Pesan Habib Munzir yg sangat2 berharga, beliau bercerita kala
beliau menghadapi SEORANG BOS PREMAN GEDE YG SUKA BUNUH ORANG
Jadikanlah kehidupan anda saat ini adalah medan Jihad,
Anda sedang di medan laga, berjihad menundukkan musuh-musuh Anda, yaitu mereka
yang mengajak Anda kepada kemungkaran, tundukkan mereka, kalahkan mereka. Namun
bukan dengan kekerasan dan kebengisan atau senjata, namun tundukkan dengan kelembutan dan kasih sayang, tundukkan
dengan akhlak dan bantuan, tundukkan dengan kesopanan dan keramahan. Niscaya
mereka akan tunduk dan menjadi berubah baik, dan menjadi teman anda.
Jika tidak mampu Anda menundukkan mereka dengan hal
itu, maka jangan kalah pula dengan mereka, tetaplah dalam ketenangan,
kelembutan, hadirkan cahaya kelembutan Allah swt saat bercakap-cakap dan
bertemu mereka. Anda akan lihat cahaya Allah swt akan membuat mereka tunduk
atau paling tidak mereka akan segan dan tidak mau mengganggu anda, malu, dan
berusaha tidak terlihat Anda saat bermaksiat.
Sungguh orang-orang yang terjebak dalam kemungkaran
itu mempunyai hati baik di hati kecilnya. Saya berkali-kali menemukan itu di
hati mereka, namun kebaikan itu tersembunyi dalam kesombongan mereka.
Pernah seorang pemabuk dan preman yang menjadi
biang kriminal bahkan konon sering menyiksa dan membunuh, orang tidak melihat
ia memiliki sifat baik sedikitpun. Namun ketika saya diadukan tentangnya,
pasalnya adalah ketika pemuda sekitar wilayah tersebut ingin mengadakan
majelis, namun takut pada orang itu. Mereka akan didamprat dan diteror oleh si
jahat itu. Ia adalah kepala kejahatan yang konon kebal dan penuh ilmu jahat.
Saya datangi kerumahnya, saya ucapkan salam dan ia
tidak menjawab, ia hanya mendelik dengan bengis sambil melihat saya dari atas
kebawah, seraya berkata, “Mau apa?”
Saya mengulurkan tangan dan ia mengulurkan
tangannya dan saya mencium tangannya, lalu saya pandangi wajahnya dengan lembut
dan penuh keramahan. Saya berkata dengan suara rendah dan lembut, “Saya mau
mewakili pemuda sini, untuk mohon restu dan izin pada Bapak, agar mereka
diizinkan membuat majelis di musholla dekat sini.”
Ia terdiam… roboh terduduk di kursinya dan
menunduk. Ia menutup kedua matanya. Saat ia mengangkat kepalanya saya
tersentak, saya kira ia akan menghardik dan mengusir, ternyata wajahnya merah
dan matanya sudah penuh airmata yang banyak. Ia tersedu sedu berkata, “Seumur
hidup saya belum pernah ada kyai datang kerumah saya… Lalu kini… Pak Ustadz
datang kerumah saya, mencium tangan saya… tangan ini belum pernah dicium
siapapun. Bahkan anak-anak sayapun jijik pada saya dan tak pernah mencium
tangan saya, semua tamu saya adalah penjahat, mengadukan musuhnya untuk dibantai,
menghamburkan uangnya pada saya agar saya mau berbuat jahat lagi dan lagi….
Kini datang tamu minta izin pengajian pada saya. Saya ini bajingan, kenapa
minta izin pengajian suci pada bajingan seperti saya.”
Ia menciumi tangan dan kaki saya sambil menangis,
ia bertobat, ia sholat, dan meninggalkan minuman keras dan criminal.
Konon dia ini sering mabuk, jika sudah mabuk maka
tak ada di kampung itu yang berani keluar rumah. Namun kini terbalik, ia
menjadi pengaman di sana, tak ada orang mabuk berani keluar rumah jika ada dia.
Dia menjadi kordinator musholla, ia mengatur teman
temannya para preman untuk membersihkan musholla, dipaksanya para anak buahnya
harus hadir majelis, dan demikianlah keadaanya. Ia bertempat di Legoa, Priok,
tempat yang sangat rawan dengan kriminal. Orang di wilayah itu jika saya datang
mereka berbisik bisik, “Jagoan selatan lagi ketemu jagoan utara!” Mereka kira
saya mengalahkannya dengan ilmu, padahal hanya kelembutan Muhammad saw yang
saya gunakan.
Hingga kini jika saya jumpa dengan beliau ia pasti
menangis memeluk saya. Saya pernah bercanda dengan meneleponnya, saya katakana,
“Tolong saya, tolong datang ke sini, saya dalam keadaan genting!”
Ia datang dengan Jaket Jeans, celana jeans, dan
dari wajahnya sudah siap tempur. Ia berkata, “Saya siap mati Habib, siapapun
yang berani mengganggu habib sudah bukan urusan habib lagi, biar saya yang urus
dan saya janji akan memotong kupingnya dan membawakannya pada habib!”
Saya berkata, “Naik saja ke mobil Pak!”
Ia pun naik, saya masuk ke majelis dan mengajaknya
hadir, ia berkata, “Mana orangnya Habib?”
Saya katakana, “Tidak… (saya tertawa) cuma mau
mengajak bapak ke majelis saya, kangen aja.”
Ia pun lemas dan tertunduk malu. Saya menganggapnya
ayah angkat saya hingga kini.
Kejadian lain adalah ketika paman saya mengadakan
perjalanan dari Lampung ke Jakarta. Ia bersama anak-anaknya. Ketika masuk
pelabuhan Bakauhuni Lampung, ia melihat seorang berwajah bengis dan menakutkan
sedang duduk di pintu pelabuhan. Paman saya bersalam padanya dengan lembut. Si
garang itu tidak menjawab dan wajahnya tanpa ekspresi sedikitpun dan acuh saja.
Maka lalu paman saya membeli tiket kapal yang ternyata dipalsu oleh calo. Ia
terjebak dalam penipuan. Maka ketika paman saya kebingungan dan mulai
dikerubuti orang yang menonton, maka si garang itu muncul. Semua orang mundur
melihat ia datang, lalu ia berkata, “Ada apa Pak?” Paman saya bercerita akan
penipu itu.
Si Garang berkata, “Bagaimana cirri-ciri orang
itu?”
Paman saya menceritakannya….
Si Garang pergi beberapa menit dan kembali sambil
menyeret orang itu yang sudah babak belur dihajarnya. Ia berkata kepada penipu
itu, “Kamu sudah menipu keluarga saya! Ini keluarga saya!” sambil menunjuk pada
paman saya.
Rupanya si garang ini preman penguasa pelabuhan
itu. Bagaimana ia bisa mengakui paman saya sebagai saudaranya? kenalpun tidak,
cuma hanya karena paman saya mengucap salam padanya dengan ramah. Walau
wajahnya tidak berekspresi saat itu, tapi ternyata hatinya hancur, ia malu dan
haru. Mungkin seumur hidupnya belum pernah ada orang mengucap salam padanya
dengan hormat.
Inilah beberapa contoh.
Contoh lainnya adalah ketika saya di suatu masjid,
yang memang sudah kebiasaan saya jika jumpa siapapun yang lebih tua jika
menjabat tangan saya maka saya mencium tangannya, apakah ia ulama atau bukan.
Selesai acara maka terdengar kabar, seorang muadzin masjid itu ternyata adalah
pencuri kotak amal masjid. Ia bertobat dan mengakui dosanya kepada sesepuh
masjid. Ia menangis dan berkata, “Tangan saya kotor dengan dosa, hati saya hancur
ketika tangan saya ini dicium oleh habib itu. Saya menyesal, saya haru, saya
terpukul, tangan ini selalu mencuri, tidak pantas dicium oleh seorang tokoh
agama.” Ia pun bertobat.
Di lain kesempatan ketika saya di suatu negeri
timur tengah, saya lihat di bandara para tentara berwajah bengis dengan senjata
laras panjang di pundaknya menjaga di sana sini. Saya bersalam pada seorang
yang tampak bengis sekali. Saya menunduk hormat dan senyum lembut. Ia tak
menggubrisnya, hanya mendelik dan pergi. Tak lama saya terkena sedikit masalah
di pintu imigrasi, hanya pertanyaan pertanyaan iseng yang sering dilancarkan
petugas imigrasi di pelbagai Negara. Maka tiba-tiba ada yang membentak di
belakang saya. Ia memerintahkan agar orang itu segera melewatkan saya. Ketika saya
berpaling ternyata tentara tadi. Ia menarik baju saya untuk segera lewat pintu
detektor pengaman bersamanya dan menghardik petugas pengaman untuk minggir
seraya berkata dengan bahasa arab, “Silahkan Tuan!”
Saya mengucap terimakasih, ia hanya mengangguk dan
pergi. Subhanallah….
Demikian indahnya akhlak… demikian senjata yang
lebih tajam dari pedang dan lebih mengalahkan dari peluru… ia mengalahkan musuh
dan membuat musuh berbalik menjadi penolong dan pembela….
Jika mereka yang gelap dan penjahat sedemikian
mudahnya lebur, apalagi orang yang berilmu saudaraku.
Demikian saudaraku yang ku muliakan, semoga dalam
kebahagiaan selalu, semoga sukses dengan segala cita-cita.
Wallahu a’lam
kisah di atas ditulis langsung oleh Allah Yarham Habib Munzir Al
Musawa
foto : Saat beliau menjadi narasumber di sebuah
stasiun Radio
You might also like:
TERJEMAHAN ALQUR’AN 30 JUZ
PENTING : jika Anda merasa website ini bermanfaat, mohon do'akan supaya Allah
mengampuni seluruh dosa-dosa Keluarga kami, dan memanjangkan umur keluarga kami
dalam ketakwaan pada-Nya. Mohon do'akan juga supaya Allah selalu memberi Keluarga kami rezeki
yang halal,melimpah,mudah dan berkah, penuh kesehatan dan waktu luang, supaya
kami dapat memperbanyak amal shalih dengannya.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
bersabda :
Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan
bagi saudaranya [sesama muslim] tanpa sepengetahuan saudaranya,
melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.”
(Hadits Shahih, Riwayat Muslim No. 4912)