Di antara sekian jenis gangguan kesehatan, masuk angin termasuk yang paling sering kita derita. Gejalanya antara lain meriang, kepala pening, leher dan pundak pegal-pegal. Banyak yang lalu mengandalkan jejamuan tradisional untuk mengusir "angin" yang telanjur "masuk". Namun, tidak sedikit yang memilih cara tradisional lain yaitu "melukisi" bagian tubuh dengan menggosokkan uang logam dan minyak atau balsam sebagai pelicin. Hasilnya, memang lumayan cespleng asal bukan masuk angin kasip (kronis) yang sudah berat.
Misteri ilmiah kerokan atau kerikan yang sudah berlangsung turun-temurun di kalangan masyarakat kebanyakan ini akhirnya semakin terkuak ketika Dr. Koosnadi Saputra, DSR, melakukan penelitian untuk menelusuri titik-titik akupunktur. Ketua Laboratorium Akunpunktur pada Pusat Penelitian, Pengembangan, dan Pelayanan Kesehatan Depkes RI, Surabaya, ini menuturkan, kerokan sebenarnya salah satu cara untuk menghangatkan bagian tubuh yang digosok-gosok itu.
Ketika orang menderita masuk angin - yang oleh kalangan kedokteran lazim disebut common cold - suhu tubuh bagian belakang turun. Menurut Koosnadi, masuk angin itu terjadi akibat penurunan atau defisiensi energi panas di tubuh bagian belakang. Dengan kerokan suhu bagian itu coba dihangatkan untuk mencapai keseimbangan semula.
Untuk menjelaskan pola keseimbangan itu Koosnadi meminjam konsep dasar pengobatan tradisional (Cina) yang membagi tubuh menjadi bagian tubuh panas (yang) dan bagian tubuh dingin (yin). Bagian yang meliputi kepala serta tubuh bagian belakang. Sementara yin terdapat pada tubuh bagian depan. Menurut konsep yin-yang, orang dibilang sehat bila yin dan yang) tubuh dalam keadaan seimbang. "Kalau tidak seimbang, akibatnya ya sakit. Begitu pula kalau yin defisien, berarti tubuh sakit. Yang terlalu tinggi, yin rendah, sakit juga." jelasnya.
Dalam hal masuk angin, defisiensi panas (yang) atau penurunan suhu tubuh menyebabkan pembuluh darah di kulit tubuh bagian belakang mengalami penyempitan (konstriksi). "Pembuluh darah kulit yang (mengalami) konstriksi memberi reaksi dingin. Konstriksi itu merupakan efek kompensasi. Saat suhu tubuh bagian belakang menurun, otomatis pembuluh darah kulit berkontriksi agar seluruh tubuh tidak dingin," tutur radiolog yang meraih gelar doktor di Universitas Airlangga, Surabaya.
Konstriksi atau penyempitan itu, lanjutnya, bisa mengakibatkan oksigenasi pada permukaan tubuh bagian belakang berkurang. "Kalau oksigenasi pada permukaan tubuh (terutama bagian belakang) turun atau berkurang, sekujur badan terasa sakit. Selanjutnya, muncul gejala bersin pertanda terjadi penurunan temperatur tubuh," tuturnya. Nah, tindakan kerokan bisa mengubah kondisi tubuh yang mengalami defisiensi panas tadi menjadi seimbang.
Menganut hukum Einstein
Dasar pengobatan tradisional, menurut Koosnadi, bersumber pada energi. Energi cuma ada satu, tetapi pola penyakit ada empat yaitu kuat, lemah, panas, dan dingin. Prinsip penyembuhannya adalah mengembalikan energi ke posisi seimbang atau normal. "Kalau kuat dilemahkan, yang lemah dikuatkan, yang panas didinginkan, dan yang dingin dipanaskan. Sehat itu adalah kondisi energi yang seimbang."
Demikian juga dalam kasus masuk angin, pada tubuh bagian belakang (yang) mengalami defisiensi energi. Untuk menyembuhkannya, tubuh harus mengembalikan keseimbangan yang dan yin. Caranya dengan menaikkan suhunya (yang) lewat cara digosok-gosok. Mengurangi yin dengan cara dikompres air dingin, misalnya, memang bisa menjadi seimbang, tetapi tidak berada pada porsi yang normal.
Upaya untuk meningkatkan panas di bagian belakang tubuh bisa berpedoman pada hukum Einstein (E = mC2). Energi atau panas dihasilkan dari gesekan dua benda. Kalau permukaan kulit tubuh digosok-gosok dengan tangan secara cepat, suhu tubuh pun akan meningkat. "Panas yang cukup tinggi menyebabkan terjadinya pelebaran pembuluh darah dalam kulit. Otomatis peredaran darah menjadi lebih lancar dan oksigenasi lebih baik sehingga rasa sakit di tubuh berkurang," jelasnya.
Berhubung gosokan dengan tangan dirasa kurang efektif, orang lalu melakukannya memakai benda tumpul, yang kemudian jamak disebut dengan kerokan itu. Alat untuk menggaruk bisa berupa uang logam, sendok, tulang, atau kayu. Pokoknya, benda tumpul yang tidak melukai kulit.
Lancarnya oksigen yang dibawa darah, tambah Koosnadi Saputra, secara signifikan memperbaiki suhu tubuh. Pembuluh vaskular menjadi lebar, darah mengalir lancar, dan oksigenasi menjadi optimal. Dalam kondisi ini pun timbul reaksi otonomik (simpatik parasimpatik). Saraf otonom pada bagian belakang tubuh juga menjadi seimbang.
Jadi, kerokan merupakan upaya mengusir masuk angin dengan peningkatan panas, dan bukan mengeluarkan atau memasukkan "angin" lewat pori-pori kulit. Bagi masyarakat awam, kerokan sering dipahami sebagai cara untuk "mengeluarkan angin" dari tubuh lewat pori-pori kulit. Padahal, menurut Koosnadi, angin atau udara tidak pernah masuk atau keluar lewat pori-pori. Angin hanya bisa masuk atau keluar lewat organ pernapasan dan pencernaan.
Sebenarnya ada cara tradisional lain untuk meningkatkan suhu permukaan tubuh yaitu dengan membalurkan abu dapur hangat atau param. Kini sedang diteliti pula alat penghangat tradisional Cina bernama moksa yang terbuat dari daun kering tanaman Artemesia vulgaris dari spesies Chrysanthemum. Kompres penghangat itu juga bermanfaat untuk mengusir masuk angin.
Masuk angin gara-gara gentoran angin dingin AC, menurut Koosnadi, tidak perlu diobati. Cukup menggeser tempat duduk, pegalnya akan sembuh. Tapi kalau sudah kronis, perlu perlakuan yang sulit dan mahal, biasanya dengan alat-alat pemanas elektrik. Masuk angin kronis tidak sekadar di bawah kulit tapi sudah sampai ke dalam otot. "Jadi, perlu pemanasan dalam sampai kedalaman 3 - 4 cm di bawah kulit. Itu tidak mungkin dicapai dengan kerokan," kata radiolog yang juga pemerhati masalah pengobatan tradisional.
Ada polanya
Kerokan tidak dilakukan pada tubuh bagian depan (yin). Selain kurang etis, juga kurang berguna. Untuk mengusir masuk angin, yang efektif mengerok daerah yang (bagian belakang tubuh dan kepala atau leher).
Pola umum kerokan biasanya membentuk "garis-garis" lurus dari atas ke bawah dan miring di sisi kiri-kanan ruas-ruas tulang belakang ataupun pada leher bagian belakang. Menurut Koosnadi, itu bukan tanpa alasan. Pada tubuh kita terdapat sekitar 360 titik akupunktur utama yang berhubungan dengan organ penting. Begitu pun pada tubuh bagian belakang, terdapat titik-titik yang berhubungan dengan organ dalam tubuh (organ viscera).
Dengan pola kerokan yang benar, yakni ditarik lurus ke bawah di sisi kanan-kiri ruas tulang belakang, kemudian digeser condong ke arah kiri dan kanan seperti itu, reaksi sepenuhnya dapat dicapai. Dengan kata lain, titik-titik akupunktur dapat dicapai dengan sempurna. Gosokan-gosokan itu mungkin secara tidak sengaja menekan titik-titik akupunktur tertentu di tubuh bagian belakang.
Tindakan kerokan searah yang diulang-ulang merupakan gerakan memperkuat. Sampai sejauh mana kekuatan tekanannya tidak ada batasan tertentu. Yang penting tak sampai melukai. Tiap orang memiliki kepekaan kulit dan daya tahan terhadap rasa sakit yang berbeda-beda. Karena itu, ada yang dikerok pelan saja sudah meringis kesakitan. Tapi tak jarang ada yang justru minta dikerok kuat-kuat sampai bagian kulit merah padam. Padahal tak ada aturan hasil kerokan harus sampai merah darah. Kalau seseorang menderita masuk angin, otomatis permukaan kulit akan cepat memerah jika digosok.
"Dengan digosok atau dikerok, pembuluh darah yang menyempit akan cepat melebar. Terjadi peredaran darah sangat cepat pada bagian yang dikerok sehingga kulit menjadi merah. Ada reaksi zat-zat di jaringan di bawah kulit, sehingga menimbulkan semacam perdarahan di bawah kulit," jelas Koosnadi.
Merangsang keluarnya morfin
Sampai saat ini tidak ditemukan efek sampingan dari kerokan. "Ada yang bilang, kerokan yang dilakukan terus-menerus akan memperlebar pori-pori kulit. Tapi apa sih pengaruh dari pori-pori kulit (yang melebar)?" katanya.
Gosokan pada permukaan kulit merangsang hormon di bawah kulit antara lain prostaglandin (Pg) dan histamin. Trauma pada kulit karena kerokan akan merangsang pengeluaran zat-zat hormon dalam jaringan bawah kulit, selanjutnya akan menimbulkan reaksi lokal. Reaksi lokal meningkatkan vaskularisasi pada bagian yang dikerok. Pengeluaran hormon juga akan menimbulkan peningkatan aliran darah kulit.
Selain itu, menurut Koosnadi, kerokan membuat orang ketagihan. "Kalau suatu jaringan kulit mendapat perlakuan kerokan, akan timbul reaksi jaringan. Bisa reaksi lokal atau yang bersifat neural (saraf). Reaksi lokal terlihat langsung, misalnya warna merahnya kulit. Kerokan dengan intensitas kuat dan frekuensi rendah mengenai titik-titik saraf yang menghubungkan ke otak sehingga otak mensekresikan hormon endomorfin (ada beta endorfin, dinorfin, dan enkepalin).
Reaksi lokal membuat tubuh merasa enak. Sementara B-endorfin menimbulkan rasa nyaman karena endorfin merupakan zat yang dapat menghambat maupun menghilangkan rasa nyeri. Adanya zat-zat itu dalam darah menyebabkan penderita merasa lebih enak dan segar. B-endorfin juga merangsang organ viscera, terutama paru-paru dan jantung, sehingga penderita bisa bernapas lebih enak dan lega, serta peredaran darah menjadi lebih baik.
"Yang menimbulkan ketagihan pada kerokan kemungkinan zat morfin (endorfin) itu. Padahal, tujuan tubuh mengeluarkan zat morfin hanya untuk reaksi lokal. Karena terus-menerus dan melebihi batas kebutuhan, tubuh penderita merasakan enak dan nyaman. Jadinya, ya, ketagihan."
Bukan kemasukan angin
Bila ditelusuri, penyebab masuk angin sebenarnya ada dua kategori yakni penyebab dari luar dan dalam. Angin merupakan salah satu penyebab luar. Penyebab dari dalam biasanya karena kebiasaan, kelainan organ-organ dalam, atau kelainan bawaan.
Istilah masuk angin tidak diartikan bahwa angin benar-benar masuk ke dalam tubuh. Kondisi yang sebenarnya adalah, "(Tiupan) angin menyebabkan suhu tubuh menurun. Karena bagian belakang terkena angin, maka yang turun - temperatur turun - dan terjadilah (apa yang kita sebut) masuk angin," tuturnya.
Peristiwa itu berbeda dengan pengaruh hawa dingin yang mengenai seluruh tubuh. Pengaruh suhu udara di sekitar diterima secara seimbang oleh seluruh tubuh, baik bagian belakang maupun depan. Artinya, kalau suhu udara turun, temperatur seluruh badan pun akan ikut turun. Sementara, paparan angin umumnya cuma mengenai salah satu sisi badan sehingga bagian itu saja yang turun suhunya. "Jadi, wajar kalau orang lantas menyebutnya 'masuk angin' walau tak ada angin yang masuk," ujarnya.
Masuk angin akut lebih mudah dikenali, dengan tanda bersin-bersin dan pilek. Namun, bila masuk angin tidak disadari dan berlangsung terus-menerus, bisa menimbulkan rasa sakit yang kronis. Paling sering terjadi adalah nyeri leher dan pundak gara-gara AC.
Masuk angin juga bisa menyebabkan perut kembung, karena di bagian belakang tubuh terdapat titik-titik yang berhubungan dengan organ dalam. Namanya titik asosiasi organ dalam. "Nah, kalau titik-titik itu dirangsang, organ dalam ikut kena. Ini bisa dibuktikan dengan menyuntikkan bahan radioaktif, yang selanjutnya akan masuk ke organ dalam," tuturnya.
Sekarang, boleh simpan baik-baik uang logam Anda yang pinggirnya licin, siapa tahu nanti bisa untuk kerokan kalau terkena masuk angin
You might also like:
Kisah Mualaf
You might also like:
Tiket Pesawat, Laut,dan kereta Api
Link Lainnya :