Rabu, 16 Maret 2011
Semula dari Forum Penghujat Islam, Kini Ia Gabung Grup Mualaf, Facebook
Bertahun-tahun yang lalu, William Junaedi menganggap semua agama sama, yang membedakan hanyalah nama-nama Nabi sebagai utusan Tuhan. Namun kelak, pandangan itu berubah sepenuhnya ketika ia mulai bergaul dengan internet.
Pada tahun 2008, lelaki berdarah Cina-Betawi itu berhenti dari tempat kerjanya. Ia membeli sebuah komputer dan melanggan internet.
"Ketika sedang menganggur, sehari-hari saya hanya bermain internet. Browsing sana-sini, mencari tahu segala hal yang belum saya ketahui," tutur Wiliam.
Hingga suatu hari ia menemukan satu laman berupa forum kumpulan orang non-Muslim. Dalam forum itu, mereka menjelek-jelekan agama Islam.
Beberapa minggu William aktif memantau forum tersebut. Isinya hanyalah hujatan dan caci maki terhadap agama Islam. Penghuni forum itu menampilkan diri seolah-olah mengetahui dan paham betul mengenai sejarah Islam, Al-quran beserta hadist yang menurut mereka sangat tidak masuk akal.
Ketika membaca postingan penuh hujatan terhadap Islam, William menggeleng-gelengkan kan kepala. "Apa benar yang mereka bicarakan? Saya pun menjadi semakin penasaran ingin mengetahui kebenarannya.” lanjut pria berusia 29 tahun itu.
Akal sehat William tak bisa menerima komentar-komentar kasar dari anggota forum yang ia nilai sangat mengintimidasi dan melecehkan. William pun melakukan pencarian. Saat itu ia mendapat info alamat email untuk live chat perdebatan mengenai Islam. Ternyata di sana jauh lebih parah.
Salah satu admin live chat, tutur William, mengatakan mereka telah menemukan satu hadist yang menceritakan bahwa Nabi dulu pernah melakukan perbuatan asusila terhadap Abu Sofyan saat masih kecil, "Disebutkan pula bahwa Nabi pernah Tidur dengan mayat. Kami memperdebatkan seputar hal tersebut," kata si bungsu dari 5 bersaudara ini.
Satu tahun lebih William mengikuti debat di live chatt itu. Berbarengan dengan itu, toko milik kakaknya bangkrut. William beserta keluarga akhirnya memutuskan kembali ke Jakarta. Berbeda saat memantau forum non-Muslim, kali ini kata-kata di live-chat itu merasuk ke hatinya.
Ketika pindah ke Jakarta, William berada dalam fase ‘kebencian tingkat tinggi’ terhadap Islam. Sampai-sampai ia selalu berdebat dengan kakak iparnya yang Muslim.
“Setiap hari saya mendebatkan mengenai Islam dengan kakak ipar saya, mengapa Islam begini? Mengapa Islam begitu?. Kakak ipar William, menurut dia, sampai terlihat dilema dan kesulitan dengan kelakuan adik iparnya yang selalu mendebatnya tiada henti.
Namun William berhenti juga mendebatkan Islam dan memilih memelajari Kristen yang sudah lama ia anut. Ia berharap dengan mengetahui lebih dalam mengenai Kristen dan dapat menemukan jawaban atas semua kebenaran Tuhan. Tetapi, William malah tak merasa mendapat apapun.
“Awalnya saya ingin memperdalam ilmu agama saya, tetapi apa yang saya peroleh? Semua nihil. Saya tidak mendapat jawaban yang masuk akal dari agama saya sebelumnya," ujar William. "Saat membaca alkitab saya hanya merasa seperti baca novel, tidak ada yang spesial” ungkap William.
Kebimbangan dengan agamanya justru mendorong William untuk mencari tahu Islam lebih lanjut. Ia mulai mengunduh foto-foto wanita berkerudung dan menyimpannya dalam satu folder. Keisengannya itu ternyata diketahui oleh kakak iparnya.
“Saat itu kakak ipar saya bongkar-bongkar komputer, dia menemukan folder koleksi foto wanita berkerudung yang saya miliki," tutur William. Kontan kakak ipar William pun menanyakan perihal itu kepadanya. "Tapi saat itu saya membantahnya," kenang William
Ketika mengingat forum ‘non-Muslim’, William terbersit untuk mencari forum Muslim. Ia menemukan satu chatt room khusus pemeluk Islam, bernama ‘café Islam’. Di dalam forum itu ia banyak bertanya mengenai agama Islam. Hingga William memutuskan bertemu salah satu anggota chatt room untuk berbagi langsung.
“Berbeda dengan forum non-Muslim yang saya temukan sebelumnya, di ‘café Islam’ tidak ada makian kasar untuk agama non-muslim” cerita William
Pertemuan William dengan salah satu anggota ‘café Islam’ membuatnya terkesan. Anggota itu juga memberikan sebuah buku kepada William, berjudul “Saksikan Aku Sebagai Muslim”.
“Saya senang dengan pertemuan itu, berbincang dengan orang Islam yang membuat saya semakin tertarik dengan Islam," akunya "Ditambah lagi, dia memberikan saya buku. Walaupun pada saat itu saya kebingungan menyimpannya. Karena takut ketahuan orang di rumah” tutur William.
Usai pertemuan itu William kian intens mendalami Islam, hingga muncul keinginan untuk memeluk Islam. Dorongan itu kian kuat ketika ia--yang mulai sering melamun di atas rumahnya--mendengar suara orang mengaji. Di kuping William, suara itu terdengar merdu. Saat itu pula terbesit di benak William untuk berdoa kepada Allah.
“Suara lantunan ayat Al Qur'an itu terdengar sangat berirama dan enak sekali di dengarnya," ungkap William. Ia tak pernah mendengar semacam itu di agamanya." Saya pun langsung berdoa dalam hati ‘ya Tuhan, kalau memang ini Agama yang benar dan merupakan karuniamu tolong dekatkan aku dengan Islam, jika bukan maka jauhkanlah” kenang William
Beberapa waktu setelah itu, William membuat sebuah akun Facebook, di sana ia bergabung dengan group ‘Mualaf Indonesia’. Lagi-lagi ia banyak menanyakan mengenai Islam dan mengutarakan keinginannya untuk memeluk Islam
“Awalnya saya berpikir, lucu juga kalau muka Cina seperti saya pakai kopiah. Tapi ternyata di Mualaf Indonesia banyak orang-orang seperti saya (Cina-red) dan mereka memeluk Islam. Saya jadi tak merasa asing,” tuturnya
Keinginan William masuk Islam mendapat sambutan hangat dari anggota grup Mualaf Indonesia. Akhirnya, pada tanggal 13 September 2009, William di-Islamkan oleh Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) dan melakukan khitan pada 5 November 2009.
Resmi menjadi Muslim, William menceritakan keputusan besar itu kepada orang tua. Saat itu, ibu William marah besar dan mogok bicara dengan William. Sementara ayahnya lebih membebaskan William memilih.
“Mama tidak mau bicara sama saya, terlihat sekali kalau mama kecewa," tutur William. Ayahnya tidak melarang, karena ayah William rupanya pernah menjadi seorang muslim. "Tetapi lantaran tidak ada yang membimbingnya akhirnya ia menjadi murtad” kata William
William mengaku berat ketika keputusannya tidak disetujui oleh sang ibu. Tapi William tak berputus asa. Saat hubungan dengan ibunya menegang, William mengambil wudhu dan berdoa kepada Allah agar membukakan pintu hati ibunya.
Doa yang dipanjatkan William ternyata dijabahi Allah. Hanya dua hari berselang, ibunya tak sanggup lagi mogok bicara dengannya. Akhirnya ibu dan anak itu pun berbicara dari hati ke hati dan ibunya pun menerima keputusan William.
“Setelah mama bisa menerima saya sebagai seorang muslim saya menjadi lega, meski banyak teman-teman saya yang juga keturunan Cina mengucilkan dan memutuskan silaturahmi dengan saya.” ujar William Walaupun ada yang tak menyukai keputusan William, tak lantas mengendurkan semangatnya untuk mempelajari Islam.
Setelah memeluk agama Islam, William kian merasakan kedekatan Allah terhadap dirinya. Ia mengaku menjadi Muslim itu nikmat. “Yang paling luar biasa, ketika shalat berjamaah dimasjid. Semua orang Muslim, mulai pedagang, pegawai bahkan pejabatpun shalat berdampingan tanpa ada perbedaan,” ujar William
Tak lama setelah ia menjadi Muslim, ia merasa kian mendapat banyak berkah. William mendapat panggilan kerja di salah satu SMA Negeri di Jakarta sebagai guru bahasa Inggris.
“Memang Allah tak pernah tidur, ia akan menolong setiap umatnya yang membutuhkannya. Kita hanya perlu berdoa dan bersabar. Sama seperti saya yang harus berdoa dan bersabar demi menemukan agama yang benar” tuturnya.
Saat ini William terus mempelajari Islam. Ditemani salah satu rekan kerjanya, William aktif mengikuti kegiatan pengajian yang ada di masjid-masjid.
Zumber: http://bit.ly/eZtCyI
Kisah Cinta Rahasia Ratu Inggris dengan Pemuda Muslim Dibukukan
Ini kisah nyata. Bukan seperti kisah di novel-novel romansa. Ratu Inggris, Victoria, yang berkuasa dari 1837-1901 ternyata menjalin hubungan asmara dengan pelayannya asal India bernama Abdul Karim, yang beragama Islam!
Kisah unik ini ditemukan secara tidak sengaja oleh pengarang kelahiran India, Shrabani Basu. Menurut Banu, kisah ini sengaja ditutup-tutupi oleh Kerajaan Inggris. Ketika Victoria meninggal dunia pada 1901, anaknya Raja Edward VII memerintahkan seluruh surat dan fotografi yang menghubungkan Victoria-Karim dihancurkan.
Untungnya, Karim memiliki buku harian yang sempat ia selundupkan ketika ia dipecat dari Kerajaan Inggris. Buku ini jatuh ke tangan Basu, tahun lalu. Diberikan oleh salah satu kerabat Karim, Begum Qamar Jehan. Bersama dengan buku itu, terdapat pula sejumlah foto yang menunjukkan Victoria-Karim.
Berikut kisah uniknya, seperti dikutip dari the National:
Karim adalah pemuda asal Agra, India. Ia dibawa ke Inggris pada 1887. Ia disebut sebagai 'Hadiah dari India untuk Inggris'. Sebelumnya Victoria memang ingin ada pelayan khusus India untuk melayani seorang ratu India yang berkunjung ke Inggris.
Setahun di Inggris, karir Karim melesat. Dia menajdi salah satu pelayan dan orang penting di dalam rumah tangga Istana. Ia menjadi anak kesayangan Victoria. Banyak orang dari pemerintahan dan anggota keluarga kerajaan yang iri dengan karirnya.
Di satu kesempatan, Perdana Menteri Inggris Lord Salisbury bahkan harus mengintervensi keputusan Victoria. Ratu ingin menganugerahkan Karim gelar ksatria Inggris, namun ditolak Salisbury. Akhirnya Karim mendapat gelar 'Companion of the Order of the Indian Empire' dan gelar 'Commander of the Royal Victorian Order'.
Karim datang ketika Victoria sedang berduka atas kematian John Brown. Brown adalah salah satu pelayan favorit Ratu, yang juga kemungkinan salah satu kekasihnya. Suami Victoria, Pangeran Albert, meninggal pada 1861.
"Victoria mengirim surat ke Karim yang menunjukkan kasih sayang. Ia menulis dalam surat itu 'dari Ibumu yang sangat menyintaimu' atau 'dari sahabatmu' atau malah di beberapa kesempatan ada surat yang dikirim dengan tanda kecupan sang Ratu. Ini sangat jarang pada saat itu," kata Basu.
"Hubungan mereka sangat bergairah, tidak diragukan lagi. Hubungan mereka bisa dikatakan dalam berbagai lapisan, ada hubungan ibu-anak, ada hubungan pria India-perempuan Inggris, macam-macam," sambung Basu.
Apakah hubungan keduanya cinta? Basu masih ragu mengatakannya. Sebab saat itu Karim sudah menikah dan Victoria tampak ingin sendiri. Namun gosip di Kerajaan waktu itu sempat memuncak ketika Karim dan Victoria bermalam bersama di salah satu rumah peristirahatan di dataran tinggi Skotlandia.
Selain sebagai pelayan, Karim juga mengajari Victoria bahasa Urdu, Hindi, dan masalah-masalah India. Karim selalu ikut dalam rombongan kerajaan. Dia diberikan rumah mewah di Inggris dan di India. Bahkan ia memiliki menu khusus, kare, setiap hari di Istana.
Karim pun naik jabatan. Dari pelayan menjadi sekretaris Ratu. Kenaikan jabatan itu membuat pihak rumah tangga Istana makin gusar. "Aku sangat mengagumi Karim," kata Victoria suatu waktu kepada menantunya, Louisse, Duchess of Cornwall di 1888. "Karim itu pria yang lembut, baik, dan pengertian. Dia membuatku merasa nyaman," kata Victoria.
"Yang terjadi saat itu adalah Karim sangat berpengaruh terhadap Victoria. Bahkan Karim bisa mempengaruhi kebijakan politik Inggris terkait India. Ini sangat menakjubkan. Ketika Inggris di masa jaya-jayanya, ada pemuda Muslim yang menduduki posisi penting di Kerajaan Inggris yang bisa mengubah kebijakan," kata Basu.
Menurut Basu, hubungan Victoria-Karim menjadi sangat heboh. Bahkan lebih heboh dari hubungan Victoria-Brown. Ini membuat putra Victoria, Raja Edward VII sangat tidak senang. Ketika Victoria wafat, Edward memecat Karim dan memulangkannya ke India.
Kisah unik ini ditemukan secara tidak sengaja oleh pengarang kelahiran India, Shrabani Basu. Menurut Banu, kisah ini sengaja ditutup-tutupi oleh Kerajaan Inggris. Ketika Victoria meninggal dunia pada 1901, anaknya Raja Edward VII memerintahkan seluruh surat dan fotografi yang menghubungkan Victoria-Karim dihancurkan.
Untungnya, Karim memiliki buku harian yang sempat ia selundupkan ketika ia dipecat dari Kerajaan Inggris. Buku ini jatuh ke tangan Basu, tahun lalu. Diberikan oleh salah satu kerabat Karim, Begum Qamar Jehan. Bersama dengan buku itu, terdapat pula sejumlah foto yang menunjukkan Victoria-Karim.
Berikut kisah uniknya, seperti dikutip dari the National:
Karim adalah pemuda asal Agra, India. Ia dibawa ke Inggris pada 1887. Ia disebut sebagai 'Hadiah dari India untuk Inggris'. Sebelumnya Victoria memang ingin ada pelayan khusus India untuk melayani seorang ratu India yang berkunjung ke Inggris.
Setahun di Inggris, karir Karim melesat. Dia menajdi salah satu pelayan dan orang penting di dalam rumah tangga Istana. Ia menjadi anak kesayangan Victoria. Banyak orang dari pemerintahan dan anggota keluarga kerajaan yang iri dengan karirnya.
Di satu kesempatan, Perdana Menteri Inggris Lord Salisbury bahkan harus mengintervensi keputusan Victoria. Ratu ingin menganugerahkan Karim gelar ksatria Inggris, namun ditolak Salisbury. Akhirnya Karim mendapat gelar 'Companion of the Order of the Indian Empire' dan gelar 'Commander of the Royal Victorian Order'.
Karim datang ketika Victoria sedang berduka atas kematian John Brown. Brown adalah salah satu pelayan favorit Ratu, yang juga kemungkinan salah satu kekasihnya. Suami Victoria, Pangeran Albert, meninggal pada 1861.
"Victoria mengirim surat ke Karim yang menunjukkan kasih sayang. Ia menulis dalam surat itu 'dari Ibumu yang sangat menyintaimu' atau 'dari sahabatmu' atau malah di beberapa kesempatan ada surat yang dikirim dengan tanda kecupan sang Ratu. Ini sangat jarang pada saat itu," kata Basu.
"Hubungan mereka sangat bergairah, tidak diragukan lagi. Hubungan mereka bisa dikatakan dalam berbagai lapisan, ada hubungan ibu-anak, ada hubungan pria India-perempuan Inggris, macam-macam," sambung Basu.
Apakah hubungan keduanya cinta? Basu masih ragu mengatakannya. Sebab saat itu Karim sudah menikah dan Victoria tampak ingin sendiri. Namun gosip di Kerajaan waktu itu sempat memuncak ketika Karim dan Victoria bermalam bersama di salah satu rumah peristirahatan di dataran tinggi Skotlandia.
Selain sebagai pelayan, Karim juga mengajari Victoria bahasa Urdu, Hindi, dan masalah-masalah India. Karim selalu ikut dalam rombongan kerajaan. Dia diberikan rumah mewah di Inggris dan di India. Bahkan ia memiliki menu khusus, kare, setiap hari di Istana.
Karim pun naik jabatan. Dari pelayan menjadi sekretaris Ratu. Kenaikan jabatan itu membuat pihak rumah tangga Istana makin gusar. "Aku sangat mengagumi Karim," kata Victoria suatu waktu kepada menantunya, Louisse, Duchess of Cornwall di 1888. "Karim itu pria yang lembut, baik, dan pengertian. Dia membuatku merasa nyaman," kata Victoria.
"Yang terjadi saat itu adalah Karim sangat berpengaruh terhadap Victoria. Bahkan Karim bisa mempengaruhi kebijakan politik Inggris terkait India. Ini sangat menakjubkan. Ketika Inggris di masa jaya-jayanya, ada pemuda Muslim yang menduduki posisi penting di Kerajaan Inggris yang bisa mengubah kebijakan," kata Basu.
Menurut Basu, hubungan Victoria-Karim menjadi sangat heboh. Bahkan lebih heboh dari hubungan Victoria-Brown. Ini membuat putra Victoria, Raja Edward VII sangat tidak senang. Ketika Victoria wafat, Edward memecat Karim dan memulangkannya ke India.
Zumber:http://bit.ly/i3ijWj
Diawali dari Mimpi, Ahmad Naga Kusnadi Pun Menuju Islam
Bila ia tak mendapat mimpi itu saat SMP, tak pernah terlintas dalam benak Ahmad Naga Kunadi, 34 tahun, untuk memeluk Islam. Selain faktor garis keturunan, dalam keluarga pria Tiong Hoa itu pun tak ada yang beragama Islam. Semua menganut keyakinan Kong Hu Chu, termasuk dirinya.
Namun, sebuah peristiwa--yang semula ia anggap aneh--dalam hidupnya, membuat Naga mulai tertarik Islam. Ia mendapat mimpi yang menyeramkan. Dalam mimpi, ia melihat api mengelilingi manusia yang tergantung di paku bumi. Begitu terbangun, ia merasa ketakutan.
“Saya menyaksikan manusia-manusia digantung di sebuah paku bumi dan di kelilingi oleh api yang sangat besar”, tutur Naga. Seusai mendapat mimpi Naga mengalami demam selama tiga hari. Padahal sebelum itu kondisinya sehat-sehat saja.
Naga mencoba mengabaikan mimpi itu. Selain menyeramkan, ia juga tak mampu menafsirkan apa arti mimpi tersebut. Waktu berjalan, hingga suatu hari, ketika sudah di SMA, ia menjumpai kejadian yang mengingatkan dirinya lagi terhadap mimpi tersebut.
Sewaktu ia berjalan di sebuah toko buku, ia tiba-tiba berkeinginan untuk berhenti rak bagian Islam dan mengambil Al-Quran. Ia pun membuka dan membaca sebuah tafsir Al Quran beserta terjemahannya.
Tak bisa membaca tulisan Arab,ia pun hanya membaca teks terjemahannya saja. Membuka halaman secara acak, ia berhenti di surat Al-Humazah. Ia sangat terkejut menemukan arti terjemahan potongan surat tersebut sama persis dengan gambaran mimpi yang dia alami dulu.
”Terdapat api yang membakar dan kamu lihat mereka di ikat di tiang yang panjang” Ucap Naga saat menjelaskan artian dari surat yang ia baca. Ia terheran-heran mengapa mimpinya dulu bisa ada dalam Al-Quran.
Dari sini lah Naga tertarik mengetahui Islam. Setelah kejadian ini, ia mulai sering berdiskusi dengan teman-teman Muslimnya. Tak sebatas berdiskusi dengan temannya, ia pun mencari tahu mengenai Islam dari buku-buku tentang islam.
Tapi ia tak merasa cukup dengan informasi yang ia peroleh. Banyaknya persepsi islam yang tumbuh dan berkembang di Indonesia membuat informasi serba simpang siur. Meski demikian, dorongan rasa ingin tahun terhadap Islam malah kian besar. Alasan lain, ia masih belum memahami mengapa arti mimpinya bisa ada dalam Al Qur'an.
Akhirnya ia memutuskan untuk mengikuti pengajian di Masjid. Sayangnya ada sedikit kendala. Ada pandangan yang mengatakan mereka yangbelum di khitan tak boleh masuk masjid. Naga yang berkeyakinan Kong Hu Cu tentu saja belum dikhitan.
Tapi itu tak mengendurkan semangatnya untuk terus memperdalam pengetahuannya tentang Islam. Ia pun mengikuti pengajian dari luar masjid. Tak hanya mencatat dan mendengarkan, ia bahkan mencegat Ustadz pengajian tersebut untuk meminta mengajarkan dan mengenalkan islam pada dirinya.
“Saya pun rela mengunjungi rumah ustadz tersebut untuk mengajari saya di rumahnya” papar Naga. Dari ustadz tersebutlah Naga bisa mendapatkan ilmu tentang islam. Naga juga tahu bahwa mimpi tersebut adalah gambaran mengenai neraka dan mengapa mimpi itu bisa sama seperti di Al-Quran kemungkinan adalah sebuah hidayah untuk dirinya.
Tapi, ketertarikan Naga terhadap Islam tak disambut baik oleh keluarganya. Mengetahui ia mulai belajar Islam, mereka mulai mengambil jarak. Ia juga mendapat tekanan untuk menghentikan kegiatanya tersebut. Hubungan Naga dengan keluarganya juga semakin rengang
Tekad Naga yang sudah bulat mendorongnya maju terus dengan pendiriannya. Selepas dari bangku SMA, ia memutuskan untuk tinggal di sebuah mess. Kebetulan ia langsung mendapatkan pekerjaan begitu lulus.
Dua hari libur kerja, dimanfaatkan betul oleh Naga untuk mempelajari Islam. Saat Sabtu dan Minggu ia kerap mengisi dengan kegiatan mengaji dan membaca-baca buku.
“Setiap ada pangajian di hari Sabtu atau Minggu, saya pasti mengikuti pengajian tersebut. Selain itu saya juga sering ke toko buku untuk mencari buku yang bersikan pengetahuan islam," kata Naga.
Setelah lama belajar tentang islam, Akhirnya ia mulai sedikit demi sedikit mengikuti anjuran Islam. Hal pertama yang ia lakukan adalah melakukan khitan. Tepat pada usia 22 tahun ia dikhitan. Walau boleh dibilang terlambat, Naga tetap melakukan itu.
Ia beranggapan khitan juga baik untuk kesehatan. “Andai nanti saya tak masuk Islam pun, khitan kan juga baik untuk kesehatan”. Ujar Naga.
Dalam pencarian tentang Islam, ia menemukan Masjid Lautze di daerah Pasar Baru, Jakarta. Di masjid itu juga sempat mengikuti pengajian. Ia terus memperdalam Islam di masjid tersebut hingga akhirnya tahun 2002 ia memutuskan mengucapkan dua kalimah syahadat di Masjid ini.
Begitu masuk Islam, ia mengaku merasakan keindahan yang tak ada taranya. Ia merasakan bahagia yang tak mampu diucapkan dalam kata-kata.
“Semua tahu kalau gula itu manis, tapi untuk menjelaskan kenapa gula itu manis itu sulit. Seperti itulah gambaran saya mengenai bahagianya masuk islam, saya tak bisa jelaskan rasa bahagia tersebut," tutur Naga.
Kengininan untuk mendalami Islam tak berhenti sampai di sini. Setelah resmi menjadi Muslim ia sering beraktivitas di Masjid Lautze. Bahkan kini Naga ikut membantu mengurus kegiatan pengajian muallaf di Masjid tersebut.
Namun, sebuah peristiwa--yang semula ia anggap aneh--dalam hidupnya, membuat Naga mulai tertarik Islam. Ia mendapat mimpi yang menyeramkan. Dalam mimpi, ia melihat api mengelilingi manusia yang tergantung di paku bumi. Begitu terbangun, ia merasa ketakutan.
“Saya menyaksikan manusia-manusia digantung di sebuah paku bumi dan di kelilingi oleh api yang sangat besar”, tutur Naga. Seusai mendapat mimpi Naga mengalami demam selama tiga hari. Padahal sebelum itu kondisinya sehat-sehat saja.
Naga mencoba mengabaikan mimpi itu. Selain menyeramkan, ia juga tak mampu menafsirkan apa arti mimpi tersebut. Waktu berjalan, hingga suatu hari, ketika sudah di SMA, ia menjumpai kejadian yang mengingatkan dirinya lagi terhadap mimpi tersebut.
Sewaktu ia berjalan di sebuah toko buku, ia tiba-tiba berkeinginan untuk berhenti rak bagian Islam dan mengambil Al-Quran. Ia pun membuka dan membaca sebuah tafsir Al Quran beserta terjemahannya.
Tak bisa membaca tulisan Arab,ia pun hanya membaca teks terjemahannya saja. Membuka halaman secara acak, ia berhenti di surat Al-Humazah. Ia sangat terkejut menemukan arti terjemahan potongan surat tersebut sama persis dengan gambaran mimpi yang dia alami dulu.
”Terdapat api yang membakar dan kamu lihat mereka di ikat di tiang yang panjang” Ucap Naga saat menjelaskan artian dari surat yang ia baca. Ia terheran-heran mengapa mimpinya dulu bisa ada dalam Al-Quran.
Dari sini lah Naga tertarik mengetahui Islam. Setelah kejadian ini, ia mulai sering berdiskusi dengan teman-teman Muslimnya. Tak sebatas berdiskusi dengan temannya, ia pun mencari tahu mengenai Islam dari buku-buku tentang islam.
Tapi ia tak merasa cukup dengan informasi yang ia peroleh. Banyaknya persepsi islam yang tumbuh dan berkembang di Indonesia membuat informasi serba simpang siur. Meski demikian, dorongan rasa ingin tahun terhadap Islam malah kian besar. Alasan lain, ia masih belum memahami mengapa arti mimpinya bisa ada dalam Al Qur'an.
Akhirnya ia memutuskan untuk mengikuti pengajian di Masjid. Sayangnya ada sedikit kendala. Ada pandangan yang mengatakan mereka yangbelum di khitan tak boleh masuk masjid. Naga yang berkeyakinan Kong Hu Cu tentu saja belum dikhitan.
Tapi itu tak mengendurkan semangatnya untuk terus memperdalam pengetahuannya tentang Islam. Ia pun mengikuti pengajian dari luar masjid. Tak hanya mencatat dan mendengarkan, ia bahkan mencegat Ustadz pengajian tersebut untuk meminta mengajarkan dan mengenalkan islam pada dirinya.
“Saya pun rela mengunjungi rumah ustadz tersebut untuk mengajari saya di rumahnya” papar Naga. Dari ustadz tersebutlah Naga bisa mendapatkan ilmu tentang islam. Naga juga tahu bahwa mimpi tersebut adalah gambaran mengenai neraka dan mengapa mimpi itu bisa sama seperti di Al-Quran kemungkinan adalah sebuah hidayah untuk dirinya.
Tapi, ketertarikan Naga terhadap Islam tak disambut baik oleh keluarganya. Mengetahui ia mulai belajar Islam, mereka mulai mengambil jarak. Ia juga mendapat tekanan untuk menghentikan kegiatanya tersebut. Hubungan Naga dengan keluarganya juga semakin rengang
Tekad Naga yang sudah bulat mendorongnya maju terus dengan pendiriannya. Selepas dari bangku SMA, ia memutuskan untuk tinggal di sebuah mess. Kebetulan ia langsung mendapatkan pekerjaan begitu lulus.
Dua hari libur kerja, dimanfaatkan betul oleh Naga untuk mempelajari Islam. Saat Sabtu dan Minggu ia kerap mengisi dengan kegiatan mengaji dan membaca-baca buku.
“Setiap ada pangajian di hari Sabtu atau Minggu, saya pasti mengikuti pengajian tersebut. Selain itu saya juga sering ke toko buku untuk mencari buku yang bersikan pengetahuan islam," kata Naga.
Setelah lama belajar tentang islam, Akhirnya ia mulai sedikit demi sedikit mengikuti anjuran Islam. Hal pertama yang ia lakukan adalah melakukan khitan. Tepat pada usia 22 tahun ia dikhitan. Walau boleh dibilang terlambat, Naga tetap melakukan itu.
Ia beranggapan khitan juga baik untuk kesehatan. “Andai nanti saya tak masuk Islam pun, khitan kan juga baik untuk kesehatan”. Ujar Naga.
Dalam pencarian tentang Islam, ia menemukan Masjid Lautze di daerah Pasar Baru, Jakarta. Di masjid itu juga sempat mengikuti pengajian. Ia terus memperdalam Islam di masjid tersebut hingga akhirnya tahun 2002 ia memutuskan mengucapkan dua kalimah syahadat di Masjid ini.
Begitu masuk Islam, ia mengaku merasakan keindahan yang tak ada taranya. Ia merasakan bahagia yang tak mampu diucapkan dalam kata-kata.
“Semua tahu kalau gula itu manis, tapi untuk menjelaskan kenapa gula itu manis itu sulit. Seperti itulah gambaran saya mengenai bahagianya masuk islam, saya tak bisa jelaskan rasa bahagia tersebut," tutur Naga.
Kengininan untuk mendalami Islam tak berhenti sampai di sini. Setelah resmi menjadi Muslim ia sering beraktivitas di Masjid Lautze. Bahkan kini Naga ikut membantu mengurus kegiatan pengajian muallaf di Masjid tersebut.
Zumber: http://bit.ly/hq2sOx
Langganan:
Postingan (Atom)