Korelasi Alquran dengan
Pancasila
Sila 1 => Al-Baqoroh 153
Wahai orang-orang yg beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dg sabar dan shalat. Sungguh Allah beserta orang-orang yg sabar.
Sila 2 => Al-Maidah 8
Wahai orang-orang yg beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dg sabar dan shalat. Sungguh Allah beserta orang-orang yg sabar.
Sila 2 => Al-Maidah 8
Wahai orang-orang yg beriman!
Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, ketika menjadi saksi dg
adil. Dan janganlah kebencian kepada kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil. Berlaku adil-lah. Karena adil itu lebih dekat dg taqwa. Dan bertaqwalah
karena Allah. Sungguh Allah maha Teliti terhadap apa yg kamu kerjakan.
Sila 3 => Ali
Imron 103
Dan berpegang
teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai
berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuhan, lalu
Allah mempersatukan hatim, sehingga dg karunia-Nya kamu menjadi bersaudara,
sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari sana.
Sila 4 => Ali
Imron 159
Maka berkat rahmat
Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau
bersikap keras dan berhati kasar tentulah menjauhkan diri dari sekitarmu.
Karena itu maafkanlah mereka dan mohonlah ampunan untuk mereka dan
bermusyawarahlah dg mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila engkau
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh Allah mencintai orang
yg bertawakkal.
Sila 5 =>
Al-Hasyr 7
Harta rampasan yg
diberikan Allah kepada Rasulnya (yg berasal) dari penduduk beberapa negri
adalah untuk Allah, Rasul, kerabat (Rasul), anak-anak yatim, orang-orang miskin
dan untuk orang-orang yg dalam perjalanan agar harta itu jangan hanya beredar
pada orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yg diberikan Rasul kepadamu
terimalah. Dan apa yg dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.
Dan sebagai penutup
Yuk,,bareng-bareng kita lafadzkan doa untuk negri yg termaktub dalam surat
Al-Baqoroh ayat 126:
“Ya Allah, jadikanlah negri ini aman dan berilah rizki kepada para
penduduknya.”
Amiin..
MENJAGA
AGAR RUMAH TANGGA DAPAT HIDUP BAHAGIA
Suami-istri harus bisa mempelajari kenyataan hidup bahwa kebahagiaan
bahtera rumah tangga hanya bisa digapai dengan pergaulan yang baik dan lemah
lembut antar keduanya. Pergaulan yang baik akan mampu menghantarkan pasangan
suami intri kepada masa – masa bahagia dan kehidupan yang menyenangkan.
Seorang istri harus mampu menjaga kemuliaannya. Jangan pernah menyakiti ayah dan ibu.
Hormatilah suamimu dan hargailah ucapannya. Jaga kehormatan suamimu karena engkau adalah laksana pakaian baginya yang mampu menampakkan kebaikannya dan menutupi kekurangannya. Sambutlah kedatangannya dari pekerjaannya, yang dapat menyenangkan dengan senyum dan kasih sayang.
Jangan pernah durhaka pada suami dalam keadaan apapun, khususnya di saat ia sedang dalam kondisi sulit.
Ingatlah, wanita dikatakan sebagai golongan yang paling mudah mendapatkan surga sekaligus paling mudah mendapatkan bagian neraka.
Mudah baginya memasuki surga karena dia hanya perlu berbuat kebaikan dan taat kepada suaminya dan mudah baginya mendapat balasan neraka apabila ia mendurhakai dan menghina suaminya sendiri.
Oleh karenanya, peluang inilah yang harus kita raih dengan taat dan menghargai suami.
Keras kepala dari kedua belah pihak hanya bisa diselesaikan dengan pemutusan hubungan suami isteri dan itu sangat tidak baik untukmu. Edifikasikan keluarganya dengan semua yang baik. Hormatilah ibunya dan ketahuilah bahwa ia tetap menjadi ibunya walau ia kini telah menjadi suamimu. Allah telah mewajibkan suamimu untuk tetap taat kepada ibunya dan mencintainya dengan tulus sebagaimana kelak anak keturunanmu pun diwajibkan hal yang sama terhadapmu. Hormati pula ayahnya dan jadikanlah ia laksana ayahmu.
Anak – anakmu adalah bagian dari tubuh dan darahmu. Jadikanlah prioritas utamamu untuk dapat merawat mereka dengan penuh kasih. Jadikanlah pula mereka generasi yang bahagia dan mencintai negerinya dan keluarganya. Engkau adalah ratu di rumahmu dan kau mengendalikan kerajaan kecil di rumahmu. Karenanya siapkanlah kemampuan hingga kau mampu menanggung amanat tersebut dan kaupun kelak mendapatkan keridhoan Ilahi.
*Sedangkan suami harus dapat jadi raja di rumahnya. Cintailah isterimu dengan tulus dan jadikanlah ia sebagai ratumu. Buat ia bangga menjadi permaisuri di kerajaanmu dengan berlandaskan cinta kasih dan ketaatan kepada Allah SWT. Berikanlah dirinya makanan yang cukup dan persembahkan untuknya beragam jenis pakaian. Belikan untuknya minyak wangi karena wanita menyukai minyak wangi. Buatlah dirinya bahagia selama kau hidup dan berilah nafkah yang baik dan halal untuk isteri dan anak – anakmu.
Sesungguhnya seorang istri laksana cermin bagi suaminya dan menjadi bukti akan apa yang diusahakannya dalam mencapai kebahagiaan ataupun kesengsaraan. Engkau adalah laksana pakaian baginya yang mampu menampakkan kecantikan diri dan pribadinya serta menutupi setiap kekurangannya. Jangan terlalu keras dalam rumah tanggamu karena isteri diciptakan dari tulang rusukmu, bagian dari dirimu. Tulang rusuk berada di tempat yang terlindung sehingga isterimu pun ada untuk kau lindungi. Sebagaimana tulang rusuk yang bengkok, berwasiatlah yang baik terhadap isterimu karena jika engkau keras dalam meluruskan maka ia akan patah dan jika engkau biarkan maka selamanya ia akan bengkok.
Engkau adalah imam dan pemimpin dalam keluarga sehingga berilah contoh yang baik. Sikap lemah lembut akan mampu menggetarkan hati wanita disaat ia melakukan suatu kesalahan ataupun saat ia melakukan satu perbuatan buruk. Berikanlah apapun yang diinginkannya selama kau mampu mewujudkannya. Berikan pula padanya kesenangannya hingga ia pun akan menyenangkanmu dan membuatmu bahagia. Bila tidak demikian maka hidupmu akan hancur berantakan. Dekatkan dirimu kepadanya dan panggillah dirinya dengan panggilan yang menyenangkan. Ingatlah, sebaik apapun istri yang Allah kirimkan untukmu, kalau pikiranmu sibuk membayangkan tentang kekurangannya maka engkau akan dapati kekurangan dan keburukan sebanyak yang engkau sanggup untuk mencatatnya. Akan tetapi jika engkau menyibukkan diri melihat kelebihan dan kebaikannya, maka engkau akan dapati kebaikan sebanyak yang ada pada dirinya dan itu akan membahagiakan hidupmu. Oleh karena itu, hormatilah dirinya dan tunjukkanlah rasa kasih sayangmu yang konsisten.
Disamping itu, sayangi dan hormati orang tuanya sebagaimana orang tuamu sendiri. Kemudian jangan sekali – kali membuat ibumu marah kepadamu karena rintihannya akan langsung didengarkan oleh Allah dan kaupun akan mendapatkan hukuman – Nya
Saling menghargai Insya Allah menjadikan Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah...!!
Seorang istri harus mampu menjaga kemuliaannya. Jangan pernah menyakiti ayah dan ibu.
Hormatilah suamimu dan hargailah ucapannya. Jaga kehormatan suamimu karena engkau adalah laksana pakaian baginya yang mampu menampakkan kebaikannya dan menutupi kekurangannya. Sambutlah kedatangannya dari pekerjaannya, yang dapat menyenangkan dengan senyum dan kasih sayang.
Jangan pernah durhaka pada suami dalam keadaan apapun, khususnya di saat ia sedang dalam kondisi sulit.
Ingatlah, wanita dikatakan sebagai golongan yang paling mudah mendapatkan surga sekaligus paling mudah mendapatkan bagian neraka.
Mudah baginya memasuki surga karena dia hanya perlu berbuat kebaikan dan taat kepada suaminya dan mudah baginya mendapat balasan neraka apabila ia mendurhakai dan menghina suaminya sendiri.
Oleh karenanya, peluang inilah yang harus kita raih dengan taat dan menghargai suami.
Keras kepala dari kedua belah pihak hanya bisa diselesaikan dengan pemutusan hubungan suami isteri dan itu sangat tidak baik untukmu. Edifikasikan keluarganya dengan semua yang baik. Hormatilah ibunya dan ketahuilah bahwa ia tetap menjadi ibunya walau ia kini telah menjadi suamimu. Allah telah mewajibkan suamimu untuk tetap taat kepada ibunya dan mencintainya dengan tulus sebagaimana kelak anak keturunanmu pun diwajibkan hal yang sama terhadapmu. Hormati pula ayahnya dan jadikanlah ia laksana ayahmu.
Anak – anakmu adalah bagian dari tubuh dan darahmu. Jadikanlah prioritas utamamu untuk dapat merawat mereka dengan penuh kasih. Jadikanlah pula mereka generasi yang bahagia dan mencintai negerinya dan keluarganya. Engkau adalah ratu di rumahmu dan kau mengendalikan kerajaan kecil di rumahmu. Karenanya siapkanlah kemampuan hingga kau mampu menanggung amanat tersebut dan kaupun kelak mendapatkan keridhoan Ilahi.
*Sedangkan suami harus dapat jadi raja di rumahnya. Cintailah isterimu dengan tulus dan jadikanlah ia sebagai ratumu. Buat ia bangga menjadi permaisuri di kerajaanmu dengan berlandaskan cinta kasih dan ketaatan kepada Allah SWT. Berikanlah dirinya makanan yang cukup dan persembahkan untuknya beragam jenis pakaian. Belikan untuknya minyak wangi karena wanita menyukai minyak wangi. Buatlah dirinya bahagia selama kau hidup dan berilah nafkah yang baik dan halal untuk isteri dan anak – anakmu.
Sesungguhnya seorang istri laksana cermin bagi suaminya dan menjadi bukti akan apa yang diusahakannya dalam mencapai kebahagiaan ataupun kesengsaraan. Engkau adalah laksana pakaian baginya yang mampu menampakkan kecantikan diri dan pribadinya serta menutupi setiap kekurangannya. Jangan terlalu keras dalam rumah tanggamu karena isteri diciptakan dari tulang rusukmu, bagian dari dirimu. Tulang rusuk berada di tempat yang terlindung sehingga isterimu pun ada untuk kau lindungi. Sebagaimana tulang rusuk yang bengkok, berwasiatlah yang baik terhadap isterimu karena jika engkau keras dalam meluruskan maka ia akan patah dan jika engkau biarkan maka selamanya ia akan bengkok.
Engkau adalah imam dan pemimpin dalam keluarga sehingga berilah contoh yang baik. Sikap lemah lembut akan mampu menggetarkan hati wanita disaat ia melakukan suatu kesalahan ataupun saat ia melakukan satu perbuatan buruk. Berikanlah apapun yang diinginkannya selama kau mampu mewujudkannya. Berikan pula padanya kesenangannya hingga ia pun akan menyenangkanmu dan membuatmu bahagia. Bila tidak demikian maka hidupmu akan hancur berantakan. Dekatkan dirimu kepadanya dan panggillah dirinya dengan panggilan yang menyenangkan. Ingatlah, sebaik apapun istri yang Allah kirimkan untukmu, kalau pikiranmu sibuk membayangkan tentang kekurangannya maka engkau akan dapati kekurangan dan keburukan sebanyak yang engkau sanggup untuk mencatatnya. Akan tetapi jika engkau menyibukkan diri melihat kelebihan dan kebaikannya, maka engkau akan dapati kebaikan sebanyak yang ada pada dirinya dan itu akan membahagiakan hidupmu. Oleh karena itu, hormatilah dirinya dan tunjukkanlah rasa kasih sayangmu yang konsisten.
Disamping itu, sayangi dan hormati orang tuanya sebagaimana orang tuamu sendiri. Kemudian jangan sekali – kali membuat ibumu marah kepadamu karena rintihannya akan langsung didengarkan oleh Allah dan kaupun akan mendapatkan hukuman – Nya
Saling menghargai Insya Allah menjadikan Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah...!!
KISAH PERTUNANGANKU DENGAN DIA
(KISAH PENDERITA KANKER TULANG YANG
MEMPERSIAPKAN SANG MAUT MENJEMPUTNYA..
SEMOGA ADA IBRAH YANG BISA KITA PETIK..)
SEMOGA ADA IBRAH YANG BISA KITA PETIK..)
Hari-hari berlalu dilewati seakan sudah bertahun lamanya, namun
sebenarnya baru beberapa m
inggu lalu. Ya, hanya beberapa minggu lalu. Berita itu aku sambut dengan
hati yang kuusahakan untuk berlapang dada.
Benar, aku berusaha berlapang dada. Terkadang, terasa nusrah iIlahi begitu hampir saat kita benar-benar berada di tepi tebing, menunggu saat untuk menghujan jatuh ke dalam gaung. Maha Suci Allah yang mengangkat aku, meletakkan aku kembali di jalan tarbiyyah dan terus memimpin untukku melangkah dengan tabah.
Aku hanya seorang Muslimin biasa. Tiada kelebihan yang teristimewa, tidak juga punya apa-apa yang begitu menonjol. Jalan ku dgn dua kaki, melihatku juga menggunakan mata, sama seperti manusia lain yang menumpang di bumi Allah ini. Aku tidak buta, tidak juga tuli mahupun bisu. Aku bisa melihat dengan sepasang mata pinjaman Allah, aku bisa mendengar dengan sepasang telinga pinjaman Allah juga aku bisa bercakap dengan lidahku yang lembut tidak bertulang. Sama seperti manusia lain.
Aku tidak seperti Saidina Abu Bakar as-Siddiq, aku juga tidak sehebat Saidina Umar al-Khattab dalam berbakti, aku tidak seperti Saidina Uthman bin Affan, tidak juga seperti Saidina Ali
Keempat-empat ini merupakan sahabat-sahabat nabi yang begitu kuat dalam setiap langkah perjuangan memartabatkan Islam. Aku hanya seorang muslimin yang sedang mengembara di bumi Tuhan, jalanku kelak juga sama... Negeri Barzakh, insya Allah. Destinasi aku juga sama seperti kalian, Negeri Abadi. Tiada keraguan dalam perkara ini.
Sejak hari istimewa tersebut, ramai sahabat yang memuji wajahku berseri dan mereka yakin benar aku sudah mengkhitbah seseorang yang begitu istimewa seolah mendengar khabar angin bahwa aku sudah bertunangan.
Aku hanya tersenyum, tidak mengiyakan dan tidak pula menidakkan. Diam ku bukan membuka pintu-pintu persoalan yang makin banyak, tetapi diamku kerana aku belum mampu memperkenalkan insan itu. Sehingga kini, aku tetap setia dalam penantian.
Ibu bertanya persoalan yang sewajarnya aku jawab dengan penuh tatasusila.
"Hari menikah nanti akan pakai baju warna apa?"
Aku menjawab tenang.. "Warna putih, bersih..."
"Alhamdulillah, ibu akan usahakan dalam tempoh terdekat."
"Ibu, 4 meter sudah cukup untuk sepasang jubah dan sorban. Jangan berlebihan."
Ibu mengangguk perlahan.
Beberapa hari ini, aku mempelajari satu persatu... helaian demi helaian naskah yang begitu menyentuh sanubariku sebagai hamba Allah.
Malam Pertama... Sukar sekali aku ungkapkan perasaan yang bersarang, rasanya ingin aku menangis sekerasnya tetapi sudah aku ikrarkan, biarlah Allah juga yang menetapkan tarikhnya kerana aku akan sabar menanti hari bahagia tersebut. Mudah-mudahan aku terus melangkah tanpa menoleh ke belakang lagi. Mudah-mudahan ya Allah.
Sejak hari pertunangan itu, aku semakin banyak mengulang al-Quran. Aku mau sebelum tibanya hari yang aku nantikan itu, aku sudah khatam al-Quran, setidak-tidaknya nanti hatiku akan tenang dengan kalamullah yang sudah meresap ke dalam darah yang mengalir dalam tubuh. Mudah-mudahan aku tenang... As-Syifa' aku adalah al-Quran, yang setia menemani dalam resah aku menanti. Benar, aku sedang memupuk gelora hati. Rasanya mau pecah jantung menanti detik pernikahan tersebut, begini rasanya orang-orang yang mendahului.
"ya syeikh sahabatku,apakah Akhi bertunangan? Pasti hebat muslimah itu sampai akhi terpikat. cantik kah?"
Aku tersenyum, mengulum sendiri setiap rasa yang singgah. Maaf, aku masih mau merahasiakan tentang perkara itu. Cukup mereka membuat penilaian sendiri bahwa aku sudah bertunangan, kebenarannya itu antara aku dan keluarga.
"Insya Allah, 'dia' tiada rupa tetapi sangat mendekatkan ana dengan Allah. Itu yang paling utama."
Jawabanku tsb membuat beberapa orang menjauhkan diri dariku. Kata mereka, aku sembunyikan sesuatu yang perlu diberitahukan kpd mrk. Aku tersenyum lagi.
"Jangan lupa undang saya di hari menikahnya, jangan lupa!"
Aku hanya tersenyum entah sekian kalinya. Apa yang mampu aku zahirkan ialah senyuman dan terus tersenyum.
Mereka menyangka aku sedang berbahagia apabila sudah betunangkan dengan 'dia' yang mendekatkan aku dengan Allah. Sahabat juga merasa kehilanganku karena setiap waktu luangku dihabiskan masa dengan as-Syifa' ku al-Quran, tidak lain kerana aku mau kalamullah meresap dalam darahku, agar ketenangan akan menyelinap dalam setiap derap nafas ku menanti hari itu.
"Kapan Akhi menikah?"
Aku tidak memberi jawaban khusus.
"Insya Allah, apabila tiba waktunya nanti akan kuberitahu..."
Aku masih menyimpan tanggal keramat itu, bukan aku sengaja tetapi memang benar aku sendiri tidak tahu kapan tanggalnya.
"Undang saya ya?!" sahabatku tersenyum puas.
"Kalau dirimu tak datang pun saya tak berkecil hati, doakan saya sebanyak-banyak!" Itu saja pesanku.
Aku juga tidak tahu di mana mau melangsungkan pernikahanku, aduh semuanya menjadi tanda tanya sendiri. Diam dan terus berdiam membuatkan ramai insan berkecil hati.
"Insya Allah, kalian PASTI akan tahu bila sampai waktunya nanti..."
Rahasiaku adalah rahasia Allah, karena itu aku tidak mampu memberikan tanggalnya. Cuma aku ingin menyiapkan diri sebaiknya. Untung aku sudah melamar dan bertunangan dahulu tanpa menikah tidak seperti orang lain. Semuanya aku siapkan, baju menikahnya, dan aku katakan sekali lagi kepada ibu...
"Janngan berlebihan ya..."
Ibu mengangguk perlahan dan terus berlalu, hilang dari pandangan mata.
"Ya syeikh, ayo makan!"
Aku tersenyum lagi... Akhir-akhir ini aku begitu pemurah dengan senyuman.
"Tafaddal, saya puasa."
Sahabat juga semakin rajin mengusik dan mengejekku.
"Wah, sahabat kita diet ya. Maklumlah hari bahagia sudah dekat...Tanggalnya belum pastikah?
"Bukan diet, tapi saya mau mengosongkan perut. Maaf, tanggalnya belum ditetapkan lagi."
Hingga kini, aku tidak tahu kapan tanggalnya yang pasti. Maafkan aku sahabat, bersabarlah menanti hari tersebut. Aku juga menanti dengan penuh debaran, moga aku bersedia untuk hari pernikahan tersebut dan terus mengecap bahagia sepanjang alam berumahtangga kelak. Doakan aku, itu sahaja.
"innalillahi wainna ilaihi rajiun..."
"Tenangnya... Subhanallah. Allahuakbar."
"Ya Allah, tenangnya..."
"Moga Allah memberkatinya...."
Allah, itu suara sahabat-sahabat ku, teman-teman seperjuangan aku pada ibu.
Akhirnya, aku selamat dinikahkan setelah sabar dalam penantian. Sahabat ramai yang datang di majlis walimah walaupun aku tidak menjemput sendiri.
Akhirnya, mereka ketahui sosok 'dia' yang mendekatkan aku kepada Allah.Akhirnya, mereka kenali sosok 'dia' yang aku rahsiakan dari pengetahuan umum.Akhirnya, mereka sama-sama mengambil 'ibrah dari sosok 'dia' yang aku telah dikhitbahkan oleh Allah..
Dalam sadar tidak sadar...
Hampir setiap malam sebelum menjelang hari pernikahan ku... Senantiasa ada suara sayu yang menangis sendu di hening malam, dalam sujud, dalam rafa'nya pada Rabbi, dalam sembahnya pada Illahi. Sayup-sayup hatinya merintih. Air matanya mengalir deras, hanya Allah swt yang tahu.
"Ya Allah, telah Engkau tunangkan aku tidak lain dengan 'dia' yang mendekatkan dengan Engkau. Yang menyadarkan aku untuk selalu berpuasa, yang menyadarkan aku tentang dunia sementara, yang menyadarkan aku tentang alam akhirat. Engkau satukan kami dalam majlis yang Engkau ridhai, aku hamba Mu yang tak punya apa-apa selain Engkau sebagai sandaran harapan. Engkau maha mengetahui apa yang tidak aku ketahui..."
Akhirnya, sahabatku bertanya kepada ibu beberapa minggu kemudian...
"anak Ibu bertunangan dengan siapa?"
Ibu tenang menjawab... "Dengan kematian wahai anakku. Kanker tulang yang mulanya hanya pada tulang belakang sudah merebak dengan cepat pada tangan, kaki juga otaknya. Kata dokter, Adam hanya punya beberapa minggu saja sebelum kankernya membunuh."
"Allahuakbar..." Terduduk sahabat-sahabatku mendengar, air matanya tak mampu ditahan.
"Buku yang sering dibacanya itu, malam pertama..."
Ibu mengangguk, tersenyum lembut... "Ini nak, bukunya." Senaskah buku bertukar tangan, karangan Dr 'Aidh Abdullah al-Qarni tertera tajuk'Malam Pertama di Alam Kubur'.
"Ya Allah, patutlah dia selalu menangis... saya tak tahu Bu."
"Dan sejak dari hari 'khitbah' tersebut, selalu dia mau berpuasa. Katanya mahu mengosongkan perut, mudah untuk dimandikan..."
sahabat-sahabatku masih kaku. Tiada suara yang terlontar. Matanya basah menatap kalam dari diariku yang diberikan oleh ibu
" satu cincin ini aku pakai sebagai tanda aku sudah bertunang dengan MAUT. Dan aku akan sabar menanti tanggalnya dengan mendekatkan diriku kepada ALLAH. Aku tahu ibu akan tenang menghadapinya, karena ibuku bernama Ummu Sulaim, baginya anak adalah pinjaman dari ALLAH yang perlu dipulangkan apabila ALLAH meminta. Dan ibu mengambil 'ibrah bukan dari namanya (Ummu Sulaim) tapi akhlaqnya. Ummu Sulaim, seteguh dan setabah hati seorang ibu."
***************
Helsinki,Finlandia
Andrealica Nhordeeniz
Ada banyak input yang dapat kita ambil dari sini. Semoga kisah ini dapat memberi kita manfaat
Benar, aku berusaha berlapang dada. Terkadang, terasa nusrah iIlahi begitu hampir saat kita benar-benar berada di tepi tebing, menunggu saat untuk menghujan jatuh ke dalam gaung. Maha Suci Allah yang mengangkat aku, meletakkan aku kembali di jalan tarbiyyah dan terus memimpin untukku melangkah dengan tabah.
Aku hanya seorang Muslimin biasa. Tiada kelebihan yang teristimewa, tidak juga punya apa-apa yang begitu menonjol. Jalan ku dgn dua kaki, melihatku juga menggunakan mata, sama seperti manusia lain yang menumpang di bumi Allah ini. Aku tidak buta, tidak juga tuli mahupun bisu. Aku bisa melihat dengan sepasang mata pinjaman Allah, aku bisa mendengar dengan sepasang telinga pinjaman Allah juga aku bisa bercakap dengan lidahku yang lembut tidak bertulang. Sama seperti manusia lain.
Aku tidak seperti Saidina Abu Bakar as-Siddiq, aku juga tidak sehebat Saidina Umar al-Khattab dalam berbakti, aku tidak seperti Saidina Uthman bin Affan, tidak juga seperti Saidina Ali
Keempat-empat ini merupakan sahabat-sahabat nabi yang begitu kuat dalam setiap langkah perjuangan memartabatkan Islam. Aku hanya seorang muslimin yang sedang mengembara di bumi Tuhan, jalanku kelak juga sama... Negeri Barzakh, insya Allah. Destinasi aku juga sama seperti kalian, Negeri Abadi. Tiada keraguan dalam perkara ini.
Sejak hari istimewa tersebut, ramai sahabat yang memuji wajahku berseri dan mereka yakin benar aku sudah mengkhitbah seseorang yang begitu istimewa seolah mendengar khabar angin bahwa aku sudah bertunangan.
Aku hanya tersenyum, tidak mengiyakan dan tidak pula menidakkan. Diam ku bukan membuka pintu-pintu persoalan yang makin banyak, tetapi diamku kerana aku belum mampu memperkenalkan insan itu. Sehingga kini, aku tetap setia dalam penantian.
Ibu bertanya persoalan yang sewajarnya aku jawab dengan penuh tatasusila.
"Hari menikah nanti akan pakai baju warna apa?"
Aku menjawab tenang.. "Warna putih, bersih..."
"Alhamdulillah, ibu akan usahakan dalam tempoh terdekat."
"Ibu, 4 meter sudah cukup untuk sepasang jubah dan sorban. Jangan berlebihan."
Ibu mengangguk perlahan.
Beberapa hari ini, aku mempelajari satu persatu... helaian demi helaian naskah yang begitu menyentuh sanubariku sebagai hamba Allah.
Malam Pertama... Sukar sekali aku ungkapkan perasaan yang bersarang, rasanya ingin aku menangis sekerasnya tetapi sudah aku ikrarkan, biarlah Allah juga yang menetapkan tarikhnya kerana aku akan sabar menanti hari bahagia tersebut. Mudah-mudahan aku terus melangkah tanpa menoleh ke belakang lagi. Mudah-mudahan ya Allah.
Sejak hari pertunangan itu, aku semakin banyak mengulang al-Quran. Aku mau sebelum tibanya hari yang aku nantikan itu, aku sudah khatam al-Quran, setidak-tidaknya nanti hatiku akan tenang dengan kalamullah yang sudah meresap ke dalam darah yang mengalir dalam tubuh. Mudah-mudahan aku tenang... As-Syifa' aku adalah al-Quran, yang setia menemani dalam resah aku menanti. Benar, aku sedang memupuk gelora hati. Rasanya mau pecah jantung menanti detik pernikahan tersebut, begini rasanya orang-orang yang mendahului.
"ya syeikh sahabatku,apakah Akhi bertunangan? Pasti hebat muslimah itu sampai akhi terpikat. cantik kah?"
Aku tersenyum, mengulum sendiri setiap rasa yang singgah. Maaf, aku masih mau merahasiakan tentang perkara itu. Cukup mereka membuat penilaian sendiri bahwa aku sudah bertunangan, kebenarannya itu antara aku dan keluarga.
"Insya Allah, 'dia' tiada rupa tetapi sangat mendekatkan ana dengan Allah. Itu yang paling utama."
Jawabanku tsb membuat beberapa orang menjauhkan diri dariku. Kata mereka, aku sembunyikan sesuatu yang perlu diberitahukan kpd mrk. Aku tersenyum lagi.
"Jangan lupa undang saya di hari menikahnya, jangan lupa!"
Aku hanya tersenyum entah sekian kalinya. Apa yang mampu aku zahirkan ialah senyuman dan terus tersenyum.
Mereka menyangka aku sedang berbahagia apabila sudah betunangkan dengan 'dia' yang mendekatkan aku dengan Allah. Sahabat juga merasa kehilanganku karena setiap waktu luangku dihabiskan masa dengan as-Syifa' ku al-Quran, tidak lain kerana aku mau kalamullah meresap dalam darahku, agar ketenangan akan menyelinap dalam setiap derap nafas ku menanti hari itu.
"Kapan Akhi menikah?"
Aku tidak memberi jawaban khusus.
"Insya Allah, apabila tiba waktunya nanti akan kuberitahu..."
Aku masih menyimpan tanggal keramat itu, bukan aku sengaja tetapi memang benar aku sendiri tidak tahu kapan tanggalnya.
"Undang saya ya?!" sahabatku tersenyum puas.
"Kalau dirimu tak datang pun saya tak berkecil hati, doakan saya sebanyak-banyak!" Itu saja pesanku.
Aku juga tidak tahu di mana mau melangsungkan pernikahanku, aduh semuanya menjadi tanda tanya sendiri. Diam dan terus berdiam membuatkan ramai insan berkecil hati.
"Insya Allah, kalian PASTI akan tahu bila sampai waktunya nanti..."
Rahasiaku adalah rahasia Allah, karena itu aku tidak mampu memberikan tanggalnya. Cuma aku ingin menyiapkan diri sebaiknya. Untung aku sudah melamar dan bertunangan dahulu tanpa menikah tidak seperti orang lain. Semuanya aku siapkan, baju menikahnya, dan aku katakan sekali lagi kepada ibu...
"Janngan berlebihan ya..."
Ibu mengangguk perlahan dan terus berlalu, hilang dari pandangan mata.
"Ya syeikh, ayo makan!"
Aku tersenyum lagi... Akhir-akhir ini aku begitu pemurah dengan senyuman.
"Tafaddal, saya puasa."
Sahabat juga semakin rajin mengusik dan mengejekku.
"Wah, sahabat kita diet ya. Maklumlah hari bahagia sudah dekat...Tanggalnya belum pastikah?
"Bukan diet, tapi saya mau mengosongkan perut. Maaf, tanggalnya belum ditetapkan lagi."
Hingga kini, aku tidak tahu kapan tanggalnya yang pasti. Maafkan aku sahabat, bersabarlah menanti hari tersebut. Aku juga menanti dengan penuh debaran, moga aku bersedia untuk hari pernikahan tersebut dan terus mengecap bahagia sepanjang alam berumahtangga kelak. Doakan aku, itu sahaja.
"innalillahi wainna ilaihi rajiun..."
"Tenangnya... Subhanallah. Allahuakbar."
"Ya Allah, tenangnya..."
"Moga Allah memberkatinya...."
Allah, itu suara sahabat-sahabat ku, teman-teman seperjuangan aku pada ibu.
Akhirnya, aku selamat dinikahkan setelah sabar dalam penantian. Sahabat ramai yang datang di majlis walimah walaupun aku tidak menjemput sendiri.
Akhirnya, mereka ketahui sosok 'dia' yang mendekatkan aku kepada Allah.Akhirnya, mereka kenali sosok 'dia' yang aku rahsiakan dari pengetahuan umum.Akhirnya, mereka sama-sama mengambil 'ibrah dari sosok 'dia' yang aku telah dikhitbahkan oleh Allah..
Dalam sadar tidak sadar...
Hampir setiap malam sebelum menjelang hari pernikahan ku... Senantiasa ada suara sayu yang menangis sendu di hening malam, dalam sujud, dalam rafa'nya pada Rabbi, dalam sembahnya pada Illahi. Sayup-sayup hatinya merintih. Air matanya mengalir deras, hanya Allah swt yang tahu.
"Ya Allah, telah Engkau tunangkan aku tidak lain dengan 'dia' yang mendekatkan dengan Engkau. Yang menyadarkan aku untuk selalu berpuasa, yang menyadarkan aku tentang dunia sementara, yang menyadarkan aku tentang alam akhirat. Engkau satukan kami dalam majlis yang Engkau ridhai, aku hamba Mu yang tak punya apa-apa selain Engkau sebagai sandaran harapan. Engkau maha mengetahui apa yang tidak aku ketahui..."
Akhirnya, sahabatku bertanya kepada ibu beberapa minggu kemudian...
"anak Ibu bertunangan dengan siapa?"
Ibu tenang menjawab... "Dengan kematian wahai anakku. Kanker tulang yang mulanya hanya pada tulang belakang sudah merebak dengan cepat pada tangan, kaki juga otaknya. Kata dokter, Adam hanya punya beberapa minggu saja sebelum kankernya membunuh."
"Allahuakbar..." Terduduk sahabat-sahabatku mendengar, air matanya tak mampu ditahan.
"Buku yang sering dibacanya itu, malam pertama..."
Ibu mengangguk, tersenyum lembut... "Ini nak, bukunya." Senaskah buku bertukar tangan, karangan Dr 'Aidh Abdullah al-Qarni tertera tajuk'Malam Pertama di Alam Kubur'.
"Ya Allah, patutlah dia selalu menangis... saya tak tahu Bu."
"Dan sejak dari hari 'khitbah' tersebut, selalu dia mau berpuasa. Katanya mahu mengosongkan perut, mudah untuk dimandikan..."
sahabat-sahabatku masih kaku. Tiada suara yang terlontar. Matanya basah menatap kalam dari diariku yang diberikan oleh ibu
" satu cincin ini aku pakai sebagai tanda aku sudah bertunang dengan MAUT. Dan aku akan sabar menanti tanggalnya dengan mendekatkan diriku kepada ALLAH. Aku tahu ibu akan tenang menghadapinya, karena ibuku bernama Ummu Sulaim, baginya anak adalah pinjaman dari ALLAH yang perlu dipulangkan apabila ALLAH meminta. Dan ibu mengambil 'ibrah bukan dari namanya (Ummu Sulaim) tapi akhlaqnya. Ummu Sulaim, seteguh dan setabah hati seorang ibu."
***************
Helsinki,Finlandia
Andrealica Nhordeeniz
Ada banyak input yang dapat kita ambil dari sini. Semoga kisah ini dapat memberi kita manfaat
PENTING : Jika Anda merasa website
ini bermanfaat, mohon do'akan
supaya Allah mengampuni seluruh dosa-dosa Keluarga kami, dan memanjangkan umur
keluarga kami dalam ketakwaan pada-Nya. Mohon
do'akan
juga supaya Allah selalu memberi Keluarga kami rezeki yang halal,melimpah,mudah
dan berkah, penuh kesehatan dan waktu luang, supaya kami dapat memperbanyak
amal shalih dengannya.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
Tidak ada seorang muslim
pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya [sesama muslim] tanpa sepengetahuan
saudaranya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang
sama.”
(Hadits Shahih, Riwayat Muslim No. 4912)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar