John C Potter, seorang masinis di pabrik gula Umbul Probolinggo yang menjadi pemilik sepeda motor pertama di Indonesia mungkin akan kaget jika melihat kepadatan motor di jalanan saat ini. Betapa tidak, konon kini ada sekitar 35 juta sepeda motor yang berseliweran di jalanan tanah air. Penggunanya tak hanya di kota besar, namun juga hingga ke pelosok.
Sepeda motor, mengangkut apapun jadi (dok - indrakh)
Yang menarik, para peminat kendaraan roda dua ini di negeri ini cukup unik. Selain untuk kebutuhan alat transportasi: Misalnya digunakan untuk pergi ke tempat kerja, untuk mengantar anak ke sekolah, untuk ojeg, sepeda motor juga sering tampak digunakan untuk alat angkut barang.
Kecilnya bagasi yang dimiliki dan tidak adanya bak penampung barang tidak menjadi halangan bagi sebagian pengguna untuk mengangkut barang. Tak hanya untuk mengangkut barang kelontong, makanan atau sayuran saja, untuk mengangkut rumput pun jadi. Di daerah saya kini banyak peternak sapi yang mencari rumput gajah dengan menggunakan sepeda motor.
Memang tak hanya di Indonesia saja saya lihat para pemilik motor menggunakannya sebagai alat transportasi multifungsi. Di Vietnam, Thailand, dan Kamboja pun penduduknya melakukan hal yang sama. Malah ada yang lebih ekstrim: Ada yang digunakan untuk mengangkut ayam, kerbau, hingga ada yang digunakan untuk berboncengan hingga tujuh orang.
Mayoritas penduduk Indonesia dan sebagian negara Asia Tenggara pastinya bukan tak mau beralih menggunakan mobil sebagai alat angkut. Masih rendahnya tingkat kesejahteraan dan harganya yang mahal menyebabkan mereka sulit untuk membeli kendaraan roda empat. Memang sih, katanya angka pendapatan perkapita Rakyat Indonesia kini ada di angka 24 juta rupiah. Tapi hitungan itu kan termasuk juga para pekerja asing yang gajinya selangit. Jadi hitungan ini menurut saya kurang fair. Tidak menggambarkan kondisi kesejahteraan rakyat yang sebenarnya.
Makanya tidak aneh jika kebanyakan rakyat Indonesia masih memilih sepeda motor sebagai pilihan alat transportasi. Masih buruknya transportasi publik di negeri ini juga pasti menjadi pertimbangan lainnya.
Toh kini tak perlu berbekal uang banyak untuk menjadi pemilik sepeda motor di Indonesia. Dengan membayar DP 500 ribu pun orang sudah bisa membawa sepeda motor ke rumah. Asalkan mau rajin mencicil bayaran bulanan, dalam 1, 2, atau 3 tahun sepeda motor sudah bisa menjadi milik sendiri. Jika malas membayar, yah risikonya didatangi debt collector. Kalau sudah begitu, sepeda motor pun akan tinggal angan-angan.
Jika dulu pada tahun 1893, John C Potter harus memesan langsung ke pabrik Hildebrand und Wolfmüller, di Muenchen, Jerman untuk memiliki sepeda motor, maka kini orang bisa langsung pergi ke dealer terdekat, atau bahkan mencari para penjual bermobil pick-up yang banyak keliling menawarkan sepeda motor.
Sumber : http://indrakh.wordpress.com/2010/11/11/sepeda-motor-multifungsi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar