Boeing Business Jet 2
Dimensions:
Length
39.6m
Wingspan
35.8m
Tail Height
12.5m
Fuselage Diameter
3.73m
Cabin Dimensions:
Length
29.97m
Height
2.16m
Width
3.53 m
Floor Area
93.27m²
Interior Completion Weight Allowance
7,030kg
Seating
78 passengers
Weights:
Maximum Taxi Weight
79,240kg
Maximum Take-Off Weight
79,015kg
Maximum Landing Weight
66,360kg
Maximum Zero Fuel Weight
62,730kg
Typical Operating Empty Weight
45,730kg
Engines:
CFMI Engines
2 x CFM 56-7
Aircraft Fuel Capacity
39,525l
Performance:
Maximum Cruise Speed
Mach 0.82 (550mph)x 1.8 km = 990 km/jam
Initial Cruise Altitude
37,750ft
Maximum Cruise Altitude
41,000ft
Range, 8 Passengers
10,620km
Range, 25 Passengers
10,120km
Range, 50 Passengers
9,140km
Take-Off Distance, 10,620km Range
2,135m
Take-Off Distance, 9,260km Range
1,870m
Take-Off Distance, 7,410km Range
1,620m
Landing Distance
834m
Featured Suppliers:
Aviation Technical Centre of Almaty International Airport - Aircraft Maintenance and Aircraft Component and Structural Repair Services
Biggles Labelling - Interior Aircraft Placards and External Decals..
JAKARTA, FAJAR -- Keinginan pemerintah untuk memiliki pesawat khusus kepresidenan akhirnya terealisasi. Pemerintah sudah menyelesaikan tiga tahap pembayaran pesawat 737-800 Boeing Business Jet 2 (Green Aircraft) pabrikan Boeing Company seharga USD 58,6 juta, yakni USD 11,72 juta pada 2010, USD 10,28 juta (2011), dan USD 36,6 (2012).
BBJ-2 sudah selesai dan diserahterimakan pada 21 Januari 2012 lalu. Selanjutnya, dilakukan pemasangan enam tangki oleh PATS Aircraft System dan selesai pada April. Dengan begitu, pesawat dapat terbang nonstop selama 10-12 jam. Tahap berikutnya adalah penyelesaian cabin interior dan sistem keamanan sesuai dengan fungsinya sebagai pesawat VVIP (very very important person).
Sebab, pesawat green aircraft memang sudah layak terbang namun masih dengan interior yang standar. "Pekerjaan interior cabin dan security system akan dimulai Mei 2012 dan diperkirakan rampung Agustus 2013," kata Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara Lambock V. Nathans dalam keterangan di kantornya, kemarin.
Saat ini, proses pelelangan tengah berjalan. Pemenang lelang pemenangnya akan ditentukan akhir Februari 2012.Dengan biaya cabin interior, security system, dan biaya administrasi, plus harga pesawat green aircraft, total pembelian pengadaan pesawat tersebut diperkirakan mencapai USD 91,2 juta.
Sebenarnya, penawaran awal harga BBJ-2 (Green Aircraft) adalah sebesar USD 63 juta. Namun setelah proses dua kali negosiasi, harga final BBJ-2 adalah USD 58,6 juta. Sementara biaya cabin interior dan security system masih bisa berubah bergantung pada pemenang lelang.
Lambock menjelaskan, pembelian pesawat untuk mendukung kegiatan presiden dan wakil presiden tersebut lebih efektif dan efisien ketimbang ketimbang terus-menerus menggunakan pesawat carter. Menurutnya, analisa dan hitung-hitungan mengenai perlunya pesawat kepresidenan itu sudah dikaji sejak lama. Termasuk melalui serangkaian pertemuan dalam rapat kerja antara Mensesneg dengan komisi II DPR.
"Pengadaan pesawat ini bukan muncul tiba-tiba," katanya. Selama ini, dalam melakukan perjalanan ke daerah atau luar negeri, presiden biasanya menggunakan pesawat milik maskapai Garuda Indonesia.
Penggunaan pesawat carter disebut memerlukan biaya sewa lebih tinggi. Pasalnya, penerbangan khusus VVIP itu memerlukan rekonfigurasi khusus sehingga banyak waktu yang hilang bagi perusahaan komersial dan dibebankan pada biaya carter. Jadwal penerbangan regular (komersial) yang terganggu mengakibatkan opportunity loss berupa hilangnya pemasukan dari penerbangan komersial. Hal itu masuk pada biaya carter. Ongkos carter juga memiliki kecenderungan naik tiap tahun.
Nah, jika melakukan pembelian, pemerintah menyebut bisa melakukan penghematan. Dengan perhitungan pesawat dapat dipakai selama 35 tahun, penghematannya bisa mencapai sebesar USD 385.940.682,48 atau sekitar Rp300 juta. Yakni selisih antara biaya beli pesawat, operasional, dan maintenance selama 35 tahun dengan biaya carter dalam jangka waktu yang sama. Jumlah itu masih ditambah dengan nilai aset pesawat (nilai buku) sebesar USD 2.605.987,31.
Sehingga, anggaran yang dihemat sebesar USD 388.546.669,79. Berarti, setiap tahun pemerintah dapat menghemat anggaran USD 11.101.333,42 atau Rp111.013.334.200 dengan asumsi USD 1 = Rp10.000. Pemakaian pesawat hingga umur 35 tersebut berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan KM.05 Tahun 2006, usia pesawat yang diizinkan terbang di Indonesia adalah 35 tahun.
“Dengan masa terbang sesuai keputusan menhub, bisa diartikan sebenarnya ini untuk siapa. Pesawat akan lebih banyak dinikmati presiden ktia di masa depan," tutur Lambock. Jika pesawat kepresidenan rampung Agustus 2013, maka Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hanya akan menikmati tidak lebih dari 1,5 tahun.
Dia menjelaskan, pemilihan Boeing dalam pengadaan pesawat kepresidenan tersebut bukan tanpa alasan. Salah satunya berkaitan dengan pertimbangan operasional, yaitu pesawat tersebut banyak digunakan di Indonesia. "Pilot-pilot di dalam negeri, termasuk pilot-pilot TNI-AU lebih siap dan familiar dengan pesawat Boeing," kata Lambock.
Selain itu, untuk urusan maintenance, fasilitas dan kemampuan di dalam negeri, termasuk TNI AU lebih banyak, siap, dan memiliki kapabilitas memadai dibanding untuk maintenance pesawat merek lain. Pesawat Boeing juga telah banyak digunakan untuk penerbangan VVIP negara lain.
Spesifikasi pesawat kepresiden itu, lanjut Lambock, antara lain mampu terbang jauh, yaitu 10 hingga 12 jam. Kemudian pesawat mampu mendarat di bandara kecil, memiliki kapasitas sesuai untuk rombongan presiden (lebih kurang 70 orang), serta memiliki peralatan navigasi, komunikasi, cabin insulation dan inflight entertainment yang khusus.
Operasinal pesawat khusus itu juga dikatakan akan lebih optimal. Koordinasi antara sekretariat militer, pasukan pengamanan presiden (paspampres), TNI AU, dan setneg bisa berjalan efektif secara langsung. Plus perlengkapan dan sistem komunikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan VVIP.
Lambock membantah pembelian pesawat khusus kepresidenan itu mengganggu alokasi pos anggaran lain atau pun berasal dari utang luar negeri. Pembelian itu menggunakan dana yang bersumber dari APBN. "Tidak benar itu untuk mengadakan pesawat dari utang luar negeri," tegasnya.
|
Boeing Business Jet 2, pesawat yang dibeli pemerintah RI untuk pesawat kepresidenan. |
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga pesawat baru kepresidenan
yang baru saja tiba di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, diperkirakan
mencapai sekitar Rp 847 miliar.
"Kami telah menerima
pesawat jenis Boeing Business Jet 2 atau BBJ-2," kata Menteri Sekretaris
Negara Sudi Silalahi dalam konferensi pers di Bandara Halim, Jakarta, Kamis
(10/4).
Menurut Sudi, penerimaan
pesawat baru kepresidenan setelah melalui proses pengadaan kurang lebih selama
empat tahun. Selain itu, pesawat terasebut telah dirancang dan didisain
sehingga dapat memenuhi persyaratan serta akan lebih mengefektifkan dan
mengefisienkan perjalanan dinas kepresidenan.
Berdasarkan rilis acara
penyambutan dan peresmian penyerahan pesawat kepresidenan yang dibagikan kepada
wartawan seusai acara konpers, pesawat kepresidenan yang dibeli adalah sebanyak
satu unit dengan harga sekitar 89,6 juta dolar AS atau sekitar Rp 847 miliar.
Harga sebesar itu sudah
termasuk fabrikasi, modifikasi interior serta beragam modifikasi lainnya yang
diperlukan.
Sedangkan rilis itu juga
menyebutkan bahwa pembayaran harga pesawat dilakukan melalui skim kontrak tahun
jamak dari tahun 2010-2014.
Pesawat yang dapat
mengakomodasi hingga 67 orang itu dilengkapi dengan interior ruang pertemuan,
ruang rapat dan ruang eksekutif guna memfasilitasi presiden dalam menunaikan
tugas kenegaraan.
Pesawat tersebut juga
dilengkapi perangkat keamanan dan tangki bahan bakar telah diambil hingga
menjadikan pesawat itu sanggup menempuh jarak di kisaran 5.000 mil laut atau
sekitar 10 ribu kilometer.
Sudi memaparkan dari sisi
anggaran negara, penggunaan pesawat kepresidenan jauh lebih hemat dibandingkan
dengan menggunakan pesawat komersial.
Dari perhitungan yang
dilakukan dengan cermat oleh pemerintah, penghematan anggaran negara, selama
masa pakai pesawat itu di kisaran beberapa tahun ke depan dilaporkan adalah Rp
114,2 miliar
Pesawat
Kepresiden Diberi Warna Biru? Ini Lho Alasannya
Bentuknya
tak berbeda dengan pesawat boeing pada umumnya. Yang membedakannya adalah warna
biru dan identitas ke-Indonesia-an yang melekat pada badan pesawat.
Ada alasan khusus pesawat kepresidenan berwarna biru. Menteri Sekretaris
Negara, Sudi Silalahi mengatakan pemilihan warna telah didiskusikan dengan
berbagai pihak termasuk TNI Angkatan Udara. Pemilihan warna sama sekali tidak
ditentukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Ini tidak ada arahan dari manapun. Ada 14 warna yang sempat disodorkan
dan diajukan ke Sesneg. Lalu dilakukan polling pendapat di kemensesneg, lebih
dari separuh memilih warna ini (biru muda)," katanya saat memberikan
keterangan pers di lanud Halim Perdanakusuma, Kamis (10/4).
Ia juga mengatakan pemilihan warna mempertimbangkan aspek keamanan. Warna biru
dianggap bisa berbaur dengan angkasa sehingga bisa dijadikan kamuflase. Selain
itu, warna biru muda juga mirip dengan seragam TNI Angkatan Udara yang nantinya
bertugas untuk mengoperasikan dan merawat pesawat kepresidenan.
Pesawat kepresidenan adalah jenis Boeing Bussiness Jet 2 atau BBJ-2. Pesawat
tersebut merupakan varian dari pesawat Boeing 737 seri 800 yang banyak
digunakan maskapai penerbangan nasional, Garuda Indonesia. Pesawar BBJ-2 telah
dirancang dan didesain sedemikian rupa hingga dapat memenuhi persyaratan untuk
menunjang pelaksanaan tugas kenegaraan Presiden RI.
Interior pesawat dirancang untuk dapat mengakomodasi hingga 67 orang penumpang.
Interior pesawat dilengkapi dengan ruang pertemuan, ruang rapat, dan ruang
eksekutif untuk memfasilitasi Presiden RI menunaikan tugas kenegaraan meski
sedang melakukan perjalanan.
Pesawat juga dilengkapi perangkat keamanan dan tangki bahan bakar telah
ditambah hingga menjadikan pesawat ini sanggup menempuh jarak dikisaran 5 ribu
mil laut atau sekitar 10 ribu km.
Dengan kemampuan itu, pesawat ini lebih dari cukup untuk menjangkau seluruh
pelosok kepulauan nusantara serta dalam tugas perjalanan dinas. Presiden ke
negara-negara sahabat.
Habib Umar bin
Hafidz:"jadikanlah
televisi,handphone,internet dan alat-alat lainya sebagai pelayan dan pembantu
untuk agamamu ,jika tidak,alat-alat itu akan menghancurkan dirimu sedangkan engkau akan
tertawa karena tidak menyadarinya,ia akan merusak hatimu,akalmu,akhlakmu,dan
fikiranmu,tanpa engkau menyadarinya,engkau tertawa bahagia padahal alat-alat
itu telah merusak hal-hal paling berharga yang kau miliki".
You might also like:
TERJEMAHAN ALQUR’AN 30 JUZ