Khadijah
R.A
Biografi Khadijah Al Kubra ra
Siti Khadijah adalah istri pertama Nabi
Muhammad SAW, wanita terbaik dari golongan Islam. Nabi Muhammad sangat
mencintai Khadijah karena jasanya yang sangat besar untuk perkembangan da'wah
Nabi Muhammad. Khadijah juga merupakan golongan yang pertama (assabiquunal
awwaluun) mempercayai kenabian Muhammad. Ia merupakan teladan utama dari para
pemilik akidah yang penyabar, akhlak yang suci dan perilaku yang luhur.
Khadijah adalah wanita kaya yang hidup
dari usaha perniagaan. Dan untuk menjalankan perniagaannya itu ia memiliki
beberapa tenaga laki-laki, diantaranya adalah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang kemudian menjadi suaminya. Khadijah mempunyai julukan Ratu Mekkah
karena terkenal dalam kaya raya dan mahir dalam perniagaannya. Setelah menjadi
istri Nabi Muhammad, sebagian besar hartanya digunakan untuk perjuangan da'wah Nabi
Muhammad.
Nama
Nasab dan Gelar
Khadijah mempunyai nama lengkap Khadijah
binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai. Khadijah al-Kubra, anak
perempuan dari Khuwailid bin Asad dan Fatimah binti Za'idah, berasal dari
kabilah Bani Asad dari suku Quraisy. Khadijah lahir di Mekah tahun 68 sebelum
Hijrah, 15 tahun sebelum tahun gajah atau 15 tahun sebelum kelahiran Muhammad
SAW. Ia memiliki nasab yang suci, luhur dan mulia laksana untaian mutiara yang
berkilauan.
Ayahnya, Khuwailid bin Asad, adalah
tokoh pembesar Quraisy yang terkenal hartawan dan dermawan. Khuwailid sangat
mencintai anggota keluarga dan kaumnya, menghormati tamu dan suka memberdayakan
serta membantu kaum miskin dan kaum papa. Ia termasuk sahabat Abdul Mutahalib,
datuk Nabi Muhammad SAW. Ayah Siti Khadijah ini juga merupakan salah seorang
delegasi Quraisy yang diutus ke Yaman untuk memberi ucapan selamat kepada
rajanya yang berbangsa Arab iaitu Saif bin Dziyazin, atas keberhasilannya
mengusir pasukan Abessinia dari negerinya. Peristiwa ini terjadi dua tahun
sesudah peristiwa penyeragan Mekah pada tahun Gajah.
Ibunya bernama Fatimah binti Zaidah.
Silsilah nasabnya berujung pada Amir bin Lu’ai. Neneknya adalah Halah Binti
Abdul Manaf yang tersambung sampai Lu’ai bin Ghalib. Masing-masing silsilah
ayahanda dan ibundanya berasal dari keturunan Quraisy yang terhormat dan mulia.
Nasab Khadijah dari pihak ayahanda berhimpun dengan nasab Rasulullah SAW pada
kakeknya yang ke-empat, Qushai bin Kilab. Qushai bin Kilab adalah pemimpin
Quraisy yang berhasil merebut kekuasaan kota Mekah dari tangan kaum Khuza’ah
pada abad ke-5M yang telah lama menguasai kota ini selama berabad-abad. Setelah
itu, Qushai menjadi pemimpin agama dan pemerintahan kota Mekah yang kemudian
diteruskan oleh keturunannya.
Nasab Khadijah dari pihak ibundanya
berhimpun dengan nasab Rasulullah SAW pada kakeknya yang ke-tiga, Abdul Manaf.
Dengan demikian, dari pihak ayah mahupun ibu, Khadijah dan Rasulullah SAW
memiliki kekerabatan yang sangat dekat. Dan beliau merupakan isteri Rasulullah
SAW yang paling dekat nasabnya dengan beliau berbanding istri yang lain.
Khadijah biasa dipanggil dengan nama
Ummu Hindun dan mendapat gelaran ath-thhirah (wanita suci) atau ummul mukminin
( ibu orang-orang mukmin). Gelaran ath-thahirah diperolehi sebelum kedatangan
Islam kerana kesucian budi pekertinya, kedudukannya yang mulia di tengah-tengah
kaumnya, dan kesucian dirinya dari noda-noda paganisme (kepercayan spiritual)
pada zaman jahiliyah.
Khadijah juga diberi gelar ummul
mukminin (ibu orang-orang mukmin) kerana ia adalah sebaik-baik isteri yang dan
mempunyai suri teladan yang baik bagi insan yang mahu mengikutinya. Ia telah
menyediakan rumah yang nyaman dan tenteram untuk Nabi Muhammad SAW sebelum
baginda diutus sebagai seorang Rasul.
Menikah
dengan Muhammad
Pada tahun 575 Masehi, Siti Khadijah
ditinggalkan ibunya. Sepuluh tahun kemudian ayahnya, Khuwailid, menyusul.
Sepeninggal kedua orang tuanya, Khadijah dan saudara-saudaranya mewarisi
kekayaannya. Kekayaan warisan menyimpan bahaya. Ia bisa menjadikan seseorang
lebih senang tinggal di rumah dan hidup berfoya-foya. Bahaya ini sangat
disadari Khadijah. Ia pun memutuskan untuk tidak menjadikan dirinya
pengangguran. Kecerdasan dan kekuatan sikap yang dimiliki Khadijah mampu
mengatasi godaan harta. Karenanya, Khadijah mengambil alih bisnis keluarga.
Pada mulanya, Siti Khadijah menikah
dengan Abu Halah bin Zurarah at-Tamimi. Pernikahan itu membuahkan dua orang
anak yang bernama Halah dan Hindun. Tak lama kemudian suamianya meninggal
dunia, dengan meninggalkan kekayaan yang banyak, juga jaringan perniagaan yang
luas dan berkembang. Lalu Siti Khadijah menikah lagi untuk yang kedua dengan
Atiq bin ‘A’id bin Abdullah al-Makhzumi. Setelah pernikahan itu berjalan
beberapa waktu, akhirnya suami keduanya pun meninggal dunia, yang juga
meninggalkan harta dan perniagaan.
Dengan demikian, saat itu Siti Khadijah
menjadi wanita terkaya di kalangan bangsa Quraisy. Karenanya, banyak pemuka dan
bangsawan bangsa Quraisy yang melamarnya, mereka ingin menjadikan dirinya
sebagai istri. Namun, Siti Khadijah menolak lamaran mereka dengan alas an bahwa
perhatian Khadijah saat itu sedang tertuju hanya untuk mendidik anak-anaknya.
Juga dimungkinkan karena, Khadijah merupakan saudagar kaya raya dan disegani
sehingga ia sangat sibuk mengurus perniagaan.
Siti Khadijah mempunyai saudara sepupu
yang bernama Waraqah bin Naufal. Beliau termasuk salah satu dari hanif di
Mekkah. Ia adalah sanak keluarga Khadijah yang tertua. Ia mengutuk bangsa Arab
yang menyembah patung dan melakukan penyimpangan dari kepercayaan nenek moyang
mereka (nabi Ibrahim dan Ismail).
Suatu ketika, Muhammad berkerja
mengelola barang dagangan milik Siti Khadijah untuk dijual ke Syam bersama
Maisyarah. Setibanya dari berdagang Maysarah menceritakan mengenai perjalanannya,
mengenai keuntungan-keuntungannya, dan juga mengenai watak dan kepribadian
Muhammad. Setelah mendengar dan melihat perangai manis, pekerti yang luhur,
kejujuran, dan kemampuan yang dimiliki Muhammad, kian hari Khadijah semakin
mengagumi sosok Muhammad. Selain kekaguman, muncul juga perasaan-perasaan cinta
Khadijah kepada Muhammad.
Tibalah hari suci itu. Maka dengan
maskawin 20 ekor unta muda, Muhammad menikah dengan Siti Khadijah pada tahun
595 Masehi. Pernikahan itu berlangsung diwakili oleh paman Khadijah, ‘Amr bin
Asad. Sedangkan dari pihak keluarga Muhammad diwakili oleh Abu Thalib dan
Hamzah. Ketika Menikah, Muhammad berusia 25 tahun, sedangkan Siti Khadijah
berusia 40 tahun. Bagi keduanya, perbedaan usia yang terpaut cukup jauh dan
harta kekayaan yang tidak sepadan di antara mereka, tidaklah menjadi masalah,
karena mereka menikah dilandasi oleh cinta yang tulus, serta pengabdian kepada
Allah. Dan, melalui pernikahan itu pula Allah telah memberikan keberkahan dan
kemuliaan kepada mereka.
Setelah menikah dengan baginda
Rasulullah SAW, beliau dikurniakan enam orang anak. Padahal, saat menikah
dengan Rasulullah SAW ia sudah menginjak usia 40 tahun. Berarti ke-enam orang
anaknya hasil pernikahannya dengan baginda lahir setelah ia berusia 40 tahun. Sungguh
luar biasa anugerah dan kehendak Yang Maha Kuasa.
Khadijah melahirkan 2 orang putra dan 4
orang putri. Anak pertama sekaligus putra pertama Rasulullah bernama Qasim.
Dengan nama ini, Rasulullah mendapat julukan Abu Qasim. Putra kedua beliau
bernama Abdullah, biasa dipanggil ath-thahir dan ath-thayyib keraa dilahirkan
setelah kedatangan Islam. Kedua putra ini meninggal dunia ketika masih bayi.
Anak ketiga bernama Zainab, putri sulung
yang lahir sebelum Nabi Muhammad SAW diutus Allah sebagai rasul. Zainab menikah
dengan Abu Al-’Ash dan berhijrah memeluk islam lebih awal dari suaminya Abu
Al-’Ash. Zainab meninggal dunia pada awal tahun ke-lapan sesudah memeluk Islam
dan dimakamkan di Baqi’.
Anak ke-empat dan ke-lima adalah
Ruqayyah dn Ummu Kultsum. Kedua putri beliau ini dinikahi oleh kedua anak Abu
Lahab, Atabah dan Utaibah. Apabila mengetahui kedua anaknya menikahi putri
Rasulullah SAW, Abu Lahab jadi marah seraya berkata :
Aku tidak akan berkumpul dengan kalian
bila kalian tidak menceraikan kedua anak Muhammad itu.” maka keduanya
menceraikan istri masing-masing sebelum sempat menggaulinya. Setelah itu,
Ruqayyah menikah dengan Utsman bin Affan. Ia ikut berhijrah ke kota Madinah
bersama suaminya. Ia meninggal di Madinah dan dimakamkan di Baqi.’ Sepeninggalan
Ruqayyah, Utsman menikah lagi dengan Ummu Kultsum. Namun, tidak lama kemudian,
Ummu Kultsum juga kembali ke rahmatullah. Kerana menikah dengan kedua puri
baginda, utsman dijuluki dengan Dzun Nurain (pemilik dua cahaya)
Anak yang ke-enam adalah Fatimah Az-Zahra.
Menikah dengan seorang sahabat yang terkenal dan disegani iaitu Ali bin Abi
Thalib. Ia adalah ibunda Hassan dan Husein. Fatimah telah menghembuskan nafas
terakhir pada tahun 11 H dalam usia 30 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Baqi.’
Dengan yang demikian, putra putri
Rasulullah SAW lahir dari rahim Khadijah, kecuali Ibrahim yang lahir dari rahim
Maria al Qibthiyah, seorang budak perempun yang diterima pleh Rasulullah SAW
sebagai hadiah dari Muqaiqis, raja Mesir.
Kepribadian
Dan Keutamaan
Keistimewaan dan keutamaan wanita suci
ini sungguh tidak terbilang. Perjalanan hidupnya bertabur kemuliaan yang tidak
terbatas. Keperibadian dan perilakunya yang lurus benar-benar sesuai dengan
sifat orang mukmin. Terdapat banyak hadits dan informasi dari data sejarah
Islam yang menerangkan pelbagai keutamaan wanita suci nan mulia ini.
Diantaranya adalah seperti berikut :
Iman, agama dan kedalaman pemahamannya.
Pada masa Jahiliyah, Khadijah tidak
seperti wanita Quraisy pada umumya. Ia begitu istimewa kerana memiliki
kehormatan, kedudukan yang tinggi, keimanan sejati, berjiwa besar dan perilaku
yang suci sehingga memperoleh gelaran sebagai ath-thairah atau wanita suci. Ia
adalah wanita yang dekat dengan sumber-sumber keimanan. Di dalam jiwaya, ia
banyak merasakan kegelisahan terhadap fenomena paganisme jahiliyah. Oleh kerana
itu, tidak jarang ia mencurahkan kegelisahannya kepada Waraqah bin Naufal.
Sebelum berpijaknya Islam, Khadijah
menganut agama hanif (agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim a.s) yang berpegang
kepada manhaj tauhid. Keimanannya sama sekali tidak pernah tercemar dengan
lumpur ataupun noda-noda paganisme jahiliyah yang masih tersebar. Demikianlah
potret dan kualiti keimanan wanita terbaik penghuni syurga ini sebelum
kedatangan Islam.
Setelah Khadijah dipilih oleh Allah SWT
menjadi pendamping hidup Muhammad SAW, ia menjadi wanita yang pertama memeluk
Islam, percaya dan beriman kepada Allah SWT serta Rasulullah SAW.
Tentang
keimanan Khadijah, Rasulullah SAW bersabda :
"Allah tidak pernah memberiku
pengganti yang lebih baik dari Khadijah. Ia telah beriman kepada ku ketika
orang lain kufur, dia mempercayai ku ketika orang-orang mendustai ku. Ia
memberikan hartanya kepadaku ketika tidak ada orang lain yang membantuku. Dan,
Allah SWT juga menganugerahkan aku anak-anak melalui rahimnya, sementara
isteri-isteri ku yang lain tidak memberikan aku anak.” (Hadits Riwayat Bukhari,
Ahmad dan Thabrani).
Keimanan Khadijah lahir dari ketajaman
pandangan, keyakinan, kepercayaan dan penyucian yang ditempuh untuk keimanan
tersebut.
Sebagai bukti, pada saat Rasulullah
masih berada di puncak bukit, dalam perjalanan yang penuh ketakutan, Jibril
masih menampakkan dirinya antara langit dan bumi. Nabi Muhammad SAW tidak
berpaling sedikit pun hingga melihtinya dengan jelas. Kemudian Nabi Muhammad
pulang ke rumah menemui Khadijah dalam keadaan gementar kerana merasakan
ketakutan.
Nabi Muhammad pulang dengan tubuh
menggigil ketakutan. Apabila melihat Rasulullah dalam kedaan yang sedemikian,
Khadijah tetap sahaja menyambut kepulangan suami tercinta dengan manisnya
senyuman dan menyembunyikan raut kebimbangannya yang mula bersarang. Khadijah
berusaha menenangkan hati suaminya itu dan menguatkan pendirian baginda
Rasulullah SAW. Ia mengatakan kepada Rasulullah SAW :
”Tidak suami ku, demi Allah… Allah itu
tidak akan mungkin sekali pun merendahkan dirimu. Kerana engkau selalu
menyambung silaturrahmi, memikul beban, menghormti orang tamu, membantu orang
miskin dan engkau selalu menolong siapa sahaja. Bergembiralah engkau wahai pura
bapa saudara ku, dan teguhkanlah hatimu. Demi Tuhan, yang diriku atas
kekuasaan-Nya, Sesungguhnya aku sangat berharap engkau akan menjadi Nabi bagi
umat ini.”
Begitulah Khadijah dengan lemah lembut
dan santunnya keperibadian isteri solehah, dialah suri teladan. Dengan suara
yang rendah dia berusaha menenangkan hati sekaligus coba menguatkan pendirian
Nabi Muhammad kala itu. Khadijah juga selalu menghibur baginda dan Rasulullah
tidak pernah melihat sesuatu yang menyedihkan dari Khadijah, tidak pernah
membantah dan mendustai Rasulullah.
Bahkan Khadijah selalu melapangkan hati
dan menghilangkan kesedihan Rasulullah SAW. Hal seperti ini sudah jelas muncul
dari keimanan yang dalam, pemikiran yang cermat serta pemahamam yang baik
terhadap hakikat suatu permasalahan. Menurut pemahaman Khadijah, suaminya
memiliki semua sifat-sifat terpuji, maka Allah tidak akan mungkin merendahkan
Nabi Muhammad.
Wanita
Solehah
Khadijah merupakah salah satu wanita
terbaik di dunia. Hal ini jelas apbila merujuk kepada sebuah hadits Rasulullah
SAW yang diriwayatkan oleh Anas r.a bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda :
"Cukuplah bagimu empat wanita
terbaik di dunia, yaitu Maryam binti Imran, Khadijah Binti Khuwailid, Fatimah
binti Muhammad dan Asiah, isteri Fir’aun.” (Hadits Riwayat Ahmad, Abdurrazaq,
Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim)
Ia adalah wanita terbaik di golongan
Islam sebagaimana Maryam binti Imran yang menjadi wanita terbaik dari golongan
Nasrani. Hal ini shahih berdasarkan Hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh
Ali bin Abi Thalib bahwa :
"Wanita terbaik dari golongan itu
adalah Maryam binti Imran dan wanita terbaik dari golongan ini adalah Khadijah
binti Khuwailid.” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)
Selain itu juga ia termasuk salah satu
di antara empat wanita terbaik penghuni syurga. Ibnu Abbas berkata, bahwa suatu
ketika Rasulullah SAW menggambar empat garis di atas tanah, lalu beliau
bertanya :
Tahukah kalian apa ini?”
Para sahabat mejawab, ”Allah dan
Rasul-Nya yang lebih tahu. Rasulullah SAW lalu bersabda :
Sebaik-baik wanita yang menghuni syurga
adalah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran dan
Asiah isteri Fir’aun.”
Semua ahli hadits sepakat mengatakan
bahawa ke-empat-empat wanita yang disebutkan itu adalah wanita-wanita paling
utama dan paling mulia di seluruh semesta alam. Namun ada yang berselisihan
pendapat dalam menentukan siapakah diantara mereka yang paling utama dan paling
mulia.
Mendapat
salam dari Allah SWT dan berita gembira
Berdasarkan Hadits Rasulullah SAW yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Khadijah binti Khuwailid adalah wanita yang
mendapat salam dari Allah SWT dan berita gembira dengan sebuah rumah yang
terbuat dari kayu di syurga, yang didalamnya tidak ada kepayahan dan kesusahan.
Seperti sabda Rasulullah :
Ketika Jibril datang kepada Rasulullah
SAW, ia berkata :
"Wahai Rasulullah, ini adalah
Khadijah, ia datang dengan membawa sebuah bejana dan wadah yang berisikan
lauk-makanan serta minuman. Maka, jika ia telah sampai kepadamu, sampaikanlah
kepadanya salam dari Tuhannya dan dari ku, dan beritahukanlah kepadanya sebuah
kabar gembira berupa sebuah rumah di dalam syurga yang terbuat dari kayu yang
didalamnya menyenangkan, dan tidak ada kepayahan serta kesusahan.” (Hadits Riwayat
Bukhari)
Anas Bin Malik berkata :
Suatu ketika Jibril datang menemui
Rasulullah pada saat itu beliau sedang bersama Khadijah. Maka Jibril pun
berkata :
”Sesungguhnya Allah menyampaikan salam
kepada Khadijah.”
Maka Khadijah menyahut :
”Sesungguhnya Allah itulah As-Salam.
Salam (sejahtera) pula atas Jibril dan atasmu pula salam dari Allah beserta
rahmat dan berkah-Nya.” (Hadits Riwayat Nasai dan Hakim)
Semua putra-putri Rasulullah SAW lahir
dari rahimnya, kecuali Ibrahim
Khadijah adalah wanita yang subur
rahimnya. Bagaimana tidak, sebelum berkahwin dengan Rasulullah, ia telah
dikurniakan tiga orang anak hasil pernikahannya dengan suami pertama dan
keduanya.
Dijuluki
Ummul Mukminin yang paling utama
Khadijah adalah seorang ummul mukminim
iaitu ibu orang-orang mukmin yang paling utama. Ia lebih utama dibanding isteri
Rasulullah lainnya. Ia memperolehi keutamaan ini kerana beliau merupakan wanita
pertama yang beriman, yang pertama memeluk Islam, yang pertama mempercayai
ajaran Rasulullah SAW, yang berjuang bersama baginda, yag menemani baginda
Rasulullah SAW di kala suka mahupun duka, yang menenangkan dan meneguhkan hati
dikala baginda menghadapi siksaan dan kezalimi kaum Quraisy, yang turut
mendampingi baginda dan bersama-sama merasakan beban penderitaan dalam aksi
boikot yang dilancarkan kaum Quraisy ke atas beliau dan segenap Bani Hasyim,
dan kerana Khadijah, ummul mukminin ini melahirkan putra putri baginda
Rasulullah kecuali Ibrahim.
Wafat
Setelah berakhirnya pemboikotan kaum
Quraisy terhadap kaum muslim, Siti Khadijah sakit keras akibat beberapa tahun
menderita kelaparan dan kehausan. Semakin hari kondisi kesehatan badannya
semakin memburuk. Dalam sakit yang tidak terlalu lama, dalam usia 60 tahun,
wafatlah seorang mujahidah suci yang sabar dan teguh imannya, Sayyidah Siti
Khadijah al-Kubra binti Khuwailid.
Siti Khadijah wafat dalam usia 65 tahun
pada tanggal 10 Ramadhan tahun ke-10 kenabian, atau tiga tahun sebelum hijrah
ke Madinah atau 619 Masehi. Ketia itu, usia Rasulullah sekitar 50 tahun. Beliau
dimakamkan di dataran tinggi Mekkah, yang dikenal dengan sebutan al-Hajun.
Karena itu, peristiwa wafatnya Siti
Khadijah sangat menusuk jiwa Rasulullah. Alangkah sedih dan pedihnya perasaan
Rasulullah ketika itu. Karena dua orang yang dicintainya (Khadijah dan Abu
Thalib) telah wafat, maka tahun itu disebut sebagai ‘Aamul Huzni (tahun
kesedihan) dalam kehidupan Rasulullah.
Referensi:
http://mahluktermulia.wordpress.com/2010/02/05/biografi-siti-khadijah/
http://maaini.wordpress.com/2008/05/23/suri-teladan-muslimah-biografi-istri-istri-nabi/
http://id.wikipedia.org/wiki/Khadijah_binti_Khuwailid
http://www.jilc-makassar.com/index.php?id=beritadetail.php&kat=Profil&idb=744
http://www.ummah.net/khoei/khadija.htm
TERJEMAHAN ALQUR’AN 30 JUZ
13.
SURAT 31. LUQMAN - SURAT 32. AS SAJDAH - SURAT 33. AL AHZAB - SURAT 34. SABA' - SURAT 35. FATHIR
23.
SURAT 101. AL QAARI'AH - SURAT 102. AT TAKAATSUR - SURAT 103. AL 'ASHR - SURAT 104. AL HUMAZAH - SURAT 105. AL FIIL - SURAT 106. QURAISY - SURAT 107. AL MAA'UUN - SURAT 108. AL KAUTSAR - SURAT 109. AL KAAFIRUUN - SURAT 110. AN NASHR - SURAT 111. AL LAHAB
PENTING : jika Anda merasa website ini bermanfaat, mohon do'akan supaya Allah
mengampuni seluruh dosa-dosa Keluarga kami, dan memanjangkan umur keluarga kami
dalam ketakwaan pada-Nya. Mohon do'akan juga supaya Allah selalu memberi Keluarga kami rezeki
yang halal,melimpah,mudah dan berkah, penuh kesehatan dan waktu luang, supaya
kami dapat memperbanyak amal shalih dengannya.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan
bagi saudaranya [sesama muslim] tanpa sepengetahuan saudaranya,
melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.”
melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.”
(Hadits Shahih, Riwayat Muslim No. 4912)