi ayah, Dahlan meyakini bahwa anak-anak mencatat apa yang dilakukan ayahnya dan kemudian mencontohnya. Karena itu seorang ayah harus memberikan contoh yang baik.

"Mungkin bapaknya miskin, gagal, tapi anak kecil akan selalu anggap bapaknya hebat dan pahlawan," ucap Dahlan.
 
Ganti Hati, Dahlan Tak Berani Mimpi Panjang Umur

TEMPO.CO, Jakarta - Memutuskan operasi transplantasi hati, Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan tak berani berharap bisa berumur panjang. Mengapa Dahlan berpikir begitu?

Kondisi organ hati Dahlan saat itu sudah hancur. Hatinya sudah penuh dengan kanker yang ukurannya besar-besar, 2 cm, 4 cm, dan 6 cm. Bibit kanker lain jumlahnya masih puluhan.

Saking parahnya kondisi hati Dahlan, hanya transplantasi yang bisa menyelamatkan. Itu pun tak bisa transplantasi separuh hati dari pendonor, misalnya dari istri atau anaknya, melainkan hati utuh. Berarti organ tubuh penting itu hanya bisa didapat dari orang meninggal.

“Kalaupun itu bisa didapat dan kalaupun itu nanti sukses, paling hanya bisa menambah umur lima tahun,” kata dokter ahli di Singapura, seperti dikutip dalam blog dahlaniskan.wordpress.com, Senin, 6 Agustus 2012.

“Tapi, tambah umur lima tahun kan lumayan. Waktu itu nanti umur Anda kan sudah 61 tahun. Sudah lebih pantas meninggal,” kata dokter itu. Dahlan dan dokter itu cukup akrab sehingga sekeras apapun ucapan dokter itu tak membuatnya kecewa.

Dahlan menjelaskan transplantasi hanya bisa memperpanjang umur lima tahun karena virus hepatitis B dan sel-sel kanker hati sudah ikut beredar di darah. "Artinya, virus hepatitis B dan sel-sel kanker hati saya itu sudah berada di mana-mana."

Jadi ketika ganti hati baru, hati itu juga akan dilewati darah yang sudah membawa virus hepatitis B dan sel-sel kanker juga virus. Maka, sel-sel tersebut otomatis hinggap lagi di hati yang baru. Lalu, virus hepatitisnya berkembang lagi, hati menjadi sirosis lagi, muntah darah lagi, bengkak lagi, dan kanker merajalela lagi.

Dahlan mengakui tekadnya untuk melakukan transplantasi sempat kendur. Alasannya, biayanya mahal sekali tapi belum tentu berhasil. Kalau pun berhasil hanya untuk lima tahun dan belum tentu tambahan umur itu bisa dinikmati dengan baik karena kualitas hidup pascaoperasi hati sangat rendah.

"Tapi, orang hidup itu tidak boleh pesimistis. Tidak boleh putus asa," kata Dahlan. Dengan niat ikhtiar, Bos Jawa Pos Grup ini memutuskan transplantasi hati. "Tapi, saya juga tidak terlalu berharap banyak. Takut kecewa. Orang yang tidak berharap banyak bisa lebih bahagia."

Namun kenyataan berkata lain. Prediksi dokter meleset. Dahlan bisa hidup lebih lama dari lima tahun dalam kondisi yang baik. Senin, 6 Agustus 2012, genap lima tahun "hidup baru" Dahlan.

Ketawa Setengah Mati ala Dahlan Iskan

TEMPO.CO, Surabaya -- Kisah Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan seperti tak habis digali. Setelah terbit serial buku tentang Dahlan, kini muncul lagi buku berjudul Tertawa Setengah Mati ala Dahlan Iskan.

Seperti judulnya, buku setebal 190 halaman ini jauh dari kesan serius dan berat karena isinya hanya seputar kisah-kisah lucu dan konyol Dahlan selama menjadi wartawan Tempo dan Jawa Pos.

Penulisnya, M. Djupri, memungut 99 buah kisah lucu yang dituangkan ke dalam buku tersebut. Djupri, wartawan Suara Indonesia era 1988-1991, mengumpulkan peristiwa-peristiwa jenaka itu saat korannya merger dengan Jawa Pos di Surabaya pada akhir 90-an. "Di situ saya kenal Pak Dahlan," kata Djupri, 60 tahun, kepada Tempo, Jumat, 24 Agustus 2012.

Selama mengumpulkan kisah-kisah lucu Dahlan, Djupri dibantu oleh teman-temannya, eks wartawan Suara Indonesia, antara lain Toto Sonata, Amang Mawardi, dan Sugeng Irawan. "Kami diam-diam mencatat kisah-kisah unik itu, tapi baru sekarang kepikiran untuk membukukannya," kata Djupri.

Di antara kisah lucu itu, kata Djupri, ialah saat Dahlan didamprat pelanggan Jawa Pos karena korannya telat dikirim. Dahlan, pemimpin redaksi, yang menerima omelan sang pelanggan lewat telepon, langsung mengantarkan sendiri korannya dengan sepeda motor. "Sampai di rumah pelanggan, Dahlan masih diomeli. Tapi dia malah mengucapkan terima kasih," kata Djupri.

Kisah lucu lain adalah ketika Dahlan menumpang mobil boks perusahaan ketika pergi ke Madiun. Di perjalanan, Dahlan, yang sudah jadi bos Jawa Pos, membeli beberapa bungkus nasi pecel.

Pertanyaan dalam hati sopir boks terjawab saat Dahlan meminta berhenti di tepi hutan Saradan menjelang dinihari. Ia lalu memanggil-manggil nama Sarimin. Seorang pria sepantaran Dahlan tergopoh-gopoh keluar dari rumahnya yang sederhana.

"Kowe wis mangan apa durung? Nek durung, iki lho tak gawakne pecel (Kamu sudah makan apa belum? Kalau belum, ini loh saya bawakan pecel)," kata Dahlan kepada Sarimin, yang ternyata temannya menggembala kambing di Magetan semasa kecil.

Djupri mencetak bukunya sebanyak 2.000 eksemplar dan menjualnya dengan harga Rp 36 ribu. Namun toko buku yang dititipi telah mengontak agar segera dicetak ulang karena pembelinya cukup banyak. "Dahlan juga sudah baca. Komentar dia pendek saja: buagus," kata Djupri.


Jika Dahlan Iskan Curhat ke Ulama dan Kaum Duafa

TEMPO.CO , Bogor: Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan curhat mengenai jabatannya di hadapan ratusan ulama dan 1.000 kaum duafa serta yatim piatu Bogor. Bos Jawa Pos grup ini mengaku tidak pernah mau dan bermimpi menjadi pejabat negara seperti sekarang.

"Tidak terbayang akan menjadi Direktur Utama PLN apalagi Menteri BUMN seperti saat ini. Saya ini sekolahnya tamatan madrasah yang enggak pernah belajar listrik," ungkap Dahlan di hadapan ulama dan pejabat Bogor dalam acara santunan 1.000 anak yatim dan kaum duafa di lapangan Tegar Beriman, Cibinong, Kamis, 9 Agustus 2012.

Bahkan, sejak menderita sakit, Dahlan Iskan sudah tidak lagi mau mengurus semua ladang bisnisnya yang berjumlah 150 perusahaan. "Saya serahkan semuanya sama anak dan saya hanya ingin urus pesantren," ujar dia.

Namun, kata Dahlan, dia yang biasa sibuk dengan pekerjaan tiba-tiba banyak diam. Makanya, Dahlan dikira sedang menganggur oleh Presiden SBY. Saat dipanggil, Presiden meminta Dahlan yang tamatan Madrasah Aliyah ini menjadi Direktur Utama PLN.

"Pak Presiden percaya saya punya kemampuan manajemen dan mampu memperbaiki PLN. Saya terima dan hanya meminta waktu cukup tiga tahun saja jadi Direktur PLN," kata Dahlan.

Belum juga genap dua tahun menjadi orang nomor satu di PLN, Dahlan menceritakan, sudah dipanggil lagi oleh presiden dan didaulat menjadi Menteri BUMN yang memiliki keseluruhan aset hingga Rp 3.000 triliun.

"Saya kaget, karena mengurusi kekayaan sebanyak itu. Mungkin pak presiden berpikir lebih aman kalau yang mengurus tamatan madrasah aliyah," ungkapnya sambil tertawa.

Padahal, Dahlan mengaku sempat menangis dan meminta tidak dijadikan menteri. Sebab, dengan menjadi Direktur PLN saja Dahlan mengaku sudah cukup dan ingin menuntaskannya sebaik mungkin. "Tapi tetap diminta dan saya sekarang jadi sibuk luar biasa, meski dulu cuma mau urus tiga hal saja," kata Dahlan.

Sementara, penyerahan santunan secara simbolis dilakukan Dahlan kepada satu orang perwakilan anak yatim dan kaum duafa, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan kepada dua orang anak yatim, dan Bupati Bogor Rachmat Yasin kepada dua orang anak yatim.

Ingat Sakit Parah, Dahlan Tak Percaya Masih Hidup

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan tak percaya saat ini masih bisa melakukan aktivitas tanpa kendala. Senin, 6 Agutus 2012, Dahlan genap lima tahun menjalani "hidup baru", setelah operasi hati.

"Hari ini, genap lima tahun saya "hidup baru". Allahu Akbar," tulis Dahlan di blognya, dahlaniskan.wordpress.com.

"Kalau teringat begitu parahnya kondisi badan saya lima tahun lalu, rasanya tidak terbayangkan saya masih bisa hidup hari ini. Apalagi dengan kualitas hidup yang nyaris sempurna seperti sekarang ini. Allahu Akbar!" dia menambahkan.

Tujuh tahun lalu, Dahlan hampir kehilangan harapan hidup. Sepanjang saluran pencernaannya sudah penuh dengan gelembung darah yang siap pecah dan akan diikuti dengan muntah darah atau buang air darah. Kondisinya ini baru diketahui setelah dia mengalami muntah darah.

Harapan hidup semakin tipis setelah diketahui limpanya sudah membesar. "Sudah tiga kali lipat lebih besar dari normal. Itu berarti limpa tersebut sudah siap meledak yang menjadi penyebab kematian kapan saja. Apalagi status hati saya yang terkena virus hepatitis B pun sudah meningkat menjadi sirosis, mengeras dan tidak berbentuk hati lagi," Dahlan menjelaskan kondisinya saat itu.

Saking parahnya, Dahlan divonis maksimal hanya bisa hidup enam bulan lagi setelah hatinya dipastikan sudah penuh kanker. Ukuran kankernya sudah besar-besar, 2 cm, 4 cm, dan 6 cm. Bibit-bibit kanker lain masih puluhan jumlahnya.

Dahlan sering mengeluh kesakitan setiap kali mengenakan sepatu karena kakinya bengkak besar. Hal itu pernah disampaikannya pada seorang dokter ahli di Singapura. “Ya ganti sepatu saja!” ujar dokter yang pasiennya 80 persen orang dari Indonesia itu. “Tidak ada jalan lain. Ganti sepatu. Kalau bengkaknya sudah lebih besar lagi, ganti sepatu lagi!”

Dahlan mengaku tak jengkel dengan ucapan dokter itu. "Saya tersenyum karena terasa ada lucunya. Itulah cara dokter memaksa saya untuk menjalani transplantasi. Tidak ada jalan lain lagi."

3 Keinginan Dahlan Iskan setelah Sembuh

TEMPO.CO , Bogor: Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan curhat mengenai jabatannya di hadapan ratusan ulama dan 1.000 kaum duafa serta yatim piatu Bogor. Dahlan mengaku hanya memiliki tiga keinginan dalam melanjutkan sisa hidupnya setelah dia sembuh dari penyakit hati.

Menurut Dahlan, tiga hal yang dia ingin lakukan setelah sukses menjalani transplantasi hati: menjadi guru wartawan, menulis buku, dan mengurus pesantren. Sejak menderita sakit, Dahlan Iskan sudah tidak lagi mau mengurus semua ladang bisnisnya yang berjumlah 150 perusahaan.

"Saya serahkan semuanya sama anak dan saya hanya ingin urus pesantren," ujar Dahlan di hadapan ulama dan pejabat Bogor dalam acara santunan 1.000 anak yatim dan kaum duafa di lapangan Tegar Beriman, Cibinong, Kamis, 9 Agustus 2012.

Namun, kata Dahlan, dia yang biasa sibuk dengan pekerjaan tiba-tiba banyak diam. Makanya, Dahlan dikira sedang menganggur oleh Presiden SBY. Saat dipanggil, Presiden meminta Dahlan yang tamatan Madrasah Aliyah ini menjadi Direktur Utama PLN.

"Pak Presiden percaya saya punya kemampuan manajemen dan mampu memperbaiki PLN. Saya terima dan hanya meminta waktu cukup tiga tahun saja jadi Direktur PLN," kata Dahlan.

Belum juga genap dua tahun menjadi orang nomor satu di PLN, Dahlan menceritakan, sudah dipanggil lagi oleh presiden dan didaulat menjadi Menteri BUMN yang memiliki keseluruhan aset hingga Rp 3.000 triliun.

"Saya kaget, karena mengurusi kekayaan sebanyak itu. Mungkin pak presiden berpikir lebih aman kalau yang mengurus tamatan madrasah aliyah," ungkapnya sambil tertawa.

Padahal, Dahlan mengaku sempat menangis dan meminta tidak dijadikan menteri. Sebab, dengan menjadi Direktur PLN saja Dahlan mengaku sudah cukup dan ingin menuntaskannya sebaik mungkin. "Tapi tetap diminta dan saya sekarang jadi sibuk luar biasa, meski dulu cuma mau urus tiga hal saja," kata Menteri Dahlan.

Komunitas Dahlan Iskan Bikin Warung Kopi

TEMPO.CO, Surabaya - Komunitas Dahlan Iskan membuat warung kopi yang dinamai Warkop DahlanIs. Warung itu bertempat di Jalan Dupak Bangunsari No. 41 Surabaya, atau di sebelah gedung baru SD Muhammadiyah 11 Surabaya. Lokasi tersebut selama ini dikenal sebagai area lokalisasi.

Mengutip situs Dahlanis.com, Sabtu, 28 Juli 2012, peresmian warung kopi sudah dilakukan pada Kamis, 26 Juli 2012 pukul 17.00 WIB. Selain menjadi ajang minum kopi dan jajanan, Komunitas Dahlan Iskan juga menjadikan tempat tersebut sebagai pusat informasi kegiatan masyarakat.

“Warung Dahlanis di Surabaya ini adalah yang pertama, dan memungkinkan juga untuk daerah-daerah yang lain yang telah terorganisasi dengan baik, sehingga kita bisa share tentang konsep Warkop Dahlanis ini,” kata Immanuel Albert Daniel seperti tertulis di situs tersebut.

Beberapa fans Dahlan juga meminta warkop tersebut dibuka di daerahnya seperti Bogor, Bekasi, dan Yogyakarta. “Wah, enak buat nongkrong nih,” kata Hanifa Cipon.

oleh:ALIA FATHIYAH

Mimpi Dahlan: 60 Juta Penumpang di Bandara Soetta

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan menargetkan 60 juta penumpang dapat tertampung di Bandara Soekarno-Hatta pada 2014. Harapan tersebut disampaikan menyusul proyek pengembangan bandara yang ground breaking-nya dilaksanakan Kamis pekan ini, 2 Agustus 2012.

Salah satu pengembangan yang dilakukan adalah dengan menambah satu landasan pacu di Terminal 3. "Sekarang setiap jamnya, lalu lintas pesawat sebanyak 52 kali. Harapannya bisa 75 kali," ujar Dahlan seusai rapat pimpinan BUMN di kantor PT Telkom, Jakarta, pada Selasa, 31 Juli 2012.

Selain menambah landasan pacu, pengembangan juga dilakukan dengan memperluas dan menambah fasilitas di terminal tersebut. "Sekarang interior-nya sedang dikerjakan," kata Dahlan.

Langkah lain yang dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas penumpang adalah dengan membangun jalur kereta api yang langsung dapat mengakses ke bandara. Rute jalur kereta tersebut dimulai dari Stasiun Dukuh Atas, Tanah Abang, Duri, dan Tangerang. Saat ini jalur kereta yang telah ada adalah jalur Dukuh Atas hingga Duri. Pembangunan jalur yang dilakukan dari Duri hingga Tangerang adalah sepanjang 8 kilometer.

Waktu tempuh dari Dukuh Atas hingga Bandara Soekarno-Hatta diperkirakan sekitar 60 menit. Jenis kereta yang digunakan adalah economy deluxe yang berhenti di setiap stasiun. "Daripada lewat jalan tol, naik kereta ke bandara lebih mempersingkat waktu," katanya.

Total biaya diperkirakan sebesar Rp 4,5 triliun. Proyek selanjutnya pada 2014 yang dikembangkan adalah penambahan Terminal 4 dan fasilitas kereta ekspres.
Mau Hadiahi KAI dan ASDP, Dahlan Takut Kualat

TEMPO.CO , Jakarta - Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan mengaku keceplosan dengan pernyataannya yang akan memberikan penghargaan terhadap BUMN transportasi, PT Kereta Api Indonesia Persero (KAI) dan PT Angkutan Sungai dan Penyeberangan Persero (ASDP).

"Saya menyesal setelah bilang itu, takut besoknya ada kecelakaan," ujarnya seusai Rapat Pimpinan di kantor PT Pertani, Selasa 28 Agustus 2012.

Namun ia bersyukur setelah pernyataannya tersebut, tidak terjadi kecelakaan yang dikhawatirkan. Penghargaan pun tetap diberikan kepada dua perseroan itu.

Acara rencananya ditayangkan oleh sebuah stasiun televisi. Akan ada dua sesi dalam acara tersebut. Sesi pertama untuk ASDP, sedangkan berikutnya bagi KAI.

Penghargaan, kata Dahlan, dianugerahkan terutama kepada sejumlah petugas lapangan kedua perusahaan tersebut selama arus mudik tahun ini. "Mereka berhari-hari tidak istirahat untk melayani masyarakat," ujarnya.

Pekan lalu, Dahlan menyatakan apresiasinya terhadap kerja keras PT KAI dan ASDP dalam melayani arus mudik. Ia mengaku menerima banyak pesan singkat yang memuji kinerja kedua perusahaan itu. "SMS yang saya terima sangat mengharukan,"Dahlan menamahkan. Sebab dalam pesan yang ia terima, masyarakat mengaku puas dengan pelayanan karena tidak ada lagi praktik percaloan dan penumpang yang berjubel.

Mengenai berapa besar nilai hadiah yang diberikannya dalam acara pernghargaan itu, Dahlan menyerahkannya kepada masing-masing perusahaan. "Kami menyerahan kepada manajemennya," katanya.

Ia menambahkan, selain sebagai bentuk perhatian, penghargaan dapat dijadikan pemicu agar PT KAI dan PT ASDP semakin meningkatkan kualitas. "Pelayanan di Pelabuhan dan perkeretapian pasti bisa lebih bagus lagi," kata Dahlan.






PENTING : Jika Anda merasa website ini bermanfaat, mohon do'akan supaya Allah mengampuni seluruh dosa-dosa Keluarga kami, dan memanjangkan umur keluarga kami dalam ketakwaan pada-Nya. Mohon do'akan juga supaya Allah selalu memberi Keluarga kami rezeki yang halal,melimpah,mudah dan berkah, penuh kesehatan dan waktu luang, supaya kami dapat memperbanyak amal shalih dengannya.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya [sesama muslim] tanpa sepengetahuan saudaranya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.” (Hadits Shahih, Riwayat Muslim No. 4912)