Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan Hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan

Selasa, 31 Mei 2011

Apa Jadinya Jika Benua Tak Terpecah?
































Sekitar 300 hingga 200 juta tahun silam, tujuh benua yang ada sekarang ini berasal dari sebuah benua sangat luas. Benua itu disebut 'Pangea'. Beberapa bagian dari Pangea itu lalu terangkat akibat pergerakan kerak bumi. Lalu terpecah-pecah menjadi patahan atau sekarang kita kenal lempeng tektonik.

Sejumlah benua terlihat saling berpasangan antara satu dengan lainnya. Seperti permainan puzzle yang pas jika dipasangkan. Misalnya, kawasan pantai timur Amerika Selatan, bentuknya cocok jika dipasangkan dengan pantai barat Afrika.

Apa jadinya jika benua itu tidak terpecah dan berpisah satu dengan lainnya? Tentu banyak hal akan terjadi. Tapi yang hampir pasti, dunia ini akan miskin perbedaan. Kurang beragam alias homogen. Baik tumbuhan, binatang, termasuk manusia.

Teori yang kni masih diyakini banyak orang adalah nenek moyang spesies makhluk saat ini terbentuk karena isolasi geografis. Karena 'keterbatasan' akibat isolasi itu, secara perlahan tapi pasti mengalami perubahan. Berevolusi menjadi sifat, dan bentuk baru setelah melewati tantangan alam.
Coba kita perhatikan, sebagai contoh, pulau Madagaskar yang sekarang berada di timur Afrika. Pulau luas ini adalah pecahan dari Pangea bagian selatan pada 160 juta tahun yang lalu.

Menurut Conservation International, di pulau itu, sekitar sembilan dari sepuluh jenis tumbuhan dan mamalia yang hidup, berevolusi dan tidak ditemukan di pulau manapun di atas planet ini.

Profesor ilmu bumi dari Universitas Ohio, Damian Nance, mengatakan jika Pangea tak terpecah, maka kondisi kehidupan di benua itu akan sangat panas dan gersang. "Karena ukuran Pangea sangat luas, awan basah akan hilang sebelum mencapai jarak yang jauh," kata Nance.

Pangea yang belum terpecah itu, bergerak menjauhi kutub akibat rotasi bumi. Sehingga, benua itu terpusat di sekitar ekuator, bagian planet paling panas. Pada iklim seperti itulah, reptil dapat hidup dengan baik. Misalnya dinosaurus, hidup dengan baik saat benua masih menyatu secara luas.







Gol Messi Dipilih Sebagai yang Terbaik di La Liga ( Video )









Lionel Messi boleh saja kalah dari Cristiano Ronaldo dalam urusan jumlah gol musim ini, tapi toh tetap saja golnya dianggap sebagai yang terbaik di La Liga musim ini. Pembaca harian ternama Spanyol, Marca memilih gol La Pulga ketika Barca menang 3-1 atas Villarreal 13 November lalu di Camp Nou, sebagai yang terbaik musim ini.

Aksi briliannya yang melakukan kerja sama satu-dua dengan Pedro dan mengecoh kiper Villarreal, Diego Lopez dengan tendangan chip ke tiang dekat itu berbuah vote sebanyak 24%. Penyerang Atletico Madrid, Jose Antonio Reyes berada di urutan kedua dengan 17% vote, lewat gol, yang uniknya juga menghadapi Villarreal di tanggal 5 Maret ketika Los Rojiblancos juga menang 3-1.

Emmanuel Adebayor berada di posisi ketiga dengan 12% vote lewat golnya yang melengkapi kemenangan Real Madrid atas Racing Santander 3-1 di tanggal 6 Maret.


Berikut aksi Messi yang dinobatkan sebagai gol terbaik La Liga musim ini:









Mengerikan! Kumbang Ini Memangsa Katak Hidup-hidup (Foto dan Video)


























Kumbang, pada umumnya memakan daun, buah, serangga kecil atau sejenisnya. Seramnya, kumbang ini memakan katak dan kadal.

Kumbang Epomismen jadi predator bagi katak dan kadal yang notabene ukurannya jauh lebih besar. Menurut ilmuwan Tel Aviv University di Israel, kumbang biasanya memakan hewan kecil seperti serangga, cacing atau hewan bertulang punggung mati.

Namun, menurut peneliti Gil Wizen, ketika ada ‘kerabat’ kumbang ini dimangsa kadal atau katak, kumbang ini akan membalas dendam dengan menyerang dan memangsa katak atau kadal itu.

Kumbang ini termasuk fenomena luar biasa hewan tak bertulang punggung yang memangsa hewan bertulang punggung, lanjutnya. Kumbang Epomis tak serta merta menyerang mangsanya.
 






"Soekarno Lahir di Surabaya, Bukan di Blitar"








Sebuah prasasti akan dipasang di rumah kelahirannya. "Kenapa sejarah diputarbalikkan?"
 
Ini yang tertulis dalam buku-buku sejarah: Presiden pertama RI, Soekarno lahir di Blitar pada 6 Juni 1901. Namun, menurut Ketua Umum Soekarno Institute, Peter A. Rohi, nyatanya proklamator Indonesia itu dilahirkan di Surabaya, tepatnya di Jalan Pandean IV/40. Untuk meluruskan sejarah, warga Surabaya akan memasang prasasti di rumah tersebut pada 6 Juni 2011 mendatang, bertepatan dengan hari ulang tahun Soekarno.

Prasasi itu dipasang sebagai tanda bahwa Soekarno benar-benar dilahirkan di Surabaya, bukan di Blitar seperti yang selama ini ditulis dan disebarluaskan ke masyarakat.

"Di Jakarta ada prasasti Barack Obama, padahal dia Presiden AS dari negara lain. Masak di Indonesia tidak ada prasasti Soekarno? Kami akan memasangnya di rumah kelahiran Sang Proklamator dan juga Presiden Pertama Soekarno," kata Peter, Selasa, 31 Mei 2011.

Peter menjelaskan, nantinya, prasasti akan dibuka dan diresmikan langsung oleh Prof. Ir. Hariono Sigit, putra dari Utari atau istri pertama Ir. Soekarno. Dalam prasasti tertera gambar Soekarno dan tulisan berisi penegasan rumah kelahirannya.

Dijelaskan Peter, Bung Karno lahir di sebuah rumah kontrakan di Jalan Lawang Seketeng, Surabaya, yang sekarang berubah nama menjadi Jalan Pandean IV. Ayahnya bernama Raden Soekemi seorang guru Sekolah Rakyat dan ibunya bangsawan Bali bernama Ida Ayu Nyoman Rai.

"Jalan Lawang merupakan tempat berkumpulnya 'Laskar Pemuda Revolusi' pimpinan Soekarno di zaman penjajahan dulu. Di kampung tersebut juga ada rumah Mayjen Soengkono, Bung Tomo, serta Gubernur Suryo," terangnya.

Mengomentari kelahiran Sang Proklamator yang disebut lahir di Blitar, Peter sangat menyayangkan sikap pemerintah. Padahal, lanjutnya, berbagai buku-buku sejarah dan arsip nasional mencatat Soekarno dilahirkan di Surabaya. "Saya heran kenapa sejarah diputarbalikkan begitu?"

Bahkan, tegas Peter, mantan Kepala Perpustakaan Blitar sudah mengakui hal itu.

Untuk menguatkan dalilnya, lelaki tersebut menunjukkan puluhan koleksi buku sejarah yang menuliskan Soekarno lahir di Surabaya. Di antaranya, buku berjudul 'Soekarno Bapak Indonesia Merdeka' karya Bob Hering, 'Ayah Bunda Bung Karno' karya Nurinwa Ki S. Hendrowinoto tahun 2002, 'Kamus Politik' karangan Adinda dan Usman Burhan tahun 1950, 'Ensiklopedia Indonesia' tahun 1955, 'Ensiklopedia Indonesia' tahun 1985, dan 'Im Yang Tjoe' tahun 1933 yang ditulis kembali oleh Peter A. Rohi dengan judul 'Soekarno Sebagai Manoesia' pada tahun 2008.

Peter berharap bangsa Indonesia mengetahui dan menyadari kekeliruan ini.  "Harus disadari, bahwa selama ini keliru, Soekarno bukan dilahirkan di Blitar tetapi di Surabaya," katanya bersemangat.

Ia menceritakan, pasca tragedi G30S/PKI, semua buku sejarah ditarik dan diganti di Pusat Sejarah ABRI pimpinan Nugroho Notosusanto. "Tapi saya heran, kenapa ada pergantian kota kelahiran Soekarno?"