7 Keistimewaan Lailatul Qadar
Setiap
muslim pasti menginginkan malam penuh kemuliaan, Lailatul Qadar. Malam ini
hanya dijumpai setahun sekali. Orang yang beribadah sepanjang tahun tentu lebih
mudah mendapatkan kemuliaan malam tersebut karena ibadahnya rutin dibanding
dengan orang yang beribadah jarang-jarang.
Edisi kali
ini kita akan melihat keistimewaan Lailatul Qadar yang begitu utama dari malam
lainnya.
1-
Lailatul Qadar adalah waktu diturunkannya Al Qur’an
Ibnu
‘Abbas dan selainnya mengatakan, “Allah menurunkan Al Qur’an secara utuh
sekaligus dari Lauhul Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah yang ada di langit dunia.
Kemudian Allah menurunkan Al Qur’an kepada Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa
sallam- tersebut secara terpisah sesuai dengan kejadian-kejadian yang terjadi
selama 23 tahun.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 403). Ini sudah menunjukkan
keistimewaan Lailatul Qadar.
2-
Lailatul Qadar lebih baik dari 1000 bulan
Allah
Ta’ala berfirman,
“Malam
kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadar: 3). An Nakho’i
mengatakan, “Amalan di lailatul qadar lebih baik dari amalan di 1000 bulan.”
(Lihat Latho-if Al Ma’arif, hal. 341). Mujahid, Qotadah dan ulama lainnya
berpendapat bahwa yang dimaksud dengan lebih baik dari seribu bulan adalah
shalat dan amalan pada lailatul qadar lebih baik dari shalat dan puasa di 1000
bulan yang tidak terdapat lailatul qadar. (Zaadul Masiir, 9: 191). Ini sungguh
keutamaan Lailatul Qadar yang luar biasa.
3-
Lailatul Qadar adalah malam yang penuh keberkahan.
Allah
Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya
Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah
yang memberi peringatan.” (QS. Ad Dukhon: 3). Malam penuh berkah ini adalah
malam ‘lailatul qadar’ dan ini sudah menunjukkan keistimewaan malam tersebut,
apalagi dirinci dengan point-point selanjutnya.
4-
Malaikat dan juga Ar Ruuh -yaitu malaikat Jibril- turun pada Lailatul Qadar.
Keistimewaan
Lailatul Qadar ditandai pula dengan turunnya malaikat. Allah Ta’ala berfirman,
“Pada
malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril” (QS. Al Qadar: 4)
Banyak
malaikat yang akan turun pada Lailatul Qadar karena banyaknya barokah (berkah)
pada malam tersebut. Karena sekali lagi, turunnya malaikat menandakan turunnya
berkah dan rahmat. Sebagaimana malaikat turun ketika ada yang membacakan Al
Qur’an, mereka akan mengitari orang-orang yang berada dalam majelis dzikir
-yaitu majelis ilmu-. Dan malaikat akan meletakkan sayap-sayap mereka pada
penuntut ilmu karena malaikat sangat mengagungkan mereka. (Lihat Tafsir Al
Qur’an Al ‘Azhim, 14: 407)
Malaikat
Jibril disebut “Ar Ruuh” dan dispesialkan dalam ayat karena menunjukkan
kemuliaan (keutamaan) malaikat tersebut.
5-
Lailatul Qadar disifati dengan ‘salaam’
Yang
dimaksud ‘salaam’ dalam ayat,
“Malam itu
(penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar” (QS. Al Qadr: 5) yaitu malam
tersebut penuh keselamatan di mana setan tidak dapat berbuat apa-apa di malam
tersebut baik berbuat jelek atau mengganggu yang lain. Demikianlah kata Mujahid
(Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 407). Juga dapat berarti bahwa malam
tersebut, banyak yang selamat dari hukuman dan siksa karena mereka melakukan
ketaatan pada Allah (pada malam tersebut). Sungguh hal ini menunjukkan
keutamaan luar biasa dari Lailatul Qadar.
6-
Lailatul Qadar adalah malam dicatatnya takdir tahunan
Allah
Ta’ala berfirman,
“Pada
malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah” (QS. Ad Dukhan: 4). Ibnu
Katsir dalam kitab tafsirnya (12: 334-335) menerangkan bahwa pada Lailatul
Qadar akan dirinci di Lauhul Mahfuzh mengenai penulisan takdir dalam setahun,
juga akan dicatat ajal dan rizki. Dan juga akan dicatat segala sesuatu hingga
akhir dalam setahun. Demikian diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar, Abu Malik, Mujahid,
Adh Dhohak dan ulama salaf lainnya.
Namun
perlu dicatat -sebagaimana keterangan dari Imam Nawawi rahimahullah dalam
Syarh Muslim (8: 57)- bahwa catatan takdir tahunan tersebut tentu saja
didahului oleh ilmu dan penulisan Allah. Takdir ini nantinya akan ditampakkan
pada malikat dan ia akan mengetahui yang akan terjadi, lalu ia akan melakukan
tugas yang diperintahkan untuknya.
7- Dosa
setiap orang yang menghidupkan malam ‘Lailatul Qadar’ akan diampuni oleh Allah
Dari Abu
Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
“Barangsiapa
melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala
dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no.
1901)
Ibnu Hajar
Al Asqolani mengatakan bahwa yang dimaksud ‘iimaanan’ (karena iman) adalah
membenarkan janji Allah yaitu pahala yang diberikan (bagi orang yang
menghidupkan malam tersebut). Sedangkan ‘ihtisaaban’ bermakna mengharap pahala
(dari sisi Allah), bukan karena mengharap lainnya yaitu contohnya berbuat
riya’. (Lihat Fathul Bari, 4: 251)[1]
Ya Allah,
mudahkanlah kami meraih keistimewaan Lailatul Qadar dengan bisa mengisi
hari-hari terakhir kami di bulan Ramadhan dengan amalan sholih.
Aamin Yaa
Mujibas Saa-ilin.
[1]
Bahasan ini termotivasi dari tulisan Syaikh Sholih Al Munajjid pada Fatwa Al
Islam Sual wa Jawab
Menantikan Malam 1000
bulan
Mengenai pengertian lailatul qadar, para ulama ada beberapa versi
pendapat. Ada yang mengatakan bahwa malam lailatul qadr adalah malam kemuliaan.
Ada pula yang mengatakan bahwa lailatul qadar adalah malam yang penuh sesak
karena ketika itu banyak malaikat turun ke dunia. Ada pula yang mengatakan
bahwa malam tersebut adalah malam penetapan takdir. Selain itu, ada pula yang
mengatakan bahwa lailatul qadar dinamakan demikian karena pada malam tersebut
turun kitab yang mulia, turun rahmat dan turun malaikat yang mulia.[1] Semua
makna lailatul qadar yang sudah disebutkan ini adalah benar.
Keutamaan Lailatul Qadar
Pertama, lailatul qadar adalah malam yang penuh keberkahan (bertambahnya
kebaikan). Allah Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al Qur’an) pada suatu malam yang
diberkahi. dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu
dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (QS. Ad Dukhan: 3-4). Malam yang
diberkahi dalam ayat ini adalah malam lailatul qadar sebagaimana ditafsirkan
pada surat Al Qadar. Allah Ta’ala berfirman
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.”
(QS. Al Qadar: 1)
Keberkahan dan kemuliaan yang dimaksud disebutkan dalam ayat
selanjutnya,
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun
malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur
segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al
Qadar: 3-5). Sebagaimana kata Abu Hurairah, malaikat akan turun pada malam
lailatul qadar dengan jumlah tak terhingga.[2] Malaikat akan turun membawa
kebaikan dan keberkahan sampai terbitnya waktu fajar.[3]
Kedua, lailatul qadar lebih baik dari 1000 bulan. An Nakho’i mengatakan,
“Amalan di lailatul qadar lebih baik dari amalan di 1000 bulan.”[4] Mujahid,
Qotadah dan ulama lainnya berpendapat bahwa yang dimaksud dengan lebih baik
dari seribu bulan adalah shalat dan amalan pada lailatul qadar lebih baik dari
shalat dan puasa di 1000 bulan yang tidak terdapat lailatul qadar.[5]
Ketiga, menghidupkan malam lailatul qadar dengan shalat akan mendapatkan
pengampunan dosa. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman
dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan
diampuni.”[6]
Kapan Lailatul Qadar Terjadi?
Lailatul Qadar itu terjadi pada sepuluh malam terakhir di bulan
Ramadhan, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan
Ramadhan.”[7]
Terjadinya lailatul qadar di malam-malam ganjil itu lebih memungkinkan
daripada malam-malam genap, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam,
“Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di
bulan Ramadhan.”[8]
Lalu kapan tanggal pasti lailatul qadar terjadi? Ibnu Hajar Al Asqolani
rahimahullah telah menyebutkan empat puluhan pendapat ulama dalam masalah ini.
Namun pendapat yang paling kuat dari berbagai pendapat yang ada sebagaimana
dikatakan oleh beliau adalah lailatul qadar itu terjadi pada malam ganjil dari
sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan dan waktunya berpindah-pindah dari tahun
ke tahun[9]. Mungkin pada tahun tertentu terjadi pada malam kedua puluh tujuh
atau mungkin juga pada tahun yang berikutnya terjadi pada malam kedua puluh
lima, itu semua tergantung kehendak dan hikmah Allah Ta’ala. Hal ini dikuatkan
oleh sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Carilah lailatul qadar di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan
pada sembilan, tujuh, dan lima malam yang tersisa.”[10] Para ulama mengatakan
bahwa hikmah Allah menyembunyikan pengetahuan tanggal pasti terjadinya lailatul
qadar adalah agar orang bersemangat untuk mencarinya. Hal ini berbeda jika
lailatul qadar sudah ditentukan tanggal pastinya, justru nanti malah orang-orang
akan bermalas-malasan.[11]
Do’a di Malam Qadar
Sangat dianjurkan untuk memperbanyak do’a pada lailatul qadar,
lebih-lebih do’a yang dianjurkan oleh suri tauladan kita –Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam- sebagaimana terdapat dalam hadits dari Aisyah.
Beliau radhiyallahu ‘anha berkata,
”Katakan padaku wahai Rasulullah, apa pendapatmu, jika aku mengetahui
suatu malam adalah lailatul qadar. Apa yang aku katakan di dalamnya?” Beliau
menjawab,”Katakanlah: ‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni’ (Ya
Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah
aku).”[12]
Tanda Malam Qadar
Pertama, udara dan angin sekitar terasa tenang. Sebagaimana dari Ibnu
Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Lailatul qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak
begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar tidak
begitu cerah dan nampak kemerah-merahan.”[13]
Kedua, malaikat turun dengan membawa ketenangan sehingga manusia
merasakan ketenangan tersebut dan merasakan kelezatan dalam beribadah yang
tidak didapatkan pada hari-hari yang lain.
Ketiga, manusia dapat melihat malam ini dalam mimpinya sebagaimana
terjadi pada sebagian sahabat.
Keempat, matahari akan terbit pada pagi harinya dalam keadaan jernih,
tidak ada sinar. Dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata,
“Malam itu adalah malam yang cerah yaitu malam ke dua puluh tujuh (dari
bulan Ramadlan). Dan tanda-tandanya ialah, pada pagi harinya matahari terbit
berwarna putih tanpa sinar yang menyorot. [14]”[15]
Bagaimana Seorang Muslim Menghidupkan Malam Lailatul Qadar?
Lailatul qadar adalah malam yang penuh berkah. Barangsiapa yang terluput
dari lailatul qadar, maka dia telah terluput dari seluruh kebaikan. Sungguh
merugi seseorang yang luput dari malam tersebut. Seharusnya setiap muslim
mengecamkan baik-baik sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Di bulan Ramadhan ini terdapat lailatul qadar yang lebih baik dari 1000
bulan. Barangsiapa diharamkan dari memperoleh kebaikan di dalamnya, maka dia
akan luput dari seluruh kebaikan.”[16]
Oleh karena itu, sudah sepantasnya seorang muslim lebih giat beribadah
ketika itu dengan dasar iman dan tamak akan pahala melimpah di sisi Allah.
Seharusnya dia dapat mencontoh Nabinya yang giat ibadah pada sepuluh hari
terakhir bulan Ramadhan. ‘Aisyah menceritakan,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh pada
sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan melebihi kesungguhan beliau di waktu yang
lainnya.”[17]
Seharusnya setiap muslim dapat memperbanyak ibadahnya ketika itu,
menjauhi istri-istrinya dari berjima’ dan membangunkan keluarga untuk melakukan
ketaatan pada malam tersebut. ‘Aisyah mengatakan,
“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari
terakhir (bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para
istri beliau dari berjima’[18]), menghidupkan malam-malam tersebut dan
membangunkan keluarganya.”[19]
Sufyan Ats Tsauri mengatakan, “Aku sangat senang jika memasuki sepuluh
hari terakhir bulan Ramadhan untuk bertahajud di malam hari dan giat ibadah
pada malam-malam tersebut.” Sufyan pun mengajak keluarga dan anak-anaknya untuk
melaksanakan shalat jika mereka mampu.[20]
Adapun yang dimaksudkan dengan menghidupkan malam lailatul qadar adalah
menghidupkan mayoritas malam dengan ibadah dan tidak mesti seluruh malam.
Bahkan Imam Asy Syafi’i dalam pendapat yang dulu mengatakan, “Barangsiapa yang
mengerjakan shalat Isya’ dan shalat Shubuh di malam qadar, maka ia berarti
telah dinilai menghidupkan malam tersebut”.[21] Menghidupkan malam lailatul
qadar pun bukan hanya dengan shalat, bisa pula dengan dzikir dan tilawah Al
Qur’an.[22] Namun amalan shalat lebih utama dari amalan lainnya di malam
lailatul qadar berdasarkan hadits, “Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam
lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya
yang telah lalu akan diampuni.”[23]
Bagaimana Wanita Haidh Menghidupkan Malam Lailatul Qadar?
Juwaibir pernah mengatakan bahwa dia pernah bertanya pada Adh Dhohak,
“Bagaimana pendapatmu dengan wanita nifas, haidh, musafir dan orang yang tidur
(namun hatinya dalam keadaan berdzikir), apakah mereka bisa mendapatkan bagian
dari lailatul qadar?” Adh Dhohak pun menjawab, “Iya, mereka tetap bisa
mendapatkan bagian. Siapa saja yang Allah terima amalannya, dia akan mendapatkan
bagian malam tersebut.”[24]
Dari riwayat ini menunjukkan bahwa wanita haidh, nifas dan musafir tetap
bisa mendapatkan bagian lailatul qadar. Namun karena wanita haidh dan nifas
tidak boleh melaksanakan shalat ketika kondisi seperti itu, maka dia boleh
melakukan amalan ketaatan lainnya. Yang dapat wanita haidh lakukan ketika itu
adalah,
Membaca Al Qur’an tanpa
menyentuh mushaf.[25]
Berdzikir dengan memperbanyak
bacaan tasbih (subhanallah), tahlil (laa ilaha illallah), tahmid
(alhamdulillah) dan dzikir lainnya.
Memperbanyak istighfar.
Memperbanyak do’a.[26]
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Cuplikan dari Buku Panduan Ramadhan
[1] Lihat Zaadul Masiir, 9/182.
[2] Lihat Zaadul Masiir, 9/192.
[3] Lihat Zaadul Masiir, 9/194.
[4] Lihat Latho-if Al Ma’arif, hal. 341
[5] Zaadul Masiir, 9/191.
[6] HR. Bukhari no. 1901.
[7] HR. Bukhari no. 2020 dan Muslim no. 1169.
[8] HR. Bukhari no. 2017.
[9] Fathul Bari, 4/262-266.
[10] HR. Bukhari no. 2021.
[11] Fathul Bari, 4/266.
[12] HR. Tirmidzi no. 3513, Ibnu Majah no. 3850, dan Ahmad 6/171. Syaikh
Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Adapun tambahan kata “kariim”
setelah “Allahumma innaka ‘afuwwun ...” tidak terdapat satu dalam manuskrip
pun. Lihat Tarooju’at hal. 39.
[13] HR. Ath Thoyalisi dan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, lihat
Jaami’ul Ahadits 18/361. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat
Shahihul Jaami’ no. 5475.
[14] HR. Muslim no. 762.
[15] Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2/149-150.
[16] HR. Ahmad 2/385, dari Abu Hurairah. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan
bahwa hadits ini shahih.
[17] HR. Muslim no. 1175.
[18] Inilah pendapat yang dipilih oleh para salaf dan ulama masa silam
mengenai maksud hadits tersebut. Lihat Lathoif Al Ma’arif, hal. 332.
[19] HR. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174.
[20] Latho-if Al Ma’arif, hal. 331.
[21] Lihat Latho-if Al Ma’arif, hal. 329.
[22] ‘Aunul Ma’bud, 4/176.
[23] HR. Bukhari no. 1901.
[24] Latho-if Al Ma’arif, hal. 341
[25] Dalam at Tamhid (17/397), Ibnu Abdil Barr berkata, “Para pakar fiqh
dari berbagai kota baik Madinah, Iraq dan Syam tidak berselisih pendapat bahwa
mushaf tidaklah boleh disentuh melainkan oleh orang yang suci dalam artian
berwudhu. Inilah pendapat Imam Malik, Syafii, Abu Hanifah, Sufyan ats Tsauri,
al Auzai, Ahmad bin Hanbal, Ishaq bin Rahuyah, Abu Tsaur dan Abu Ubaid.
Merekalah para pakar fiqh dan hadits di masanya.”
[26] Lihat Fatwa Al Islam Su-al wa Jawab no. 26753.
Tanda Malam 'Lailatul Qadar'
Segala puji bagi Allah atas
berbagai macam nikmat yang Allah berikan. Shalawat dan salam atas suri tauladan
kita Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada keluarganya dan para
pengikutnya.
Semua pasti telah mengetahui keutamaan malam Lailatul Qadar. Namun,
kapan malam tersebut datang? Lalu adakah tanda-tanda dari malam tersebut?
Semoga kita dimudahkan oleh Allah untuk mendapatkan malam yang keutamaannya
lebih baik dari 1000 bulan.
Keutamaan Lailatul Qadar
Saudaraku, pada sepertiga terakhir dari bulan yang penuh berkah ini
terdapat malam Lailatul Qadar, suatu malam yang dimuliakan oleh Allah melebihi
malam-malam lainnya. Di antara kemuliaan malam tersebut adalah Allah
mensifatinya dengan malam yang penuh keberkahan. Allah Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al Qur’an) pada suatu malam yang
diberkahi. dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu
dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (QS. Ad Dukhan [44] : 3-4). Malam
yang diberkahi dalam ayat ini adalah malam lailatul qadar sebagaimana
ditafsirkan pada surat Al Qadar. Allah Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.”
(QS. Al Qadar [97] : 1)
Keberkahan dan kemuliaan yang dimaksud disebutkan dalam ayat
selanjutnya,
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun
malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur
segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al
Qadar [97] : 3-5)
Kapan Malam Lailatul Qadar Terjadi?
Lailatul Qadar itu terjadi pada sepuluh malam terakhir di bulan
Ramadhan, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,َ
“Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan
Ramadhan.” (HR. Bukhari)
Terjadinya lailatul qadar di malam-malam ganjil itu lebih memungkinkan
daripada malam-malam genap, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam,
“Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di
bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)
Terjadinya lailatul qadar di tujuh malam terakhir bulan ramadhan itu
lebih memungkinkan sebagaimana hadits dari Ibnu Umar bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Carilah lailatul qadar di sepuluh malam terakhir, namun jika ia ditimpa
keletihan, maka janganlah ia dikalahkan pada tujuh malam yang tersisa.” (HR.
Muslim)
Dan yang memilih pendapat bahwa lailatul qadar adalah malam kedua puluh
tujuh sebagaimana ditegaskan oleh Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu. Namun
pendapat yang paling kuat dari berbagai pendapat yang ada sebagaimana dikatakan
Ibnu Hajar dalam Fathul Bari bahwa lailatul qadar itu terjadi pada malam ganjil
dari sepuluh malam terakhir dan waktunya berpindah-pindah dari tahun ke tahun.
Mungkin pada tahun tertentu terjadi pada malam kedua puluh tujuh atau mungkin
juga pada tahun yang berikutnya terjadi pada malam kedua puluh lima tergantung
kehendak dan hikmah Allah Ta’ala. Hal ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Carilah lailatul qadar di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan
pada sembilan, tujuh, dan lima malam yang tersisa.” (HR. Bukhari)
Catatan : Hikmah Allah menyembunyikan pengetahuan tentang terjadinya
malam lailatul qadar di antaranya adalah agar terbedakan antara orang yang
sungguh-sungguh untuk mencari malam tersebut dengan orang yang malas. Karena
orang yang benar-benar ingin mendapatkan sesuatu tentu akan bersungguh-sungguh
dalam mencarinya. Hal ini juga sebagai rahmat Allah agar hamba memperbanyak
amalan pada hari-hari tersebut dengan demikian mereka akan semakin bertambah
dekat dengan-Nya dan akan memperoleh pahala yang amat banyak. Semoga Allah
memudahkan kita memperoleh malam yang penuh keberkahan ini. Amin Ya Sami’ad
Da’awat.
Tanda Malam Lailatul Qadar
[1] Udara dan angin sekitar terasa tenang. Sebagaimana dari Ibnu Abbas,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Lailatul qadar adalah malam yang penuh kelembutan, cerah, tidak begitu
panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar lemah dan
nampak kemerah-merahan.” (HR. Ath Thoyalisi.
Haytsami mengatakan periwayatnya adalah tsiqoh /terpercaya)
[2] Malaikat menurunkan ketenangan sehingga manusia merasakan ketenangan
tersebut dan merasakan kelezatan dalam beribadah, yang tidak didapatkan pada
hari-hari yang lain.
[3] Manusia dapat melihat malam ini dalam mimpinya sebagaimana terjadi
pada sebagian sahabat.
[4] Matahari akan terbit pada pagi harinya dalam keadaan jernih, tidak
ada sinar. Dari Abi bin Ka’ab bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda yang artinya,”Shubuh hari dari malam lailatul qadar matahari terbit
tanpa sinar, seolah-olah mirip bejana hingga matahari itu naik.” (HR. Muslim)
(Lihat Shohih Fiqh Sunnah II/149-150)
Semoga Allah memudahkan kita untuk meraih malam tersebut. Amin Yaa
Mujibas Saailin.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.rumaysho.com
PENTING : Jika Anda merasa website
ini bermanfaat, mohon do'akan
supaya Allah mengampuni seluruh dosa-dosa Keluarga kami, dan memanjangkan umur
keluarga kami dalam ketakwaan pada-Nya. Mohon
do'akan
juga supaya Allah selalu memberi Keluarga kami rezeki yang halal,melimpah,mudah
dan berkah, penuh kesehatan dan waktu luang, supaya kami dapat memperbanyak
amal shalih dengannya.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
Tidak ada seorang muslim
pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya [sesama muslim] tanpa sepengetahuan
saudaranya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang
sama.”
(Hadits Shahih, Riwayat
Muslim No. 4912)