Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan Hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan

Jumat, 03 Juni 2011

Kaligrafi















Istana Termegah Dan Terbesar di Dunia






























Direktur Itu Bersyahadat


dakwatuna.com – New York. Ketika pertama kali mengikuti kelas the Islamic Forum, wanita ini cukup menyebalkan sebagian peserta. Pasalnya, orangnya seringkali tertawa lepas, bersuara keras dan terkadang dalam mengekpresikan dirinya secara blak-blakan. Bahkan tidak jarang di tengah-tengah keseriusan belajar atau berdiskusi dia tertawa terbahak. Hal ini tentunya bagi sebagian peserta dianggap kurang sopan.
Theresa, demikian dia mengenalkan dirinya, sangat kritis dan agresif dalam menyampaikan pandangan-pandangannya. From what I learned I do believe Islam is the best religion, katanya suatu ketika. but why women can not express themselves freely as men?, lanjutnya. Dalam sebuah diskusi tentang takdir dan bencana alam, tiba-tiba Theresa menyelah wait..wait what? I don think God will allow people to suffer.
Ternyata maksud Theresa adalah bahwa Allah itu Maha Penyayang dan tidak mungkin
akan menjadikan hamba-hamba-Nya menderita. Dia menjelaskan bahwa tidak mungkin
bisa disatukan antara sifat Allah Yang Maha Pemurah dan penyayang dan bencana dalam yang terjadi di berbagai tempat.
Biasanya saya memang tidak terlalu merespon secara serius terhadap pertanyaan atau pernyataan si Theresa tersebut. Saya tahu bahwa dia memang memiliki kepribadian yang lugas dan apa adanya, dan sangat cenderung untuk merasionalisasi segala hal. Belakangan saya tahu bahwa Theresa dengan nama akhir (last name) Gordon, ternyata adalah direktur sebuah rumah sakit swasta di Manhattan. Kedudukannya itu menjadikannya cukup percaya diri dan berani dalam mengekspresikan dirinya.
Namun dalam tiga minggu sebelum Ramadan lalu, terjadi perubahan drastis pada sikap dan cara bertutur kata Theresa. Kalau biasanya tertawa terbahak apa adanya, dan bahkan tidak ragu-ragu memotong pembicaraan atau penjelasan-penjelasan saya dalam diskusi-diskusi di kelas, kini dia nampak lebih kalem dan sopan.
Hingga suatu ketika dia bertanya: Is it true that Islam does not allow the women to laugh loudly? Saya mencoba menjelaskan kepadanya: It depends on its context jawabku. Some women or people laugh loudly for no reasons but an expression of bad attitude. But some others do laugh because that is their nature, jelasku. Maksud saya dalam penjelasan tersebut, jangan-jangan Theresa sering tertawa keras dan apa adanya memang karena tabiatnya. Bukan karena perilaku yang salah. Kalau memang itu sudah menjadi bagian dari tabiatnya, tentu tidak mudah merubahanya. Sehingga kalau saya terfokus kepada masalah ketawa, jangan-jangan dia terpental dan lari dari keinginannya untuk belajar Islam.
Suatu hari Theresa meminta waktu kepada saya setelah kelas. Menurutnya ada sesuatu yang ingin didiskusikan. Setelah kelas usai saya tetap di tempat bersama Theresa. I am sorry Imam katanya. Why and what is the reason for the apology?, tanyaku. I think Ive been impolite in the class in the past, katanya seraya menunduk. Sister Theresa, I have been teaching in this class for almost 7 years. Alhamdulillah, Ive received many people with many backgrounds. Some people are very quite and some others are the opposite, jelasku. But I always keep in mind that people have different ways of understanding things and different ways of expressing things, lanjutku.
Saya kemudian menjelaskan kepadanya karakter manusia dengan merujuk kepada para sahabat sebagai contoh. Di antara sahabat-sahabat agung Rasulullah SAW ada Abu Bakar yang lembut dan bijak, tapi juga ada Umar yang tegas dan penuh semangat. Ada Utsman yang juga lembut dan sangat bersikap dewasa, tapi juga ada Ali yang muda tapi tajam dalam pandangan-pandangannya. Even between themselves, they often involved in serious disagreement, kataku. Tapi mereka saling mamahami dan saling menghormati dalam menyikapi perbedaan-perbedaan yang ada. Do you think I will be able to change?, tanyanya lagi. Saya berusaha menjelaskan bahwa memang ada hal-hal yang perlu dirubah dari cara bersikap dan bertutur kata, dan itu adalah bagian esensial dari ajaran agama Islam.
Tapi di sisi lain, saya ingin menyampaikan bahwa dalam melakukan semua hal dalam Islam harus ada pertimbangan prioritas. I am sure, one day when you decide to be a Muslim, you will do so, motivasi saya. But dont expect to change in one day, lanjutku.
Hampir sejam kami berdialog dengan Theresa. Ternyata umurnya sudah mencapai kepala 4. Bahkan Theresa adalah seorang janda beranak satu wanita dan sudah menginjak remaja.
Hari-hari Theresa memang sibuk Sebagai direktur rumah sakit di kota besar seperti Manhattan, tentu memerlukan kerja keras dan pengabdian yang besar. Tapi hal itu tidak menjadikan Theresa surut dari belajar Islam. Setiap hari Sabtu pasti disempatkan datang walaupun terlambat atau hanya untuk sebagian waktu belajar.
Sekitar dua minggu sebelum Idul Adha, Theresa datang ke kelas sedikit lebih awal dan nampak berpakaian rapih. Selama ini biasanya berkerudung untuk sekedar memenuhi peraturan mesjid, tapi hari itu nampak berpakaian Muslimah dengan rapih. You know what, Ive decided to convert, katanya memulai percakapan pagi itu. Alhamdulillah. You did not decide it Sister!, kataku. When some one decides to accept Islam, its Gods decision, jelasku. Beberapa saat kemudian beberapa peserta memasuki ruangan. Saya menyampaikan kepada mereka bahwa ada berita gembira. A good news, Theresa have decided to be a Muslim today.
Hampir saja semua peserta yang rata-rata wanita itu berpaling ke Theresa dan menyalaminya. So the big lady will be a Muslim?, kata salah seorang peserta. Memang Theresa digelari big lady karenanya sedikit gemuk.
Menjelang shalat Dhuhur, saya meminta Theresa untuk mengambil air wudhu. Sambil menunggu adzan Dhuhur, saya kembali menjelaskan dasar-dasar Islam secara singkat serta beberapa nasehat kepadanya. Saya juga berpesan agar kiranya Theresa dapat menggunakan posisinya sebagai direktur rumah sakit untuk kepentingan Islam. Insha Allah!, katanya singkat.
Setelah adzan dikumandangkan saya minta Theresa untuk datang ke ruang utama masjid. Di hadapan ratusan jamaah, Theresa mempersaksikan Islamnya:
Laa ilaaha illa Allah-Muhammadan Rasul Allah. Allahu Akbar!

Daftar Mobil Keren yang tak Pernah Diproduksi Masal























Inilah Modifikasi Motor teraneh di dunia

















Ilmuan Berhasil Ciptakan Nyawa Tiruan










Benar-benar dahsyat temuan ilmuan ini. Bagaimana tidak, tidak main-main, mereka berhasil menciptakan nyawa tiruan. Apakah mereka mau menyaingi Tuhan?
Terobosan baru ilmiah dilakukan ahli biologi berkewarganegaraan Amerika Serikat. Craig Venter berhasil menciptakan ‘kehidupan tiruan’ untuk kali pertama di laboratoriumnya. Sang ilmuwan tersebut, menyangkal bahwa dirinya mempermainkan Tuhan dengan karyanya itu.
Penciptaan sel sintetik yang digambarkan sebagai sebuah tonggak bersejarah dalam ilmu pengetahuan oleh seorang ahli asal Inggris itu, merupakan mimpi yang menjadi kenyataan dari penelitian yang berlangsung selama 15 tahun oleh ahli rekayasa genetik, Dr Ventern.
Dia mengembuskan nyawa ke tubuh bakteri menggunakan gen yang disatukan melalui proses di laboratorium dalam sebuah konsep pengembangan, dengan tujuan utama untuk membuat organisme material genetik.
Termasuk di dalamnya, pembuatan organisme tiruan yang didesain untuk tugas-tugas khusus seperti membuat vaksin atau membersihkan polusi.
 
Tapi beberapa ahli melihat adanya potensi bahaya dalam temuan tersebut. Misalnya, nyawa sintetik bisa disalahgunakan untuk membuat senjata biologis.
Berbicara dalam program BBC2 Newsnight di Washington, Venter membantah tuduhan dirinya telah mempermainkan Tuhan. “Tuduhan itu selalu muncul setiap kali muncul terobosan baru di dunia medis atau ilmu pengetahuan yang terkait dengan biologi. Penelitian ini mempunyai tujuan kemanusiaan untuk mengontrol sifat alam. Itu sama seperti bagaimana kita menjinakkan hewan,” katanya.
“Ini adalah tingkat lebih tinggi dari pemahaman kita. Ini adalah tahap dimana kita bisa mulai memahami bagaimana kehidupan itu bekerja dan mungkin juga bagaimana kita bisa mengontrol sistem mikrobiologi untuk kepentingan kemanusiaan,” tambahnya.
Saat ditanya, teknik baru tersebut bisa dibeli oleh pemilik modal besar, Venter menjawab, teknologi tidak untuk diperjualbelikan. “Kami berupaya mengembangkan teknologi ini untuk memajukan bidang perlindungan vaksin. Kami akan menggunakannya untuk mengembangkan pemahaman dasar dari kehidupan sel,” jelasnya.
Venter juga menyangkal kekhawatiran sejumlah pihak bahwa teknologi itu akan digunakan sebagai bio terorisme. “Sebagian orang sepakat bahwa ada potensi yang berkembang, bahwa teknologi bisa digunakan untuk kekerasan. Tapi ada juga yang meyakini jika pengembangan ini sangat berpotensi untuk membantu kehidupan manusia,” paparnya.