Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan Hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan

Selasa, 02 November 2010

Gempa

Cerita Gempa Dari Aceh


Pada musim haji 2002 aku pernah ditugasi untuk membantu menangani proses pemberangkatan jemaah haji Indonesia di embarkasi Aceh. Waktu itu kondisi politik dan keamanan cukup menghangat, tetapi tugas itu dapat aku laksanakan dengan baik dan aku kembali ke Jakarta dengan selamat. Desember 2004 ini aku kembali ditugasi oleh Bos ku untuk ikut kembali ke Aceh membantu pemberangkatan jemaah Haji dari embarksi
Aceh. Rasanya gembira juga bisa ikut berpatisipasi dalam tugas mulia ini.


Singkat cerita di Aceh aku diinapkan di Hotel Kuala Tripa di lantai 2, hari itu adalah hari terakhir aku bertugas di Aceh dan aku melapor ke Manager Aceh bahwa besok pagi aku akan kembali ke Jakarta.


"Pak Kamdo hari ini aku balik ke Jakarta, Surat Perjalanan Dinas ku sudah selesai ..." lapor ku ke Pak Sukamdo Manajer Garuda di Aceh.
"Wah Pak Sanwani , jangan gitu dong .. . kamu sangat dibutuhkan di operasional haji disiini.." keluh Pak Kamdo, "kamu di extend, spj kamu diperpanjang ya sampai dua hari ... sebulan juga boleh... oke ya ??!" pinta Pak Kamdo setengah memaksa.
"Enggak bisa Pak, pokoknya saya harus pulang ke Jakarta besok pagi " aku memberanikan diri membantah Pak Kamdo. Akhirnya Pak Kamdo menyerah

" Ya sudahlah ... tapi semua kerjaan beres khan ??" "Beres semua Bos ! ... temen2 nanti yang gantiin saya juga sebentar lagi datang dari Jakarta" jawabku, Pak Kamdo orangnya baik, semua fasilitas untuk perkerjaan ku dilengkapinya, apa yang aku minta untuk menunjang operasional pekerjaan langsung disediakannya, sehingga aku bekerja bisa
lancar tanpa hambatan berarti. Malam itu aku berbenah di kamar, koper yang sudah aku
pack, aku buka lagi kayanya ada yang lupa apa yaa ... seolah koper ini enggan ditutup. Ku buka lagi ku tutup lagi ... apa2an nih...pikir ku. Oleh2 yang aku siapkan dikulkas kamar hotel aku keluarkan, tapi tak lama aku masukan lagi ke kulkas ... kenapa nih pikiranku koq gak konsen gini???
Sepertinya ada yang mencegah oleh2 itu untuk aku bungkus biar kubawa ke Jakarta. Aah ...lupakan saja , tidur aja dulu ...

Hari Minggu pagi jam setengah tujuh tanggal 26 Desember 2004 aku sudah rapih berpakaian dan langsung menuju restoran dilantai bawah hotel tempatku menginap untuk breakfast, rekan2 lain juga sudah mulai berkumpul, agak2nya makan pagi ini akan terasa makan yang paling nikmat karena tugas2 ku sudah selesai, tinggal pulang ke Jakarta ketemu anak isteri
begitu angan-anganku. Belum lagi kami mengambil makanan ... masih dalam keadaan berdiri ...
sejenak terasa kakiku berguncang -guncang, tidak hanya itu, kuperhatikan sekeliling ruangan restoran dindingnya bergerak-gerak, makin lama guncangan itu makin kuat.... "Gempa..gempaaaa ...ada gempa !!!! "teriak orang2 yang ada diruangan itu, aku masih belum tersadar, aku masih melihat sekeliling ruangan ... mulai satu-satu tiang diruangan itu seperti amblas perlahan-lahan ... seperti mau runtuh perlahan-lahan ... aku tidak dapat menggambarkannya dengan kata2... "Gempaaaa ...!!!!" baru pada teriakan yang kedua aku
tersadar , ini benar2 ada gempa !!. Semua tamu berlarian keluar ruangan, sambil berlarian sempat aku lihat tiang2 bangunan itu mulai runtuh, sampai diluar hotel kembali kami harus berlari menjauh dari bangunan hotel karena kaca-kaca hotel pada pecah , seperti meledak ... menghamburkan potongan2 kaca kesegala arah. Sambil merunduk kami terus berlari tambah kencang. Pada saat itu teringat dalam pikiranku didepan hotel ada taman agak luas,
rupanya semua rekan2 bepikiran sama, kesana kami semua berlarian berhamburan dengan penuh kepanikan. Sampai ditaman kami berhenti berlari, sambil berdiri terasa gempa masih mengguncang-guncang tubuh kami. Didekat taman ternyata ada tiang antene besar terbuat
dari besi, berpikiran tiang antene akan ambruk kami berlari lagi menjauh... gempa itu masih terus mengguncang tubuh kami, sampai didekat taman ada pohon asem besar seolah ada
yang membisikan kepadaku "Pegangan pohon itu ..." tanpa pikir panjang aku peluk pohon asem besar itu, pohon itu lebih besar dari pelukkan tangan ku sehingga tanganku tidak dapat bertemu dengan tangan yang satunya. Melihat aku memeluk pohan asem itu teman2 yang lain berlari ke pohon asem itu dan ikut2an berpegangan dan berpelukan seperti ku. Sehingga kami saling berpegangan erat melingkari pohon dan yang mendapat lingkaran diluar saling
melapisi dengan badannnya sehingga pelukan itu makin kuat. Hal ini kami lakukan karena gempa itu demikian kuatnya dan masih terus mengguncang-guncang kami. Kurang lebih sepuluh menit guncangan hebat itu mereda ... kami mulai meregangkan pelukan ... dan
mulai memandang kesekeliling ... ternyata hotel tempat ku menginap sudah runtuh dua lantai
kebawah. Tak terbayang olehku apa jadi kalau kami masih ada diruangan restoran tadi.
Belum lagi rasa ketakutan ku hilang, terdengar suara teriakan "Air..Aiiir !!!" aku pikir ada korban gempa yang sangat membutuhkan air minum ternyata ..."Ada aiir !..Air datang, air datang !!!" Ooh ternyata ini air banjir yang datang ! kulihat orang berlari-larian kesana kemari
menyelamatkan diri dari kejaran air. Tanpa pikir panjang akupun ikut berlari, tapi kemana aku harus berlari, sambil berlari sekuat-kuatnya tanpa sadar aku berucap berulang-ulang "Allohu Akbar...Allohu Akbar..Allohu Akbar" terus tak berhenti berlari entah harus kemana dengan rasa takut yang tak terkirakan, pikiran kalut, kacau, yang ada hanya menyelamatkan diri. Sambil berlari dan mengucap Takbir seolah ada yang memberiku ilham, tiba-tiba terlintas
dipikiran "Air itu mencari tanah yang lebih rendah ..." ku arahkan lari ku ketanah daerah yang lebih tinggi, "ya tapi harus lari kemana ???" buntu pikiranku... sambil terus berTakbir, kembali seolah ada yang membisiki ku "lari kearah kanan" aku ikuti bisikan itu aku lari ber belok kekanan, ternyata yang kutemui adalah tanggul yang tingginya satu setengah meter, akupun mencoba untuk menaikinya tapi tak berhasil karena begitu lelah setelah terus berlari, kulihat dibelakangku...rupanya teman2 ku berlari mengikuti arah ku berlari sehingga kami berkumpul
dibawah tanggul. Sambil bahu membahu, berpegangan tangan, yang berhasil naik keatas tanggul membantu mengangkat yang laiinya sampai semua berhasil naik tidak ada yang
tertinggal. Aku melihat kearah belakang lagi , ternyata sudah mulai ada korban-korban yang tersapu oleh air yang mengerikan itu , tetapi air masih mengejar kami, "lari ... lari ... airnya mulai naik !!!" teriak ku. Tanpa sengaja aku berlari paling depan dan semua teman2 mengikuti di belakang. Ooh harus kemana aku ber lari , napasku tersengal-sengal "Allohu Akbar...Allohu Akbar..Allohu Akbar" hanya dalam hati karena tak sanggup lagi aku mengucapkannya. Kepalaku mulai pening kehabisan napas, mungkin sebentar lagi aku akan
pingsan dan akan tersapu oleh air bah, pikirku. "Allohu Akbar...Allohu Akbar..Allohu Akbar" (hanya dalam hati karena tak sanggup lagi aku mengucapkannya) ... seolah ada bisikan lembut tapi
tegas "lari kearah
trotoar jalan besar" kuikuti bisikan itu ... tetapi
air sudah mulai menerpa
kaki-kaki kami. Tubuh kami mulai basah oleh cipratan
air sampai akhirnya
basah kuyup, setengah putus asa aku berlari karena
akhirnya air bah itu
akan
menelan kami juga, ooh inilah ajal mungkin sudah tiba,
pikirku, "Allohu
Akbar...Allohu Akbar..Allohu Akbar" (hanya dalam hati
karena tak sanggup
lagi aku mengucapkannya).
"Lari terus kearah trotoar jalan besar" aah bisikan
itu datang lagi ,
kuikuti lagi, sambil menoleh kebelakang, ternyata
teman2n masih mengikuti
dibelakang mengikuti arah lariku, kulihat dibelakang
ku saluran-saluran air
sudah meluap airnya, airnya mengalir deras membawa
sampah,
potongan-potongan
kayu, mengerikan! Dikejauhan semakin banyak orang yang
mulai terjatuh
tertelan air bah, arah lari mereka memang berlawanan
dengan arah ku. Aku
tidak berani menoleh lagi, sungguh pemandangan yang
menakutkan, mengerikan.
........!!!!!!!

Dalam keadaan berlari, bingung arah mana yang harus
kutempuh , sejenak
kemudian terdengar lagi bisikan "lihat gorong-gorong,
lari ke trotoar" "ya
aku lari ke arah trotoar itu ... tapi apa maksudnya
disuruh melihat
gorong-gorong??" pikirku sambil terus berlari.
Berlari ...terus sambil
berlari kulihat gorong-gorong yang ada sisi-sisi
jalan dimana kuberlari,
ya
betul ! digorong-gorong itu tidak ada air yang
menggenang ... tidak ada
air
yang mengalir kearah gorong-gorong itu ... ooh ini
rupanya jawabannya, air
bah itu pasti mencari saluran air dan yang ada hanya
gorong-gorong itu ,
air
tidak sampai mengalir kearah gorong-gorong itu
berarti, arah lariku adalah
benar mencapai daerah yang lebih tinggi ! Oooh Yaa
Alloooh ...Engkau Yang
Maha Ghaib ... Engkau Bisikan Suara GhaibMu untuk
membimbingku berlari ...
tanpa terasa air mataku berlinang, doa kupanjatkan
dalam hati "Yaaa Alloooh
tuntunlah kami, lindungilah kami..." semangatku
terpompa kembali untuk
terus berlari ... sampai kupastikan daerah itu tidak
ada air yang
menjangkaunya, perlahan-lahan aku berhenti berlari dan
habis sudah napas
ini, akhirnya aku berhenti dan duduk tersungkur
dipinggir trotoar. Dengan
napas yang tinggal satu-satu dan kepalaku mulai
pening, berat sekali
rasanya
kepalaku ini. Sementara aku duduk ditrotoar ternyata
rekan2 ku masih
mengikuti arah lari dan ikut berhenti dan ikut duduk
dan tersungkur
ditrotoar tetapi rekan2 yang wanita tidak dapat duduk
lagi langsung lunglai
pingsan, kami biarkan saja karena kami sendiri juga
dalam keadaan
kepayahan,
ketakutan , belum dapat bernapas dan berpikir dengan
baik, setengah hilang
kesadaran.
Hampir setengah jam kami terduduk, ada yang mulai
siuman dari pingsannya,
ada yang mulai menagis tersedu-sedu, ada yang
menyeringai menahan kakinya
yang sakit, ada yang terdiam membisu, masih
terbayang-bayang kejaran air
bah
itu, masih teringat orang-orang yang berjatuhan
ditelan bah, runtuhnya
hotel, Oooh Tuhan apa yang sedang terjadi??

Perlahan-lahan kesadaran kami mulai timbul, "Pak
kemana lagi kita akan
berlari ???" tanya seorang rekan kepadaku, rupanya
arah lariku dijadikannya
tumpuan bagi rekan2ku.
"Tidak tahu lagi saya harus kemana, kita berhenti dulu
disini ... " jawabku
sekenanya, sambil mengenang dan mengingat-ingat akan
Bisikan Ghaib itu,
hatiku menangis... bagaimana jadinya bila tidak ada
yang menuntun ku
berlari, mungkin aku juga sudah terapu oleh air bah
itu... terasa betapa
aku
sangat membutuhkan dan berharap-harap Bisikan itu
datang lagi. Setelah
hening tidak terdengar lagi bisikan itu, tapi aku
yakin sudah bahwa Bisikan
Itu adalah petunjuk bagi keselamatan diriku dan
rekan2ku. Aku bersyukur
dalam hati masih dilindungi oleh Yang Maha Ghaib.
Kehingan kami tidak berlangsung lama, kurang lebih
satu jam kami hanya
berdiam diri, setelah tenaga terkuras habis, perasaan
lapar mulai
menyergap,
karena kami memang belum sempat menyantap sarapan kami
sewaktu terjadi
gempa
tadi. Rekan wanita mulai ada yang mengeluh "Perutku
mulai terasa lapar ..."
aku dan rekan2 yang lain berdiam diri saja, tidak ada
yang menanggapi
walaupun kami tahu bahwa semua pasti belum sarapan
tapi kemana harus
mencari
makan dalam keadaan kacau balau seperti ini. Masih
untung kami bisa hidup,
apa jadinya kalau tadi kami salah arah dalam berlari,
bisa jadi terjebak
dipusaran air bah yang masuk sampai ketengah kota.

Tetapi Alloh Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang,
kuedarkan pandangan ku
kesekeliling, jalan itu sepi, lenggang, ada beberapa
bangunan ruko masih
tutup, tapi mataku terpaku disalah satu ruko tulis
dipapannya "Rumah Makan
Padang", lho koq sudah ada rumah makan padang yang
buka??? Rasa gembiraku
bukan kepalang, kami bergegas ke rumah makan itu,
setelah selidik punya
selidik ternyata rumah makan itu sudah kosong
ditinggalkan pemilikanya,
tetapi makanannya lengkap dan kayaknya baru dimasak,
masih hangat !!! Waduh
gimana ini, mau makan bayarnya kesiapa?? Makan tanpa
bayar juga bisa , tapi
itu mencuri namanya !
"Bagaimana kalau kita makan saja dulu kemudian kita
tinggalkan saja uang
kita dilacinya ??" aku mengusulkan karena aku merasa
dikantongku masih ada
uang sisa perjalanan dinasku. Tanpa menunggu lama lagi
rekan2 ku langsung
setuju. Kami makan dengan lahapnya, Yaa Alloh Yaa
Rahman Yaa Rahim ...
ampuni kami...walaupun didalam bencana besar ini Kasih
Sayang Mu masi
memayungi jiwa-jiwa kami, masih juga kami diberi Nya
makan.
Tak lama setelah selesai makan muncul serombongan
ibu-ibu ada anak-anak
juga
melintas didepan rumah makan itu, mereka melongok kan
kepala kepada kami
"Pak kami mau beli makanan, tapi kami tidak punya
uang, rumah kami hancur,
kami lapar Pak??"
Tersentak kami semua mendengar nya, spontan rekan2
menjawab "Kami bukan
pemilik rumah makan ini, tapi kalau mau makan silahkan
ambil saja, makan
saja, kami yang bayar " jawab kami seketika. Tanpa
dikomando mereka
menyendok makan itu dan memakannya dengan lahap,
sebentar saja seluruh
makanan sudah ludes, selesailah makan mereka.
Dengan rasa gembira ibu-ibu dan anak-anak itu
mengucapkan terimakasih
berkali-kali, "Terus ibu-ibu ini mau kemana ?" tanya
salah seorang rekanku,
seketika kegembiraan ibu-ibu itu lansung sirna, "Kami
akan mencari keluarga
kami yang hilang tersapu air bah, entah mencarinya
kemana ..." mendung
menggayut dimata ibu itu. Mereka pun berpamita dan
berjalan pelan2
menyusuri
trotoar, entah hendak kemana.
Aku dan rekan2 menghela napas, sambil berdoa semoga
keluarga mereka dalam
keadaan selamat semua. Kami termenung kembali, sejenak
kemudian mulai
saling
berbicara apa yang akan kami lakukan selanjutnya.
Akhirnya diputuskan kami
kembali kearah hotel tempat menginap.
Serasa sudah aman kami berjalan kembali kearah hotel,
sepanjang jalan
terlihat betapa ganasnya air bah itu menyapu kota Aceh
! tidak hanya
bangunan2 yang hancur, terlihat juga tumpukan tubuh
manusia saling
bertumpuk
di gorong-gorong air, menyumbat saluran air,
mengerikan sekali ...
Sesampainya dilokasi hotel, terlihat bangunannya sudah
runtuh, sangat
berbahaya bila didekati. Kami putuskan untuk berjalan
kearah Airport,
semoga
disana masih ada rekan2 yang sudah selamat terlebih
dahulu. Letak Airport
ada didataran yang agak tinggi, sesampainya di Airport
kami baru bisa
bertemu dengan rekan2 lainnya yang ikut selamat dari
hantaman air bah.
Setelah itu kami sepakat menjadikan Airport sebagai
Posko sementara dan
selanjutnya harus bagaimana ... aaah entahlah ... aku
badanku tidak kuat
lagi, hatiku menangis bila mengingat mayat-mayat yang
bergelimpangan, aku
tertidur diluar gedung airport karena kemungkinan
masih ada gempa susulan,
aku pejamkan mataku ... aku tidak dapat berfikir
lagi... Yaa Alloh bukakan
mata hati kami untuk dapat mendapat hikmah dari semua
ini .

Seperti yang dituturkan oleh Pak Sanwani kepada
Penulis.
Kepada rekan2 yang lain dipersilahkan membagi
pengalamannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar