Jumat, 28 Oktober 2011
Rabu, 26 Oktober 2011
Keutamaan Puasa sebelum Idul Adha
Foto bersama para guru majlis Az Zikra selesai
kajian Halaqoh Subuh.
K. H. Muhammad Arifin Ilham : Keutamaan Puasa sebelum Idul Adha dan Mengapa Hari Arafah di Indonesia dan di Arab berbeda?
Perbedaan mathla' tempat terbitnya hilal maka terjadilah perbedaan waktu ibadah, puasa, Idul Fitri dan Idul Adha.
Sangat wajar terjadi perbedaan negeri kita tercinta ini dengan negeri lain.
Demikian pula perbedaan penafsiran puasa Arafah, apakah puasa saat wukuf bagi yang tidak berhaji atau Hari Arafah yang jatuh tanggal 9 Dzulhijjah.
Sahabatku,perdebatan perbedaan para ulama yang semua faqih, alim dan sangat sholeh menunjukkan keluasan, kedalaman dan kemuliaan Islam, yang terpenting adalah menyikapi perbedaan itu.
Toh semua hasil ijtihad dari para fuqoha ulama itu juga bernilai pahala.
Dari ‘Amru bin Al-‘Aash, Rasulullah bersabda: “Apabila seorang hakim menghukumi satu perkara, lalu berijtihad dan benar, baginya dua pahala. Dan apabila ia menghukumi satu perkara, lalu berijtihad dan keliru, baginya satu pahala” (HR Al-Bukhari 13/268 dan Muslim no. 1716).
Setelah bermusyawarah dengan Dewan Syariah Majlis Az Zikra hasil keputusan semua sama mengikuti keputusan MUI dan Pemerintah yang bergabung di dalamnya para jumhur fuqoha ulama.
InsyaAllah abang puasa arafahnya hari Sabtu, karena berita gembira dari Rasulullah, "Puasa hari Arofah aku berharap kepada Allah agar penebus (dosa) setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya" (HR Muslim no 197).
Dan berlebaran Idul Adha hari ahad. Kalau sahabat FBku berbeda pendapat i love you karena Allah.
Semoga Allah menerima amal ibadah kita dan selalu tautkan hati kita saling cinta selalu karena Allah...aamiin.
K. H. Muhammad Arifin Ilham
Penetapan Idul Adha antara pemerintah Indonesia dengan Arab
Saudi berbeda.
Potensi masalah yang bakal muncul adalah, pelaksanaan puasa
Arafah (9 Zulhijah).
Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta masyarakat tidak bingung dan konsisten jika merujuk pada ketetapan pemerintah.
Pemerintah Indonesia melalui sidang isbat 24 September lalu menetapkan Idul Adha 2014 (10 Zulhijah) jatuh pada Minggu, 5 Oktober.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta masyarakat tidak bingung dan konsisten jika merujuk pada ketetapan pemerintah.
Pemerintah Indonesia melalui sidang isbat 24 September lalu menetapkan Idul Adha 2014 (10 Zulhijah) jatuh pada Minggu, 5 Oktober.
Sehingga puasa Arafah dilaksanakan pada Sabtu, 4 Oktober.
Umumnya puasa Arafah ini dikenal masyarakat sebagai ibadah yang berbarengan dengan kegiatan wukuf jamaah haji di Arab Saudi.
Potensi masalah muncul ketika pemerintah Saudi melalui ummul qura menetapkan Idul Adha 2014 jatuh pada Sabtu, 4 Oktober. Sedangkan wukuf di Padang Arafah dilaksanakan pada Jumat, 3 Oktober.
Umumnya puasa Arafah ini dikenal masyarakat sebagai ibadah yang berbarengan dengan kegiatan wukuf jamaah haji di Arab Saudi.
Potensi masalah muncul ketika pemerintah Saudi melalui ummul qura menetapkan Idul Adha 2014 jatuh pada Sabtu, 4 Oktober. Sedangkan wukuf di Padang Arafah dilaksanakan pada Jumat, 3 Oktober.
Itu artinya ketika masyarakat Indonesia, yang merujuk keputusan pemerintah, menjalankan puasa Arafah pada Sabtu, 4 Oktober, jamaah haji di Saudi sudah melaksanakan wukuf. Jadi tidak ada kecocokan hari antara puasa Arafah versi pemerintah Indonesia dengan pelaksanaan wukuf di Padang Arafah.
MUI mencoba menengahi potensi polemik itu. Pimpinan MUI pusat Anwar Abbas mengatakan, patokan pelaksanaan puasa Arafah itu adalah dilaksanakan pada 9 Zulhijah.
"Apakah itu 9 Zulhijah-nya jatuh pada 3 Oktober atau 4 Oktober, mengacu pada keputusan yang dipilih masyarakat masing-masing," jelas dia kemarin.
Ketika masyarakat berkeyakinan atau mengikuti keputusan pemerintah bahwa Idul Adha (10 Zulhijah) jatuh pada Minggu, 5 Oktober, maka tetap melaksanakan puasa Arafah pada Sabtu, 4 Oktober. Masyarakat tidak perlu risau, meski pada 4 Oktober itu jamaah haji sudah selesai menjalankan wukuf.
Dia menegaskan bahwa pelaksanaan puasa Arafah bukan ibadah puasa yang mengacu pada pelaksanaan wukuf. Tetapi ibadah puasa yang dilaksanakan setiap 9 Zulhijah. Abbas memberikan contoh ekstrim.
Misalnya di Makkah, khususnya di Arafah terjadi bencana alam
besar sampai-sampai wukuf tidak bisa dilaksanakan.
"Kalau itu terjadi, apakah kita lantas tidak puasa Arafah? Ya kita tetap puasa Arafah. Karena puasa Arafah tidak terkait dengan pelaksanaan wukuf," jelasnya.
"Kalau itu terjadi, apakah kita lantas tidak puasa Arafah? Ya kita tetap puasa Arafah. Karena puasa Arafah tidak terkait dengan pelaksanaan wukuf," jelasnya.
Buya Yahya : Mengapa Hari Arafah di Indonesia dan di Arab berbeda?
Simak
penjelasannya oleh Buya Yahya - Perbedaan Penetapan 9 Arofah dan Idul Adha
Nasehat Buya Yahya
Silaturahmi
jasad yang tidak dibarengi silaturahmi hati hanya akan tambah merusak hati.
Alangkah banyak orang bersilaturahmi jasad dan di saat berpisah justru
mendapatkan bahan baru untuk menggunjing, menbenci dan mendengkinya buah dari
yang dilihat saat bertemu.
Sampaikan kepada yang
lain...
Rosululloh
SAW bersabda yang artinya:
"Barangsiapa yang menunjukkan suatu kebaikan
maka ia akan mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang melakukannya."
HR. Imam Muslim
Habib Umar bin Hafidz:"jadikanlah televisi,handphone,internet dan alat-alat lainya sebagai pelayan dan pembantu untuk agamamu ,jika tidak,alat-alat itu akan menghancurkan dirimu sedangkan engkau akan tertawa karena tidak menyadarinya,ia akan merusak hatimu,akalmu,akhlakmu,dan fikiranmu,tanpa engkau menyadarinya,engkau tertawa bahagia padahal alat-alat itu telah merusak hal-hal paling berharga yang kau miliki".
PENTING : jika Anda merasa website ini bermanfaat, mohon do'akan supaya Allah
mengampuni seluruh dosa-dosa Keluarga kami, dan memanjangkan umur keluarga kami
dalam ketakwaan pada-Nya. Mohon do'akan juga supaya Allah selalu memberi
Keluarga kami rezeki yang halal,melimpah,mudah dan berkah, penuh kesehatan dan
waktu luang, supaya kami dapat memperbanyak amal shalih dengannya.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
Tidak ada seorang muslim pun yang
mendoakan kebaikan bagi saudaranya [sesama muslim] tanpa sepengetahuan
saudaranya,
melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.”
(Hadits Shahih, Riwayat Muslim No. 4912)
Keutamaan Puasa sebelum Idul Adha
Puasa sebelum Idul Adha disebut juga dengan puasa Arafah. Karena
dilakukan pada saat jutaan jamaah haji berkumpul melaksanakan wukuf di padang
Arafah. Wukuf sendiri merupakan ibadah wajib karena merupakan bagian dari rukun
haji yang harus dipenuhi para calon haji. yang merupakan puncak penyempurnaan
ibadah haji dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah berdasarkan kalender Islam.
Pada saat inilah umat muslim yang tidak melaksanakan wukuf dianjurkan untuk
berpuasa, termasuk kita yang berada di tanah air.
Hadits puasa sebelum Idul Adha
Puasa sebelum idul adha adalah ibadah yang sangat dianjukan oleh
Rasulullah Saw. Bagi kaum muslimin puasa satu hari sebelum lebaran haji ini,
hukumnya sunnah muakkad (sangat ditekankan). Artinya, meskipun puasa sebelum
hari raya qurban ini bersifat sunnah, namun demikian sangat-sangat dianjurkan
dan diutamakan untuk dilaksanakan,strongly recommended. Bagi mereka yang
menunaikan ibadah puasa Arafah akan didoakan Nabi Muhammad Saw agar Allah
menghapus dosa-dosanya selama dua tahun, yakni; satu tahun sebelum dan satu
tahun sesudah. Hal ini berdasarkan hadits Nabi Saw yang artinya: Puasa satu
hari Arafah, aku berharap kepada Allah, Dia akan menghapuskan (dosa) satu tahun
sebelumnya dan satu tahun setelahnya. Puasa hari Asyura (tanggal 10 Muharram), aku berharap
kepada Allah,Dia akan menghapuskan (dosa) satu tahun sebelumnya.(HR. Muslim,
no1162, dari Abu Qatadah).
Dari Abu Qatadah Radhiyallahuanhu, bahwasanya Rasulullah
Shallallahu alaihi wa ala alihi wasallam pernah ditanya tentang puasa pada hari
Arafah, beliau bersabda: Ia (Puasa Arafah itu) menggugurkan dosa-dosa satu
tahun sebelumnya dan setelahnya.(HR. Muslim 1162)
Tidak makan dan tidak minum juga dilakukan Rasulullah Saw
sebelum melaksanakan sholat Idul Adha di lapangan. Ini adalah kebiasaan Nabi
Saw seperti yang tertuang dalam hadits berikut:jika sebelum berangkat shalat
Idul Fitri Rasulullah SAW sarapan dahulu maka sebelum shalat Idul Adha, Rasul
tidak sarapan dan beliau baru makan sepulang melaksanakan shalat (HR. Tirmidzi,
Ibnu Majah, Ahmad).
Jangan Puasa di hari Tasyrik
Selain puasa, beberapa amalan yang dianjurkan dalam rangka
merayakan Idul Adha adalah: menggemakan takbir dan menyembelih hewan kurban
yang dilaksanankan setelah sholat Id hingga tiga hari setelah 10 Dzulhijjah
yakni tanggal:11, 12 dan 13. Dimana pada hari-hari itu umat Islam diharamkan
berpuasa karena merupakan hari Tasyrik.Rasulullah Saw telah mengutus Abdullah
Bin Huzhaqah untuk mengumumkan di Mina: Kamu dilarang berpuasa pada hari-hari
ini (hari tasyrik). Ia adalah hari untuk makan dan minum serta mengingat
Allah.(Hadith Riwayat Imam Ahmad, sanadnya hasan
Jika puasa sebelum Idul Adha ialah sangat dianjurkan, maka
berpuasa pada hari tasyrik adalah dilarang sama halnya dengan puasa di hari
raya Idul Fitri dan Idul Adha.Rasulullah Saw melarang puasa pada dua hari,
yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. (Hadith Riwayat Imam Muslim, Ahmad, an-Nasaie,
Abu Dawud).
Puasa Arafah Berbeda dengan Hari Arafah
Jika terjadi perbedaan dalam menentukan tanggal 9 Dzulhijjah,
antara pemerintah Indonesia dengan Saudi, mana yang harus diikuti? Kami bingung
dalam menentukan kapan puasa arafah?
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du
Ulama berbeda pendapat dalam masalah ini,
Pertama, puasa arafah mengikuti wuquf di arafah.
Ini merupakan pendapat Lajnah Daimah (Komite Fatwa dan
Penelitian Ilmiyah) Arab Saudi. Mereka berdalil dengan pengertian hari arafah,
bahwa hari arafah adalah hari dimana para jamaah haji wukuf di Arafah. Tanpa
memandang tanggal berapa posisi hari ini berada.
Dalam salah satu fatwanya tentang perbedaan tanggal antara
tanggal 9 Dzulhijjah di luar negeri dengan hari wukuf di arafah di Saudi,
Lajnah Daimah menjelaskan,
Hari arafah adalah hari dimana kaum muslimin melakukan wukuf di
Arafah. Puasa arafah dianjurkan, bagi orang yang tidak melakukan haji. Karena
itu, jika anda ingin puasa arafah, maka anda bisa melakukan puasa di hari itu
(hari wukuf). Dan jika anda puasa sehari sebelumnya, tidak masalah. (Fatawa
Lajnah Daimah, no. 4052)
Kedua, puasa arafah sesuai tanggal 9 Dzulhijjah di daerah setempat
Karena penentuan ibadah yang terkait dengan waktu, ditentukan
berdasarkan waktu dimana orang itu berada. Dan hari arafah adalah hari yang
bertepatan dengan tanggal 9 Dzulhijjah. Sehingga penentuannya kembali kepada
penentuan kalender di mana kaum muslimin berada.
Pendapat ini ditegaskan oleh Imam Ibnu Utsaimin. Beliau pernah
ditanya tentang perbedaan dalam menentukan hari arafah. Kita simak keterangan
beliau,
Yang benar, semacam ini berbeda-beda, sesuai perbedaan mathla’
(tempat terbit hilal). Sebagai contoh, kemarin hilal sudah terlihat di Mekah,
dan hari ini adalah tanggal 9 Dzulhijjah. Sementara di negeri lain, hilal
terlihat sehari sebelum Mekah, sehingga hari wukuf arafah menurut warga negara
lain, jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah, maka pada saat itu, tidak boleh bagi
mereka untuk melakukan puasa. Karena hari itu adalah hari raya bagi mereka.
Demikian pula sebaliknya, ketika di Mekah hilal terlihat lebih
awal dari pada negara lain, sehingga tanggal 9 di Mekah, posisinya tanggal 8 di
negara tersebut, maka penduduk negara itu melakukan puasa tanggal 9 menurut
kalender setempat, yang bertepatan dengan tanggal 10 di Mekah. Inilah pendapat
yang kuat. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Apabila kalian melihat hilal, lakukanlah puasa dan apabila
melihat hilal lagi, (hari raya), jangan puasa. (Majmu’ Fatawa Ibnu Utsaimin,
volume 20, hlm. 28)
Dari keterangan di atas, kita bisa memahami bahwa perbedaan
penentuan hari arafah, kembali kepada dua pertimbangan:
Pertama, apakah perbedaan tempat terbit hilal (Ikhtilaf Mathali’)
mempengaruhi perbedaan dalam penentuan tanggal ataukah tidak.
Mayoritas ulama berpendapat bahwa dalam menentukan tanggal awal
bulan, kaum muslimin di seluruh dunia disatukan. Sehingga perbedaan tempat
terbit hilal tidak mempengaruhi perbedaan tanggal.
Sementara sebagian ulama berpendapat bahwa perbedaan mathali’
mempengaruhi perbedaan penentuan awal bulan di masing-masing daerah. Ini
meruakan pendapat Ikrimah, al-Qosim bin Muhammad, Salim bin Abdillah bin Umar,
Imam Malik, Ishaq bin Rahuyah, dan Ibnu Abbas.
(Fathul Bari, 4/123).
Dari dua pendapat ini, insyaaAllah yang lebih mendekati
kebenaran adalah pendapat kedua. Adanya perbedaan tempat terbit hilal,
mempengaruhi perbedaan penentuan tanggal. Hal ini berdasarkan riwayat dari
Kuraib – mantan budak Ibnu Abbas –, bahwa Ummu Fadhl bintu al-Harits (Ibunya
Ibnu Abbas) pernah menyuruhnya untuk
menemui Muawiyah di Syam, dalam rangka menyelesaikan suatu urusan.
Kuraib melanjutkan kisahnya,
Setibanya di Syam, saya selesaikan urusan yang dititipkan Ummu
Fadhl. Ketika itu masuk tanggal 1 ramadhan dan saya masih di Syam. Saya melihat
hilal malam jumat. Kemudian saya pulang ke Madinah. Setibanya di Madinah di
akhir bulan, Ibnu Abbas bertanya kepadaku
“Kapan kalian melihat hilal?” tanya Ibnu Abbas.
“kami melihatnya malam jumat.” Jawab Kuraib.
“Kamu melihatnya sendiri?” tanya Ibnu Abbas.
“Ya, saya melihatnya dan
masyarakatpun melihatnya. Mereka puasa dan Muawiyahpun puasa.” Jawab
Kuraib.
Ibnu Abbas menjelaskan,
“Kalau kami melihatnya malam sabtu. Kami terus berpuasa, hingga
kami selesaikan selama 30 hari atau kami melihat hilal Syawal.”
Kuraib bertanya lagi,
“Mengapa kalian tidak mengikuti rukyah Muawiyah dan puasanya
Muawiyah?”
Jawab Ibnu Abbas,
“Tidak, seperti ini yang diperintahkan Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam kepada kami.” (HR. Muslim 2580, Nasai 2111, Abu Daud 2334,
Turmudzi 697, dan yang lainnya).
Kedua, batasan hari arafah
Sebagian ulama menyebutkan bahwa puasa arafah adalah puasa pada
hari di mana jamaah haji melakukan wukuf di arafah. Tanpa mempertimbangkan
perbedaan tanggal dan waktu terbitnya hilal.
Sementara ulama lain berpendapat bahwa hari arafah adalah hari
yang bertepatan dengan tanggal 9 Dzulhijjah. Sehingga sangat memungkinkan
masing-masing daerah berbeda.
Ada satu pertimbangan sehingga kita bisa memilih pendapat yang
benar dari dua keterangan di atas. Terlepas dari kajian ikhtilaf mathali’
(perbedaan tempat terbit hilal) di atas.
Kita sepakat bahwa islam adalah agama bagi seluruh alam. Tidak
dibatasi waktu dan zaman, sebelum tiba saatnya Allah mencabut islam. Dan
seperti yang kita baca dalam sejarah, di akhir dakwah Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam, islam sudah tersebar ke berbagai penjuru wilayah, yang jarak
jangkaunya cukup jauh. Mekah dan Madinah kala itu ditempuh kurang lebih
sepekan. Kemudian di zaman para sahabat, islam telah melebar hingga dataran
syam dan Iraq. Dengan alat transportasi masa silam, perjalanan dari Mekah
menuju ujung wilayah kaum muslimin, bisa menghabiskan waktu lebih dari sebulan.
Karena itu, di masa silam, untuk mengantarkan sebuah info dari
Mekah ke Syam atau Mekah ke Kufah, harus menempuh waktu yang sangat panjang.
Berbeda dengan sekarang, anda bisa menginformasikan semua kejadian yang ada di
tanah suci ke Indonesia, hanya kurang dari 1 detik. Sehingga orang yang berada
di tempat sangat jauh sekalipun, bisa mengetahui kapan kegiatan wukuf di
arafah, dalam waktu sangat-sangat singkat.
Di sini kita bisa menyimpulkan, jika di masa silam standar hari
arafah itu mengikuti kegiatan jamaah haji yang wukuf di arafah, tentu kaum
muslimin yang berada di tempat yang jauh dari Mekah, tidak mungkin bisa
menerima info tersebut di hari yang sama, atau bahkan harus menunggu beberapa hari.
Jika ini diterapkan, tentu tidak akan ada kaum muslimin yang
bisa melaksanakan puasa arafah dalam keadaan yakin telah sesuai dengan hari
wukuf di padang arafah. Karena mereka yang jauh dari Mekah sama sekali buta
dengan kondisi di Mekah.
Ini berbeda dengan masa sekarang. Hari arafah sama dengan hari
wukuf di arafah, bisa dengnan mudah diterapkan. Hanya saja, di sini kita
berbicara dengan standar masa silam dan bukan masa sekarang. Karena tidak boleh
kita mengatakan, ada satu ajaran agama yang hanya bisa diamalkan secara
sempurna di zaman teknologi, sementara itu tidak mungkin dipraktekkan di masa
silam.
Oleh karena itu, memahami pertimbangan di atas, satu-satunya
yang bisa kita jadikan acuan adalah penanggalan. Hari arafah adalah hari yang
bertepatan dengan tanggal 9 Dzulhijjah, dan bukan hari jamaah haji wukuf di
Arafah. Dengan prinsip ini, kita bisa memahammi bahwa syariat puasa arafah bisa
dipraktekkan kaum muslimin di seluruh penjuru dunia tanpa mengenal batas waktu
dan tempat.
Allahu a’lam
Kiat – kiat memiilih suami
sholeh
1.Faham dan mengamalkan ALQUR'AN dan ASSUNNAH,minimal sholat 5
wajib dan puasanya,
2.Akhlaknya santun dan rendah hati,
3.Tidak mau berduaan dan tidak mau mnyentuhmu sampai ALLAH
halalkan,
4.Pekerja aktif pada rizki yang halal,
5.Figur penyayang pada ortu,kakak adik dan sanak familinya,
6.Pribadi yang mnyenangkn dan disenangi para syahabatnya,
7.Sangat hormat pendapat dan keluargamu.Kalau bertemu cowok
sholeh ini,terimalah lamarannya!.
Kiat-kiat memilih istri sholehah
1.Faham dan mengamalkan ALQUR'AN dan ASSUNAH,
2.Auratnya terjaga,
3.Tidak mau berduaan apalagi disentuh,
4.Penyayang pada ortu,kakak adik dan sanak familinya,
5.Kalau bicara menundukkan wajahnya,santun dan rendah hati,
6.Tidak suka banyak bicara,jauh dari sifat genit,
7.Terpelajar,
8.Para syahabatnya menyenanginya,
9.Tidak suka pacaran,maunya segera dinikahi,
10.Tidak menentukan harga mahar,
11.Menerimamu karena istiharahnya.
Nasehat Buya Yahya
Silaturahmi
jasad yang tidak dibarengi silaturahmi hati hanya akan tambah merusak hati.
Alangkah banyak orang bersilaturahmi jasad dan di saat berpisah justru
mendapatkan bahan baru untuk menggunjing, menbenci dan mendengkinya buah dari
yang dilihat saat bertemu.
Rosululloh
SAW Bersabda yang artinya:
"Barangsiapa yang menunjukkan suatu kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang melakukannya". (HR. Imam Muslim)
"Barangsiapa yang menunjukkan suatu kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang melakukannya". (HR. Imam Muslim)
Habib Umar bin Hafidz:"jadikanlah televisi,handphone,internet dan alat-alat lainya sebagai pelayan dan pembantu untuk agamamu ,jika tidak,alat-alat itu akan menghancurkan dirimu sedangkan engkau akan tertawa karena tidak menyadarinya,ia akan merusak hatimu,akalmu,akhlakmu,dan fikiranmu,tanpa engkau menyadarinya,engkau tertawa bahagia padahal alat-alat itu telah merusak hal-hal paling berharga yang kau miliki".
Sayangilah Ibu dan Bapak kita Sampai Akhir Hayat Mereka
You might also like:
TERJEMAHAN ALQUR’AN 30 JUZ
13.
SURAT 31. LUQMAN - SURAT 32. AS SAJDAH - SURAT 33. AL AHZAB - SURAT 34. SABA' - SURAT 35. FATHIR
23.
SURAT 101. AL QAARI'AH - SURAT 102. AT TAKAATSUR - SURAT 103. AL 'ASHR - SURAT 104. AL HUMAZAH - SURAT 105. AL FIIL - SURAT 106. QURAISY - SURAT 107. AL MAA'UUN - SURAT 108. AL KAUTSAR - SURAT 109. AL KAAFIRUUN - SURAT 110. AN NASHR - SURAT 111. AL LAHAB
PENTING : jika Anda merasa website ini bermanfaat, mohon do'akan supaya Allah
mengampuni seluruh dosa-dosa Keluarga kami, dan memanjangkan umur keluarga kami
dalam ketakwaan pada-Nya. Mohon do'akan juga supaya Allah selalu memberi Keluarga kami rezeki
yang halal,melimpah,mudah dan berkah, penuh kesehatan dan waktu luang, supaya
kami dapat memperbanyak amal shalih dengannya.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan
bagi saudaranya [sesama muslim] tanpa sepengetahuan saudaranya,
melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.”
melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.”
(Hadits Shahih, Riwayat Muslim No. 4912)
Langganan:
Postingan (Atom)