Pengalaman pertama I - Pria Toto (bukan nama sebenarnya), di Yogya
Saya (pria, 25 tahun) sedang menghadapi masalah yang membingungkan. Langsung ya Bu. Awal 1997, saya jatuh cinta pada seorang gadis.
Saat kami pacaran saya benar- benar cinta dan sayang padanya. Segala cinta, kasih sayang, perhatian dan penghargaan saya berikan padanya dengan berbagai cara. Sepenuh hati. Dia tahu akan hal itu dan kadang ia merasa apa yang saya berikan terlalu berlebihan. Saat pacaran dengannya itulah perilaku seks kami hampir menyerupai suami istri. Itu pengalaman pertama bagi saya. Kami melakukannya berulang-ulang dan secara sadar.
Hari pun berlalu, sampai suatu saat kami harus berpisah. Kami beradu argumen, lama sekali. Namun kami tidak bisa bertahan, dan akhirnya putus. Ketika itu awal 1998. Saya berharap kami masih bisa berteman. Saya tidak berniat dan tidak berharap memutus hubungan dengannya sama sekali.
Sampai suatu hari saya ketahui alasan sebenarnya kami putus, ditambah sejumlah cerita di baliknya. Saya marah, kaget, tidak terima. Saya protes kepadanya. Namun tanggapan yang diberikannya teramat mengecewakan. Saat itu saya benar-benar sangat kecewa padanya, melebihi rasa kecewa ketika kami putus. Rasa kecewa yang teramat sangat dan berlarut-larut membuat saya akhirnya benci padanya. Benci sekali.
Sekarang ini kami hampir tidak pernah bertegur sapa meskipun sering bertemu. Jangankan berbicara dengannya, melihat wajah dan mendengar suaranya pun saya tak sudi. Tragis memang, orang yang dulu saya cintai dan kasihi sepenuh hati, akhirnya harus saya benci, juga dengan sepenuh hati.
Hampir setahun berlalu, kini saya sudah hampir lupa wajahnya (saya pun benar-benar kaget, ketika menyadari hal itu). Saya tetap benci padanya. Itu di satu sisi. Sisi lain, saya sering teringat hubungan seks yang dulu kami lakukan, kadang berfantasi seksual dengannya.
Apa yang terjadi pada diri saya, Bu? Mungkinkah dua sisi yang bertentangan itu terjadi bersamaan? Padahal saya sadar betul dan tahu pasti bahwa saya benci padanya. Dan saya benar-benar tidak menginginkannya kembali di sisi saya. No way! Tetapi mengapa hal itu terjadi? Ibu, please help me...
Pengalaman pertama II - Pemuda X di Jakarta
Ibu Leila yang baik, korban pelecehan seksual dan perkosaan bukanlah monopoli kaum perempuan saja, sebab pria pun mengalaminya. Saya adalah salah seorang korban paman sendiri. Ini terjadi pada saya dulu (masih duduk di SMP kelas 1) ketika saya harus tinggal di rumah paman, sebab orangtua saya tidak mampu.
Pada mulanya saya sangka paman hanya memberi perhatian dan menyatakan rasa sayangnya pada saya, ketika kadang-kadang ia tidur bersama saya. Ternyata lama-kelamaan saya jadi mangsanya. Saya diraba dan dirangsang, dan ia ingin diperlakukan serupa bahkan lebih dari itu.
Ketika itu saya muak sekali dengan apa yang telah dilakukannya pada saya, tetapi saya tidak bisa menolak, sebab saya sangat tergantung padanya. Pamanlah yang membayar uang sekolah saya dan memenuhi keperluan sehari-hari saya. Namun lama kelamaan saya jadi biasa dengan perlakuannya. Meski tidak dilakukan tiap hari, namun paling sedikit seminggu sekali selama bertahun-tahun lamanya. Saya benci dia yang telah merusak masa kecil saya.
Yang mengherankan, setelah saya dewasa mengapa saya jadi tertarik pada pria...
Bung Toto dan X yang prihatin,
Misteri dari jiwa kita adakalanya sukar dikendalikan oleh rasio. Bahkan cukup banyak perilaku sehari-hari yang dilakukan tanpa disadari. Misalkan berbagai mimpi yang kita alami, lebih banyak yang tidak rasional ketimbang yang rasional. Dapat pula terjadi salah ucap, salah tingkah, latah, fobia (ketakutan yang tidak rasional) dan berbagai kelainan yang nyeleweng dari akal sehat kita. Seorang teman saya di Salatiga mempunyai ketakutan luar biasa pada kucing, sampai ia berdebar-debar dan sesak napasnya jika didekati kucing kami yang manis. Bahkan ia pun masih takut sekali jika si "pus" sedang tidur nyenyak. Ketakutan ini sukar dicernakan oleh rasio. Pengalaman lain dari seorang pria mahasiswa UGM (sekarang sudah sarjana) yang takut luar biasa pada cicak sampai sekarang.
Secara rasional, dia tahu betul cicak tidak berbahaya, letaknya pun jauh di atap loteng. Bahkan sang cicak sebenarnya adalah sahabat manusia, dengan hobinya melahap para nyamuk. Meski rasionya menyarankan dia bersikap bersahabat dengan cicak dan tidak usah takut, tetapi dia tidak berdaya, tetap merasa takut luar biasa pada binatang yang lucu itu. Seluruh pengetahuan rasionya tidak dapat menolong rasa takutnya pada cicak.
Hadirnya berbagai keanehan ini, adalah bukti yang menurut Bapak Psikoanalisa Sigmund Freud bahwa banyak perilaku orang dikendalikan oleh alam bawah sadarnya, yaitu gudangnya berbagai pengalaman yang kita alami sepanjang hidup. Sedang Carl Gustav Jung melihatnya lebih jauh lagi, bahwa perilaku kita juga dipengaruhi oleh collective unconsciousness, bahwa sang bayi tidak lahir "kosong" tetapi sudah terisi berbagai pengalaman yang tidak disadari hasil koleksi dari "nenek moyangnya". Itu semua ikut meramaikan perilaku kita hingga seringkali terjadi perilaku yang aneh-aneh, tidak masuk akal seperti yang Anda alami.
Mari kita lihat pengalaman Anda lebih jauh. Pada pemuda X, saya kira meski di saat "pelecehan seksual" itu ia muak dan tidak suka diperlakukan seperti itu oleh pamannya, namun secara biologis ia masih dapat menikmatinya. Untuk pertama kalinya X telah memetik buah terlarang bersama sang paman, bahkan lama-kelamaan ia jadi "biasa" dengan berbagai cara yang "tidak biasa" dengan sesama laki- laki. Lama-kelamaan terjadilah asosiasi kuat antara kenikmatan seksual dengan hidangan antar-cowok. Tampaknya ketidaksukaannya pada sang paman, berhasil menyetip asosiasi antara kenikmatan seks dengan paman.
Berbagai pengalaman ini tersimpan baik-baik dalam alam bawah sadarnya. Akhirnya ketika ia dewasa dan mulai tertarik secara seksual, alam bawah sadarnya menghidangkan lauk pauk yang pernah dinikmati dan sudah mahir dikenalnya dengan sesama cowok, hingga tanpa disadari matanya mencari cowok kece, bukan mojang yang geulis.
Keadaan ini pun terjadi pada Toto. Bahkan secara lebih intens dan mendalam, sebab ketika itu ia sangat mencintai pacarnya dan pengalaman itu adalah pengalaman pertama baginya, hingga bobot nilainya adalah sangat besar. Terjadi asosiasi kuat antara seks dengan sang pacar yang teramat dicintainya ketika itu. Mau tidak mau semua pengalaman ini tersimpan baik-baik dalam alam bawah sadarnya. Meskipun pengalaman berikutnya ia "marahan" dan "sangat kecewa" pada sang pacar dan secara rasional telah menolak si pacar mentah-mentah, namun alam bawah sadarnya masih tetap menyuguhkan pola yang sudah terpatri dalam dirinya. Akibatnya, tiap kali ingat seks muncullah sang mantan. Apakah dapat hilang? Dapat, meski tidak mudah dan mungkin makan waktu yang lama.
Lampu merah bagi para lajang, agar jangan cepat menyerahkan segalanya dalam pacaran, agar tidak terjadi asosiasi yang berbelit-belit dan memusingkan, benci tetapi rindu. Berbahagialah yang dapat menjaga dan menahan diri, hingga pengalaman perdananya sudah dalam keadaan sah, hingga tidak salah sebut nama di malam pertama, juga malam-malam berikutnya. Cerio.