Seluruh siswa SMKN 3 Kota Malang menggelar tanda tangan bersama dalam spanduk berukuran 15 meter. Isinya menolak seks bebas yang marak terjadi di Indonesia. Para siswa tersebut juga tidak menolak bila digelar tes keperawanan sebagai bentuk penolakan terhadap praktik seks bebas di kalangan pelajar.
Sri Wahyuni (15), salah satu siswi kelas 10 jurusan Busana di SMKN 3, mengaku ikut aksi tanda tangan itu sebagai wujud kesepakatan untuk menolak seks bebas. ”Pacaran itu boleh, tetapi kalau sampai menjurus ke seks bebas tentu saja tidak,” ujarnya di sekolahnya.
Dia menambahkan, seluruh siswi yang ikut tanda tangan juga mengusulkan kepada pemerintah di Kota Malang untuk melakukan tes keperawanan kepada masing-masing sekolah. Tujuannya agar para pelajar tidak tercemar dengan aksi seks bebas.
Sri menambahkan, bila seorang siswi masih perawan tidak akan takut menghadapi tes keperawanan. ’’Sejak dulu tak pernah ada tes keperawanan di sekolah-sekolah. Kalau digelar setiap tahun, pelajar akan takut melakukan seks bebas dengan pacarnya,” imbuh Sri.
Guru Konseling SMKN 3 yang juga penggagas tanda tangan massal, Tantiana Rantisa, mengatakan, tidak perlu sampai ada tes keperawanan di sekolahnya. Salah satu cara yang efektif adalah memberi pemahaman tentang bahaya seks bebas. ’’Seharusnya sejak dini generasi kita itu sudah diberi pelajaran tentang seks. Tujuannya agar tidak bermain-main dengan seks, apalagi seks bebas sangat mengkhawatirkan,” tukas Tantiana.
Selain itu, salah satu cara yang efektif lainnya adalah pemerintah menggelar Duta Tolak Seks Bebas. ”Bukan hanya Duta Cinta Lingkungan atau Duta Hewan. Tetapi harus ada Duta Anti Seks Bebas. Di sekolah kami, akhir Desember nanti akan menggelar lomba budi pekerti,” tuturnya.
Data dari Ikatan Waria Malang (Iwama) menunjukkan bila penderita HIV/AIDS di Malang tercatat 1.500 penderita. Ironisnya, 5 persen di antaranya ditengarai berasal dari kalangan pelajar. Jarum suntik penggunaan narkoba dan seks bebas menjadi penyebab utama penyebaran virus HIV/AIDS ini.
Viru Devana, aktivis Iwama, mengatakan, bila hasil penelitian Iwama menunjukkan bila 30 persen pelajar di Kota Malang pernah melakukan seks bebas. ’’Data yang kami miliki, sebanyak 30 persen pelajar di Malang Raya pernah menjalani seks bebas,’’ kata Viru yang tidak tahu persis berapa jumlah pelajar di Malang Raya.
Menurut dia, selain lewat narkoba dan seks bebas, metode penularan melalui donor darah juga menjadi salah satu penyebab utama penularan HIV/AIDS. Sebanyak 22 persen darah yang didonorkan, terjangkit virus HIV/AIDS dan hepatitis A.
Sebelumnya, Amnesty International (AI), 11 November 2010, menyoroti tes kehamilan terhadap 300 siswi di SMKN I Magetan, 10 November 2010. Tes kehamilan itu bekerja sama dengan Dinkes setempat. Alasan pihak sekolah untuk mencegah seks bebas. Tes dilakukan kepada siswa kelas XI yang baru selesai praktik kerja industri.
AI melihat upaya-upaya melakukan tes keperawanan dan tes kehamilan telah mencoreng hak-hak dasar anak perempuan Indonesia. Sebelumnya, AI juga mengecam wacana untuk melakukan tes keperawanan pada calon siswi di Jambi yang dilontarkan anggota Komisi IV DPRD Provinsi Jambi, Bambang Bayu Suseno, September lalu.
Sumber : http://sudimampir.blogspot.com/2010/12/siswi-di-kota-malang-siap-tes.html