Beralih memeluk Islam, seorang tak hanya harus mengucap syahadat. Mereka pun memasukkan sikap "tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad sebagai nabi" dalam kehidupan sehari-hari.
Namun menjadi seorang penyanyi rap, situasi menjadi sedikit lebih rumit. Kemampuan teknis--mempelajari ritme, membangun kosakata, plus mengolah suara--sering membutuhkan tahunan untuk melatih, dan belum termasuk perkara tak kecil soal membentuk beat, dan produksi musik.
Sementara para rapper yang beralih Islam juga harus mengubah gaya hidup mereka. Menjadi pengetahuan umum dalam industri musik rap, penyanyi rap paling sukses di pasar memfokuskan lagu-lagu dan penampilan mereka di publik dengan beberapa daftar kecil: masa lalu miskin, obat-obatan--terutama sebagai pengedar--, senjata, rekaman kriminal, uang cepat datang, dan wanita.
Dua hal yang mustahil bertemu. Namun dalam sebuah film dokumenter terbaru berjudul "New Muslim Cool" tentang muallaf Puerto Rico, Hamza Perez, yang akhirnya berhenti menjadi pengedar obat-obatan demi memeluk Islam, ternyata tak berhenti dengan hip-hop.
Kehidupan Hamza yang baru kini lebih kaya dengan hal-hal tak biasa, seperti penyerbuan FBI tiba-tiba ke dalam masjidnya tanpa alasan, hingga pengalaman mendidik penghuni sel di penjara negara bagian sampai ijin keamanan dan masuk penjara secara misterius diganti.
Pendengar idealnya pun tak lagi label besar, melainkan para pemuda di sudut-sudut jalan, merekalah yang disodori Hamza album lagu sekaligus cara menempuh hidup barunya.
Ia tidak menganggap hal itu aneh. Ia menganggap musiknya sebagai bentuk dakwah atau pencapaian religius. "New Muslim Cool" sendiri akan diputar di PBS pada 23 Juni mendatang. Sementara label rekaman album Hamza, berbasis di Bay Area--wilayah dimana terdapat salah satu konsentrasi hip-hop Islam di Paman Sam.
"Oh saya cinta menjadi warga Bay," ujar Tyson Amir Mustafa, seperti yang dikutip oleh San Fransisco Chronicle. Amir-Mustafa, 29 tahun, warga asli San Jose, juga penyanyi rap yang beralih memeluk Islam. Ia sendiri telah melepas empat album rap bernuansa Islamnya.
"Islam masih muda di sini. Komunitas Musim masih membentuk identitasnya, dan cara hidup Islam adalah identitas utama Muslim Amerika, tanpa dipertanyakan dua hal itu dapat berjalan beriringan.
Dan hal kedua yang menjadi identitas tersebut tak lain adalah hip-hop. Banyak penyanyi rap lokal Islam telah menyanyi jauh sebelum mereka menjadi Muslim.
"Saya mulai menulis puisi, memenangkan penghargaan penulisan puisi ketika saya masih 10 tahun," ujar Amir Abdul-Shakur, 26 tahun, asal Oakland. "Lalu saya mulai manajamkan kemampuan rap saya di tengah-tengah sekolah," imbuhnya.
Abdul Shakur yang bernyanyi rap di bawah nama Five Eighty, memeluk Islam pada 2000 silam. Ia mengaku tidak menemukan kontradiksi. "Namun ada banyak hal yang tidak bisa saya ucapkan. Ada banyak hal yang tidak bisa saya lakukan lagi," ujarnya.
Hal-hal itu tentu saja termasuk minum alkohol, menggunakan obat-obatan, segala perilaku kriminal, dan seks bebas. Amir Abdul Shakur dan Tyson Amir Mustafa menikah semua.
Itu mungkin terlihat sulit untuk menciptakan lirik dengan keterbatasan, hingga mereka menyadari keduanya mampu memiliki topik lebih besar ketimbang rapper arus besar lain; perjalanan pribadi mereka. Lagi pula semua pasar rap bercampur dengan usia sama--siapa yang bisa mengambil resiko berbeda dan penghargaan ketimbang penyanyi rap Muslim muallaf.
"Kamu sepenuhnya telah berbeda," ujar Amir-Mustafa. "Orang-orang telah melihat ke arahmu dengan semua asosiasi dan pandangan selip. Lantas mengapa tidak ambil saja kesempatan itu untuk menyoal hal-hal yang tak biasa mereka dengarkan, seperti integritas? Mengapa tidak bicara mengapa kau putuskan berjalan ke arah berbeda?" papar Amir-Mustafa panjang lebar.
Namun menjadi seorang penyanyi rap, situasi menjadi sedikit lebih rumit. Kemampuan teknis--mempelajari ritme, membangun kosakata, plus mengolah suara--sering membutuhkan tahunan untuk melatih, dan belum termasuk perkara tak kecil soal membentuk beat, dan produksi musik.
Sementara para rapper yang beralih Islam juga harus mengubah gaya hidup mereka. Menjadi pengetahuan umum dalam industri musik rap, penyanyi rap paling sukses di pasar memfokuskan lagu-lagu dan penampilan mereka di publik dengan beberapa daftar kecil: masa lalu miskin, obat-obatan--terutama sebagai pengedar--, senjata, rekaman kriminal, uang cepat datang, dan wanita.
Dua hal yang mustahil bertemu. Namun dalam sebuah film dokumenter terbaru berjudul "New Muslim Cool" tentang muallaf Puerto Rico, Hamza Perez, yang akhirnya berhenti menjadi pengedar obat-obatan demi memeluk Islam, ternyata tak berhenti dengan hip-hop.
Kehidupan Hamza yang baru kini lebih kaya dengan hal-hal tak biasa, seperti penyerbuan FBI tiba-tiba ke dalam masjidnya tanpa alasan, hingga pengalaman mendidik penghuni sel di penjara negara bagian sampai ijin keamanan dan masuk penjara secara misterius diganti.
Pendengar idealnya pun tak lagi label besar, melainkan para pemuda di sudut-sudut jalan, merekalah yang disodori Hamza album lagu sekaligus cara menempuh hidup barunya.
Ia tidak menganggap hal itu aneh. Ia menganggap musiknya sebagai bentuk dakwah atau pencapaian religius. "New Muslim Cool" sendiri akan diputar di PBS pada 23 Juni mendatang. Sementara label rekaman album Hamza, berbasis di Bay Area--wilayah dimana terdapat salah satu konsentrasi hip-hop Islam di Paman Sam.
"Oh saya cinta menjadi warga Bay," ujar Tyson Amir Mustafa, seperti yang dikutip oleh San Fransisco Chronicle. Amir-Mustafa, 29 tahun, warga asli San Jose, juga penyanyi rap yang beralih memeluk Islam. Ia sendiri telah melepas empat album rap bernuansa Islamnya.
"Islam masih muda di sini. Komunitas Musim masih membentuk identitasnya, dan cara hidup Islam adalah identitas utama Muslim Amerika, tanpa dipertanyakan dua hal itu dapat berjalan beriringan.
Dan hal kedua yang menjadi identitas tersebut tak lain adalah hip-hop. Banyak penyanyi rap lokal Islam telah menyanyi jauh sebelum mereka menjadi Muslim.
"Saya mulai menulis puisi, memenangkan penghargaan penulisan puisi ketika saya masih 10 tahun," ujar Amir Abdul-Shakur, 26 tahun, asal Oakland. "Lalu saya mulai manajamkan kemampuan rap saya di tengah-tengah sekolah," imbuhnya.
Abdul Shakur yang bernyanyi rap di bawah nama Five Eighty, memeluk Islam pada 2000 silam. Ia mengaku tidak menemukan kontradiksi. "Namun ada banyak hal yang tidak bisa saya ucapkan. Ada banyak hal yang tidak bisa saya lakukan lagi," ujarnya.
Hal-hal itu tentu saja termasuk minum alkohol, menggunakan obat-obatan, segala perilaku kriminal, dan seks bebas. Amir Abdul Shakur dan Tyson Amir Mustafa menikah semua.
Itu mungkin terlihat sulit untuk menciptakan lirik dengan keterbatasan, hingga mereka menyadari keduanya mampu memiliki topik lebih besar ketimbang rapper arus besar lain; perjalanan pribadi mereka. Lagi pula semua pasar rap bercampur dengan usia sama--siapa yang bisa mengambil resiko berbeda dan penghargaan ketimbang penyanyi rap Muslim muallaf.
"Kamu sepenuhnya telah berbeda," ujar Amir-Mustafa. "Orang-orang telah melihat ke arahmu dengan semua asosiasi dan pandangan selip. Lantas mengapa tidak ambil saja kesempatan itu untuk menyoal hal-hal yang tak biasa mereka dengarkan, seperti integritas? Mengapa tidak bicara mengapa kau putuskan berjalan ke arah berbeda?" papar Amir-Mustafa panjang lebar.
Harper Masuk Islam karena Banyak Stereotip tentang Islam
KAIRO -- Stereotip dan kesalahpahaman tentang Islam yang makin marak sejak peristiwa 11 September justru menjadi berkah dan hidayah bagi Jacquelyn Harper."Kamu mendengar banyak hal tentang Islam dan semuanya jelek, Namun karena itu juga laha lasan saya ingin belajar Islam," katanya kepada the American-Statesma, awal pekan ini.
Menurut mantan aktivis gereja Luther konservatif ini, justru karena stereotip itulah yang menggugah keseriusannya untuk mengetahui Islam.
Survei AS baru-baru ini mengungkap bahwa mayoritas masyarakan AS mempunyai opini negatif tentang Muslim dan hanya tahu sedikit tentang Islam.
The Pew Research Center for the People and the Press and the Pew Forum on Religion and Public Life menemukan bahwa pandangan masyarakat AS tentang Islam lebih banyak dipengaruhi oleh media.
Pimpinan the Union for Reform Judaism (URJ), gerakan Yahudi terbesar di AS, menuduh media dan politikus AS lah yang telah membangun image jahat dan melukiskan Islam sebagai "figur iblis."
Cendekiawan terkenal AS, Stephen Schwartz juga mengritik media Barat yang telah gagal memberitakan Islam dan Arab sejak serangan 11 september.
Menjadi lebih baik
Harper, 25 tahun, memeluk Islam di akhir Januari tahun ini dan menurutnya keputusan ini telah memberikan dampak positif pada hidupnya.
"Saya mulai membaca buku (tentang Islam), dan buku yang pertama kubaca tersebut sunggung langsung mengesankan bagi saya," kenangnya.
"Ini benar-benar mengejutkan saya. Saya bilang, 'inilah yang saya rasakan. Inilah yang saya yakini.'"
Karena keingintahuanya yang besar, Harper mampu menyelesaikan kursus 8 minggu untuk muallaf wanita dan non-Muslimah di sebuah pusat komunitas muslim.
Kursus tersebut mencakup berbagai topik penting dan dasar dalamIslam, seperti puasa, sejarah budaya, pakaian muslim, dan nikah.
Saat ini Harper merencanakan mempraktekkan aspek Islam dalam kehiudpannya sehari-hari secara pelan-pelan, termasuk memakai jilbab.
"Saya mersa jauh lebih baik," akunya.
"Ketika kamu melakukan sesuatu yang baik, ini terkait bahwa apa yang kamu lakukan adalah benar dan kamu secara batin juga menjadi pribadi yang lebih baik," imbuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar