Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan Hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan

Jumat, 26 November 2010

Masjid Baiturahman ( Masjid Raya ) Banda Aceh


Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh,merupakan Masjid yang memilikilembaran sejarah tersendiri,yang kini merupakan Masjid Negara yang berada di jantung kota Propinsi Daerah Istimawa Aceh. Nama Masjid Raya Baiturrahman ini berasal dari nama Masjid Raya yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda pada tahun 1022 Hijriah bersamaan dengan tahun 1612 Miladiyah. Riwayat lain menyebutkan bahwa yang mendirikan Masjid Raya Baiturrahman di Zaman kerajaan Aceh ialah Sultan Alidin Mahmudsyah pada tahun 1292 Miladiyah.

Mesjid Raya ini telah terbakar habis akibat penyerangan tentara Belanda dalam ekspedisinya kedua pada bulan shafar 1290 Hijriyah bersamaan dengan april 1873 Miladiyah, dimana dalam peristiwa tersebut tewas Mayjen Khohler yang kemudian diabadikan tempat tertembaknya pada sebuah monument kecil dibawah pohon ketapang/geulumpang.
Empat tahun setelah Masjid Raya Baiturrahman itu terbakar,pada pertengahan shafar 1294 Hijriyah bersamaan dengan awal maret 1877 Miladiyah, dengan
mengulangi janji jenderal Van Sweiten,maka Gubernur Jenderal Van Lansbergemenyetakan akan membangun kembali Masjid Raya Baiturrahman yang telah terbakar itu. Pernyataan ini diumumkan setelah diadakan permusyawaratan dengan kepala-kepala Negeri sekitar Banda Aceh. Dimana disimpulakan bahwa pengaruh Masjid sangat besar kesanya bagi rakyat Aceh yang 100% beragama Islam. Janji tersebut dilaksanakan oleh Jenderal Mayor Vander selaku Gubernur Militer Aceh pada waktu itu. Dan tepat pada hari kamis 13 syawal 1296 Hijriyah bersamaan dengan 9 Oktober 1879 Miladiyah, diletakan batu pertamanya yang diwakili olehTengku Qadhi Malikul Adil. Masjid Raya Baiturrahman ini siap dibangun kembali pada tahun 1299 Hijriyah bersamaan dengan kubahnya hanya sebuah saja.

Pada tahun 1935 Miladiyah Masjid Raya Baiturrahman diperluas bahagian kanan dan kirinya dengan tambahan dua kubah. Perluasan ini dikerjakan oleh Jawatan Pekerjaan Umum (B.O.W) dengan biaya sebanyak F.35.000,- (Tiga Puluh Lima Ribu Gulden), sebagai pimpinan Proyek Ir.M.Thahir dan selesai dikerjakan pada akhir tahun 1936 Miladiyah
Usaha perluasan dilanjutkan oleh sebuah panitia bersama Panitia Perluasan Masjid Raya Kutaraja. Dengan keputusan Menteri R.I tanggal 31 Oktober 1975 disetujui pula perluasanya yang kedua dan pelaksanaanya diserahkan pada pemborong N.V ZEIN dari Jakarta. Perluasan ini bertambah dua kubah lagi dan dua buah menara sebelah utara dan selatan. Dengan perluasan kedua ini Masjid Raya Baiturrahman mempunyai lima kubah dan selesai dekerjakan dalam tahun 1967 Miladiyah.
Dalam rangka menyambut Musabaqah tilawatil qurâan Tingkat Nasional ke-XII pada tanggal 7 s/d 14 Juni 1981 di Banda Aceh, Masjid Raya diperindah dengan peralatan, pemasangan klinkers di atas jalan-jalan dalam pekarangan Masjid Raya. Perbaikan dan penambahan tempat wudhuk dari porselin dan pemasangan pintu krawang, lampu chandelier, tulisan kaligrafi ayat-ayt Al-Qurâan dari bahan kuningan, bagian kubah serta intalasi air mancur di dalam kolam halaman depan.
Masjid Raya Baiturrahman adalah Masjid kebanggaan rakyat Aceh, dimana sejak zaman Belanda berfungsi sebagai benteng pertahanan umat Islam Namggroe. Pada tahun 1991-1993 Masjid Raya Baiturrahman melaksanakan perluasan kembali yang disponsori oleh gubernur Dr.Ibrahim Hasan, yang meliputi halaman depan dan belakang serta masjidnya itu sendiri.Bagian masjid yang diperluas,meliputi bagian lantai masjid tempat shalat,ruang perpustakaan, ruang tamu, ruang perkantoran, aula dan ruang tempat wudhuk, dan 6 lokal sekolah. Sedangkan. perluasan halaman meliputi, taman dan tempat parkir serta satu buah menara utama dan dua buah minaret. Sehingga luas ruangan dalam Masjid menjadi 4.760 M2 berlantai marmer buatan Italia, jenis secara dengan ukuran 60 × 120 cm dan dapat menampug 9.000 jamaâah. Dengan perluasan tersebut, Masjid RAya Baiturrahman sekarang memiliki 7 kubah, 4 menara, dan 1 menara induk.Dari masa kemasa Masjid Raya
Baiturrahman telah berkembang pesat baik ditinjau dari segi arsitektur, peribadatan maupun kegiatan kemasyarakatan sesuai dengan perkembangan, luas area Masjid Raya Baiturrahman ± 4 Ha, didalamnya terdapat sebuah kolam, menara induk dan bagian halaman lainya ditumbuhi rumput yang ditata dengan rapid dan indah diselingi tanaman/pohon hias.
(F.N sumber www.baiturrahman.masjiddigital.info)

AMAR MA'RUF NAHI MUNGKAR


Oleh : Farid N. Arief


"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung". (QS. 3:104)

Amar Ma`ruf (mengajak kepada perbuatan baik) Nahi Munkar (mencegah perbuatan buruk) merupakan perintah Allah SWT kepada kaum mukmin, sebaliknya dilarang mengajak/berbuat yang mungkar dan menyeru menolak yang makruf/baik. Dalam kehidupan social bermasyarakat sekarang ini kita perhatikan makin memudarnya sikap untuk melaksanakan amar makruf ini kalau dilihat dari nilai-nilai dasar Islam, mana yang makruf mana yang mungkar, mana yang harus dikerjakan/diajak mana yang harus dilarang/ditinggalkan sudah mulai kabur atau dikaburkan, hal ini bisa kita lihat/perhatikan dengan kasat mata dalam pola fakir, pola laku umat manusia sekarang ini, tidak terkecuali sebagian besar dari kalangan muslim, dapat kita perhatikan dalam elemen masyyarakat atau kehidupan individu maupun keluarga kehidupan,antara lain :

1. Siaran TV, kalau diperhatikan dengan seksama tayangan TV mengajak pamirsa kearah moral ganda, yaitu disatu sisi tV menyiarkan/mengajak kepada kebaikan ada acara agama, pendikan dan lain sebagainya acara acara yang berdampak positif, pada sisi lain juga tv menayangkan acara yang menyudutkan ajaran agama atau tayangan yang bertentangan dengan nilai-nilai agama dan tayangan lainnya yang berdampak negative pada pamirsa. Jadi tv melaksankan amar makruf, amar mungkar, mengajak kepada yang baik dan mengajak kepada yang mungkar.

2. Budaya pergaulan bebas, dalam artian pergaulan antara seorang gadis dengan seorang pemuda sudah banyak yang melampau batas-batas norma-norma agama dan norma-norma umum yang berlaku pada bangsa ini. Orang tua sekarang ini merasa resah jika anak gadisnya belum punya pacar. Sudah dianggap lumrah saat ini orang tua membiarkan anak gadis pergi dengan seorang pemuda/pacarnya yang bukan muhrimnya. Kesucian/keperawnan pada malam pengantin sekarang ini sudah tidak dijadikan masalah lagi. Membiarkan yang mungkar

3. Poligami yang dibolehkan Allah SWT dijadikan polemic, budaya selingkuh yang dilarang Allah SWT dianggap sah-sah saja tidak dipermasalahkan/tidak dipolemikan, mebiarkan yang mungkar melarang yang makruf

4. KKN, semakin didengungkan pemberantasanya semakin menjadi-jadi budaya KKN. Seoarang pejabat birokrat/atau seorang Pegawai Negeri yang memegang proyek ,dihormati ditengah masyarakat walaupun sudah rahasia umum jumlah harta kekayaan yang diperolehnya tidak berbanding rasional jika dibandingkan dengan besar gaji yang diterima. Didunia perpolitikan dianggap lumrah seorang isteri/ anak/saudara/keponakan seorang politikus, mendadak memegang posisi penting didalam kepengurusan partai atau jadi caleg nomor jadi, tanpa melewati pengkaderan, menurut semestinya, kenapa bisa karena suami/ayah/saudaranya memegang jabatan penting dalam kepengurusan partai. Pada sisi lain kerjasama dalam melaksanakan korupsi ( kolusi ) sudah dianggap hal yang sah-sah saja, sudah dianggap keharusan dalam dunia usaha dan juga dalam kerja dibirokrasi serta dunia pendidikan tidak terkecuali. Masyarakat sudah bersikap cuek , sudah bersikap dayus ( tidak acuh ) terhadap kemungkaran yang terjadi.

5. Maraknya penayangan pornogtafi dan pornoaksi di media cetak maupun media elekronik dan prilaku yang berbau porno lainnya (seperti perilaku berpakaian pada sebagian gadis-gadis kelihatan celana dalam dipinggul belakang ), yang tidak ada tegoran / hukuman social oleh masyarakat/orangrua, mengambarkan pergeseran nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat yang mayoritas beragama ini membiarkan perbuatan yang mungkar, plus dengan Penolakan UUD Pornografi oleh sekelompok masyarakat, mempertegas adanya sebagian umat yang menyuruh berbuat mungkar

SIKAP SEORANG MUSLIM DALAM MENGHADAPI

Seorang muslim dalam ajaran Islam dituntut untuk melaksanakan amar ma`ruf, yaitu mengajak kepada kebaikan dan mencegah perbuatan yang dilarang Allah SWT, sesuai dengan kemampuan yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta`ala. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam: "Siapa saja di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah dia merubahnya dengan kekuatannya atau dengan tangannya. Kalau dia tidak bisa dengan tangannya, hendaklah dia merubahnya dengan lisannya. Dan jika dia tidak mampu merubahnya dengan lisannya, hendaklah dia membenci kemungkaran tersebut dengan hatinya." Membenci dengan hati juga termasuk merubah kemungkaran itu, dimana dengan membenci kemungkaran itu berarti dia berusaha keras untuk melenyapkan kemungkaran itu di dalam hatinya. Berbeda jika seseorang mencintai sesuatu, maka dia tidak berusaha keras untuk menghilangkannya dari hatinya. Akan tetapi bila dia membencinya dalam hati, maka dia akan berusaha untuk menghilangkan kemungkaran tersebut.
Amar ma`ruf nahi mungkar, pada hakikatnya mengandung beberapa nilai dalam kehidupan, yaitu :

1. Saling tolong menolong dalam kehidupan, antara satu dengan yang lain dalam hal perbaikan umat ini, Allah berfirman: Saling tolong-menolonglah kalian atas kebaikan dan ketakwaan kepada Allah Subhanahu Wa Taâala dan janganlah kalian saling tolong-menolong, ampo membantu atas dosa dan permusuhan". Allah Subhanahu Wa Ta`ala memerintahkan kepada kita untuk bekerjasama, saling menguatkan, saling membantu antara satu dengan yang lain demi terwujudnya masyarakat yang senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta`ala, senantiasa taat kepada Allah Subahanahu Wa Taâala. Di antara ta`awun yang paling besar di antara kita adalah saling membantu dalam islah (memperbaiki) mujtamaânya. Memperbaiki masyarakat, yaitu dengan mengajak mereka untuk beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta`ala agar mereka tidak melakukan kerusakan di permukaan bumi ini, di antaranya adalah mensyarikatkan Allah Subhanahu Wa Taâala. Mensyarikatkan Allah Subhanahu Wa Ta`ala, yaitu menyembah selain Allah Subhanahu Wa Ta`ala adalah kemungkaran yang sangat besar yang ada di permukaan bumi ini, karena itulah Allah Subhanahu Wa Ta`ala mengutus para Anbiya `Alaihim ashshalaatu Wassalam untuk mengajak ummatnya meninggalkan kesyirikan dan beribadah hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta`ala semata.

2. Setiap muslim dituntut untuk melakukan perbaikan kearah nilai-nilai ilahiyah dimulai dari diri sendiri, keluarga dan masyrakat lingkungannya, jadi setiap pribadi muslim dilarang berbuat sebaliknya umpama melakukan kerusakan di atas permukaan bumi ini. Allah Subhanahu Wa Ta`ala berfirman: "Dan janganlah kalian melakukan kerusakan di atas permukaan bumi sesudah ada perbaikan dari para rasul-rasul Allah Subhanahu Wa Ta`ala, yaitu mengajak manusia beribadah kepada AllahSwt.

Orang-orang yang beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta`ala, mereka saling membantu, saling memimpin antara satu dengan yang lain, saling menolong antara satu dengan yang lain demi tegaknya amar ma`ruf nahi mungkar. Allah Subhanahu Wa Ta`ala berfirman: "Orang-orang yang beriman, laki-laki yang beriman dan perempuan yang beriman di antara mereka saling memimpin atau saling tolong-menolong di antara mereka yaitu dengan di antara mereka adalah pemimpin-pemimpin di antara satu dengan yang lain demi tegaknya amar ma`ruf nahi mungkar." Jadi di antara sifat-sifat orang yang beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta`ala adalah senantiasa berusaha menegakkan amar maâruf nahi mungkar pada diri-diri mereka, pada keluarga mereka, dan dalam lingkungan masyarakat mereka.

Bila amar ma`ruf nahi mungkar ini tegak dengan sebenar-benarnya sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah Subhanahu Wa Ta`ala, sesuai dengan risalah yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu `Alaihi Wa Sallam, maka keselamatan umat ini, kejayaan umat ini akan nampak pada diri-diri mereka. Tapi sebaliknya, jika amar ma`ruf nahi mungkar ditinggalkan, maka ancaman Allah Subhanahu Wa Ta`ala atau azab atau hukuman Allah Subhanahu Wa Ta`ala akan turun kepada ummat ini.

Kalau Bersikap Dayus Terhadap Amar Ma`ruf Nahi Munkar ?
Bersikap Dayus, artinya bersikap tidak mau tahu ( cuek ) terhadap sesuatu, dalam perintah amar ma`ruf nahi mungkar, umat Islam dilarang bersikap dayus tersebut. Dalam Alqurâan dan Hadis Nabi kita diingatkan :

"Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu." Qs. Al Maa`idah (5):79

Rasulullah SAW bersabda :

"Bukan dari golongan kami orang-orang yang tidak mengasihi yang muda dan tidak menghormati yang tua, serta tidak mengajak orang lain untuk berbuat baik dan melarang yang munkar."

Kewajiban Mencegah Kemunkaran

Al-imam Abi Daud rhm meriwayatkan bahwa Abdullah Ibn Mas`ud r.a. mendengar Rasulullah SAW bersabda bahwa :"Sesungguhnya demi Allah, hendaklah engkau benar-benar menyerukan yang ma`ruf dan benar-benar mencegah yang mungkar, dan sungguh-sungguh menentang tangan-tangan yang zholim, dengan mengembalikannya kejalan yang benar, dan agar menjaganya selalu di jalan yang benar".

Akibat tidak melaksanakan amar ma`ruf nahi mungkar

Firman Allah Subhanahu Wa Ta`ala:
"Dan peliharalah dirimu dari siksa yang tidak saja akan menimpa orang yang zholim diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksanya." (QS. Al-Anfal 25)

Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. mendengar bahwa Rasulullah SAW bersabda :
"Sesungguhnya manusia jika mereka melihat orang yang berbuat zholim dan tidak mencegahnya, maka telah dekatlah azab Allah yang akan menimpa mereka seluruhnya" (HR At-Tirmidzi)

Aisyah r.a. berkata, "Rasulullah SAW Bersabda : "Penduduk sebuah desa yang berjumlah delapan belas ribu orang disiksa, padahal amal-amal mereka seperti amal para nabi. Para sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, bagaimana hal itu bisa terjadi?" Nabi SAW menjawab, "Mereka tidak pernah marah karena Allah Azza Wa Jalla, karena mereka tidak melakukan amar ma`ruf dan nahi mungkar."

Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a.: "Dan sesungguhnya aku mendengar Rasulullah SAW.bersabda (yang artinya): "Bila suatu kaum berbuat maksiat, sementara di antara mereka ada yang mampu menegur mereka, namun tidak dilakukannya, melainkan Allah akan menimpakan siksa-Nya secara merata atas mereka dari sisi-Nya."

Di hadits yang lain Rasulullah SAW menyampaikan bahwa umat Islam yang soleh berdoa pada Allah namun doanya tidak diterima karena mereka tidak melakukan amar maâruf nahi munkar.

Firman Allah dan sabda Rasulullah tersebut diatas sering dikutip para ulama ketika menyikapi bencana alam Tsunami baru-baru ini di Aceh dan Nias. Dimana terbukti bahwa bencana itu menimpa semua orang secara merata baik orang mukmin ataupun tidak. Wallahu a`lam bis shawab.

Rasulullah Shallallahu `Alaihi Wa Sallam mengancam orang-orang yang tidak melaksanakan amar ma`ruf nahi mungkar. Rasulullah Shallallahu `Alaihi Wa Sallam bersabda yang diriwayatkan oleh Khudzaifah Radhiallahu `Anhu dari nabi Shallallahu `Alaihi Wa Sallam, beliau bersabda: "Demi jiwaku yang di tangan Allah Subhanahu Wa Ta`ala. Hendaknya kalian menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah kemungkaran atau sudah dekat masanya Allah Subhanahu Wa Ta`ala mengirim adzab-Nya kepada kalian,kemudian kalian berdo`a kepadaNya. Lalu Allah Subhanahu Wa Ta`ala tidak mempedulikan do`a-do`a kalian." Salah satu sebab tidak dijawabnya do`a kita oleh Allah Subhanahu Wa Ta`ala adalah meninggalkan amar ma`ruf nahi mungkar. Mungkin di antara kita banyak yang berdo`a kepada Allah Subhanahu Wa Ta`ala, banyak meminta kepada Allah Subhanahu Wa Ta`ala, namun do`a-do`a kita tidak dijawab oleh Allah Subhanahu Wa Ta`ala. Hal ini mungkin saja disebabkan karena banyak di antara kita yang tidak peduli akan amar ma`ruf nahi mungkar.

Sekarang ini banyak diantara umat yang tidak peduli untuk melaksanakan nahi mungkar, padahal kalau dilihat bertebaran perbuatan/tingkah laku yang keji dan pola laku yang sudah tidak bertentangan dengan ajaran islam, Kemungkaran mungkin saja merajalela di dalam rumah tangga kita, keluarga kita keluar rumah tanpa memakai hijab islami, tanpa menutup auratnya, keluar dengan mempertontonkan auratnya merupakan satu kemungkaran besar. Namun kita biasa-biasa saja, hati kita tenang-tenang saja. Mungkin anak perempuan kita pergi, berduaan dengan laki-laki yang bukan muhrimnya, tapi hati kita tidak ada kebencian terhadap perbuatan itu. Sehingga Allah Subhanahu Wa Ta`ala menghukum kita, di antara hukuman-Nya adalah dengan tidak dijawabnya do`a-do`a kita oleh Allah Subhanahu Wa Ta`ala, tidak dipedulikan oleh Allah SWT

Kalau kemungkaran dibiarkan , Allah akan menimpakan musibah, seperti gempa, gunung meletus, tsunami dan lain-lain. Semua itu akibat dari dosa-dosa yang dilakukan oleh hamba-hamba Allah Subhanahu Wa Ta`ala. Hukuman itu adalah akibat perbuatan-perbuatan manusia, Allah Subhanahu Wa Ta`ala murka karena mungkin di antara mereka tidak saling mempedulikan, berputus asa untuk beramar ma`ruf nahi mungkar sehingga Allah Subhanahu Wa Ta`ala mengumumkan azab-Nya yang kiranya senantiasa mengingatkan kita. .
"Dan takutlah akan fitnah, azab yang ditimpakan bukan hanya kepada orang-orang yang dzalim saja di antara kalian (QS. Surah Al Anfal ay 25). Bukan orang yang berbuat dzalim saja yang ditimpakan musibah, tetapi orang shaleh di antara mereka pun ditimpakan musibah oleh Allah Subhanahu wa Ta`ala. Kenapa? Karena mungkin di antara orang-orang yang shaleh, dia hanya shaleh terhadap dirinya sendiri tapi dia tidak peduli terhadap keluarganya, tidak peduli terhadap anak-anaknya yang telah meninggalkan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Taâala, tidak melaksanakan shalat, tapi tidak ada kerisauan di dalam hatinya atau anaknya yang perempuan berjalan dengan pacarnya tapi tidak ada kerisauan di dalam hatinya. Kemungkinan dia melihat di depan matanya, tapi tidak peduli, akibatnya Allah Subhanahu Wa Ta`ala menghukum mereka, mengazab mereka akibat dari perbuatan-perbuatan mereka yaitu tidak melakukan amar maâruf nahi munkar.

Bila ada orang-orang yang tetap berusaha keras memperbaiki masyarakatnya, maka Insya Allah dia akan diselamatkan oleh Allah dari azab-Nya sesuai dengan firman Allah : "Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka maka kami menyelamatkan orang-orang yang senantiasa melarang dari kemungkaran, perbuatan buruk dan Kami mengazab orang-orang yang menzhalimi dirinya dengan azab yang sangat keras", juga di ayat yang lain Allah berfirman : "Allah tidak akan mengazab satu kampung, satu negeri dengan berbuat zhalim kepada-Nya padahal penduduk negeri itu melakukan perbaikan, menegakkan amar maâruf nahi mungkar, mereka diselamatkan Allahâ. Allah tidak akan mengazab orang-orang yang mengadakan perbaikan, tapi bila orang shaleh terhadap dirinya saja dan tidak mau mempedulikan orang lain, maka mereka masih mendapat ancaman azab Allah sebagaimana pertanyaan `Aisyah radiyallahu anha kepada Rasulullah "Ya.. Rasulullah apakah kami, akan dibinasakan padahal ditengah-tengah kita ada orang-orang yang shalih. Rasulullah ¦ bersabda:" Ya jika sudah banyak kemungkaran yang merajalela dan tidak ada yang memperbaiki, tapi bila ada orang-orang yang mengadakan perbaikan maka orang-orang yang mengadakan perbaikan akan diselamatkan oleh Allah dan senantiasa dijawab do`anya oleh Allah. Juga di riwayat hadits lain Rasulullah bersabda:"Sesungguhnya manusia melihat orang-orang yang melihat kezhaliman lalu dia tidak mencegah kezaliman tersebut, mereka tidak menghalanginya sesuai dengan kemampuannya. Karena perbuatan zhalimnya maka sudah dekat masanya Allah mengumumkan azab secara keseluruhan kepada mereka karena tidak peduli akan kemungkaran. Amar ma`ruf nahi munkar adalah sebab-sebab kita mendapatkan kejayaan dan keberuntungan dari Allah. Beramar ma`ruf nahi mukar merupakan sebab yang sangat besar dijawabnya do`a-do`a kita oleh Allah dan meningglakan amar ma`ruf nahi munkar adalah sebab datangnya azab Allah. Semoga Allah senantiasa membimbing kita, memberikan hidayah kepada kita memberikan kekuatan kepada kita semua sehingga kita betul-betul tegak melaksanakan seluruh perintahnya dan meninggalkan segala apa yang dilarang oleh Allah.
***

Gua Hiro, Pilihan Muhammad dalam Bermunajat (1)

Mekkah(MCH)--Siapa bilang orang-orang Arab tidak suka berziarah? Mungkin orang-orang berpakaian Arab yang tidak suka berziarah hanyalah mereka yang tunduk di bawah ketaatan hukum dan ideologi pemerintah Arab Saudi. Sedangkan bangsa Arab selainnya, adalah mereka yang menyukai berziarah, dengan berbagai alasannya masing-masing.

Orang-orang Yaman misalnya, mereka sangat menyukai berziarah, tentu saja termasuk serangkaian kegiatan berdagang dalam perziarahan. Sedangkan orang- orang Syiria dan Suku Kurdi juga sangat menyukai kegiatan berziarah dengan serangkaian petualangannya. Apalagi orang-orang Afganistan, berziarah ke gunung-gunung di Makkah tak ubahnya mengingat kembali kegiatan mereka di tanah airnya sendiri.

Dan meski seperti apa pun pemerintah Arab Saudi melarang atau mempersempit orang-orang berziarah, takkan pernah surut niat mereka untuk mengeksplorasi keinginan mereka dalam perziarahan. Terutama tentu saja tempat-tempat ziarah (pelancongan), spiritual dan yang mengandung unsur pariwisata (hiburan), seperti gunung dan tempat-tempat indah di luar kota.

Salah satu tempat yang memiliki sekaligus ketiga unsur yang dikehendaki oleh orang -orang dalam berziarah, tempat tersebut adalah Jabal Nur (Gunung Nur). Selain tempatnya yang berada cukup jauh dari pusat Makkah (Masjidil Haram), Selayaknya gunung-gunung lain, Jabal Nur juga memiliki pemandangan yang bagus dan nilai spiritual yang sangat tinggi.

Bagaimana tidak, di Gunung inilah sejarah menceritakan bahwa dahulu Muhammad sering menyendiri (berkholwat) untuk meminta petunjuk dari Allah SWT mengenai kondisi umatnya. Di Gunung Nur ini pulalah, Rasulullah SAW menerima jawaban dari Allah SWT dalam wahyu pertama-Nya kepada nabi akhir zaman ini.

Tentu saja sejaraah juga mencatat bahwa, wahyu itu tidak datang begitu saja dan tidak diterima oleh Nabi sambil bersantai-santai saja. Nabi Muhammad harus melewati perjalanan spiritual yang cukup panjang. Menyepi menyendiri dari kaumnya yang sedang dilanda kebobrokan moral. Dan Gua Hiro` menjadi pilihan Muhamamad dalam bermunajat kepada Tuhannya.

Saat ini, Untuk mencapai Gua Hiro yang terletak di puncak Gunung Nur, kita harus menaiki anak tangga berkelok-kelok selama kurang lebih satu jam, jika perjalanan lancar. Namun jika tersendat, maka bisa saja perjalanan anda mendaki akan memakan waktu hingga dua jam lebih.

Ketersendatan ini dikarenakan jalur yang sempit tanpa pemisah digunakan untuk dua arah. Jika ada rombongan yang naik dan turun bertemu, dapat dipastikan akan saling ngotot tidak mau minggir. Akibatnya kemacetan terjadi dan waktu yang dibutuhkan untuk lewat akan semakin lama.

Belum lagi di pinggir sepanjang tangga setapak yang sempit itu, para pedagang asongan beraneka kebutuhan yang telah terlebih dahulu memaksa berbagi dengan para pejalan kaki. Sehingga amat rumitlah keadaan ketika dua rombongan peziarah sedang bertemu. Di mana jamaah Turki dan jamaah-jamaah asal Asia Tengah merupakan favorit rombongan yang akan kita temui sepanjang tangga hingga di titik teratas.

Pemandangan yang ini juga ditingkahi dengan keharuan yang teramat menyayat ketika kita mulai menapaki separuh perjalanan di tangga-tangga Gua Hiro`. Pengemis-pengemis cacat menghiba kepada para peziarah dengan lengkingan yang menusuk perasaan terdalam. Sungguh Anda tidak akan tega melewati mereka kecuali terlebih dahulu mengeluarkan selembar uang recehan senilai minimal 1 Riyal (setara dengan Rp.2500 uang Indonesia).

Kondisi mereka, para pengemis ini sungguh tampak sangat memprihatinkan, Anda yang membawa kamera hampir-hampir tidak akan tega memotret. Dengan pakaian yang compang-camping, mereka tergolek di antara kaki-kaki jamaah, melolong-lolong meminta sedekah. Sebagaimana umumnya pengemis, kebanyakan di antara mereka menonjolkan kekurangan atau cacat tubuhnya. Ada di antara mereka yang tangannya tumbuh sangat kecil, ada yang kakinya buntung dan beraneka kondisi yang menghibakan lainnya.

Namun berangsur-angsur rasa iba ini akan menjadi bebal, karena semakin kita mendaki ke atas, semakin banyak saja mereka berjajar dan meminta sedekah di antara kaki-kaki peziarah. Semakin ke atas kita akan mendengar lolongan mereka semakin keras,dan secara otomatis prasangka kita akan mendorong untuk menduga-duga bahwa mereka memang sengaja memelas.

Bahkan mungkin kita akan merasa jengkel manakala menyaksikan para pengemis ini juga menerima layanan penukaran kembalian. Artinya mereka bisa mempermaklumkan akan memberikan kembalian jika kita memintanya. Misalkan saja, jika kita memberikan uang 10 Riyal kepada salah seorang di antara pengemis itu dan meminta kembalian barang delapan atau sembilan Riyal, maka mereka akan segera memenuhinya. Mereka akan segera mengeluarkan kantong berisi uang recehan dan menyodorkan kembalian yang anda minta. (syaifullah amin)

Nabawi Terlarang bagi Jamaah


Setengah Jam Sebelum Adzan, Halaman Nabawi Terlarang bagi Jamaah

Madinah (MCH)--Meski terbuka untuk umum, jangan pernah berani duduk-duduk santai sambil ngobrol-ngobrol di halaman Masjid Nabawi. Kecuali Anda memang sedang ingin diusir oleh para penjaga dari Haiah Amar maruf Nahi Mungkar.

Menurut para penjaga ini, jamaah tidak boleh duduk-duduk di halaman Masjid Nabawi, sejak setengah jam sebelum adzan berkumandang. Karenanya, mereka akan mulai mengusir jamaah yang sedang duduk-duduk sejak sepuluh menit sebelum waktunya.

"Haram-haram. Langsung masuk, tidak boleh duduk-duduk di halaman," kata para penjaga sambil membentangkan tali plastik merah putih untuk memberi batasan-batasan areal halaman yang tidak boleh dilewati lagi, sampai saat selesainya sholat berjamaah.

Jika kita tanyakan mengapa? Maka mereka akan berkata, dilarang duduk karena mengganggu jalan orang-orang yang akan lewat menuju masjid. Dan jika kita katakan bahwa posisi kita aman, tidak akan mengganggu orang, maka mereka tidaka akan peduli.

Mereka hanya akan berhenti mengusir jika kita mau beranjak meninggalkan tempat semula. Artinya, kalau pun kita bandel, maka tidak akan ada gunanya. Kalaupun ingin melanjutkan pembicaraan juga sudah tidak lagi bisa tenang.

Kalau sudah begini maka, tidak ada pilihan lain kecuali harus beranjak. Dan sebaiknya Anda memilih untuk masuk ke dalam Masjid, karena sebentar lagi Masjid Nabawi akan segera penuh oleh jamaah. Jika Anda melewatkan sebentar saja, maka barangkali Anda akan segera tidak kebagian tempat di dalam Masjid. (syaifullah amin)