Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan Hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan

Sabtu, 18 Januari 2014

Kapal bantalan udara (hovercraft)




HOVERCRAFT


Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah perairan kurang lebih  70%.   Memperhatikan kondisi geografis tersebut serta meningkatnya lalu lintas antar pulau, menuntut penggunaan sarana transportasi yang cepat, ekonomis, aman dan nyaman.  Hovercraft merupakan alternative jawaban yang tepat untuk digunakan di Indonesia.  Salah satu kelebihan yang dimiliki sarana transportasi ini adalah tidak membutuhkan dermaga atau pelabuhan khusus karena bersifat amfibi dan memiliki kecepatan yang relative cukup tinggi.   Teknologi yang dibutuhkan tidak rumit dan tidak mahal serta hampir seluruh kebutuhan materialnya terdapat di Indonesia. Oleh karena itu Hovercraft sangat cocok untuk dikembangkan di Indonesia, baik untuk kebutuhan perhubungan dunia sipil maupun militer. Pemakaian hovercraft di Indonesia, terutama Indonesia bagian Timur dan Tengah akan membuka jalur transportasi baru yang akan mendorong perkembangan perekonomian daerah tersebut melalui kepariwisataan dan kelancaran angkutan hasil jasa daerah, baik dari laut maupun produk-produk kerajinan dan juga industri  untuk dipasarkan keluar daerah maupun keluar negeri. Memperhatikan prospek diatas, Balitbang bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Suryawan Dinata, ITB dan Universitas Suryadharma, melaksanakan litbang hovercraft, dan sampai saat ini telah dihasilkan desain Hovercraft 20 Penumpang, laboratorium prototype 2 Penumpang dan reengineering 12 Penumpang.

Apa itu  Hovercraft ?

 

Prinsip Kerja Hovercraft.
Hovercraft adalah suatu kendaraan yang berjalan diatas bantalan udara (air cushion). Bantalan udara tersebut ditimbulkan dengan cara meniupkan udara ke ruang bawah hovercraft (plenum chamber) melalui skir (sekat yang lentur) sehingga tekanan udara didalam plenum chamber lebih tinggi daripada tekanan udara luar sehingga timbul gaya angkat. Untuk menggerakkan hovercraft, digunakan gaya dorong yang diperoleh dari propeller seperti pada pesawat udara. Gambar 1 berikut, menunjukkan prinsip kerja hovercraft. Gaya angkat hovercraft bekerja pada penampang yang luas, sehingga tekanan terhadap tanah atau air (ground pressure) yang ditimbulkan tidak besar. Dengan demikian kendaraan ini dapat berjalan diatas lumpur, air maupun daratan dengan membawa beban yang cukup berat. Karena tidak adanya kontak langsung antara hovercraft dan daratan (air), maka hambatan yang terjadi kecil sehingga hovercraft dapat melaju dengan kecepatan  tinggi.
Melihat kemampuan teknisnya, penggunaan hovercraft dapat memberikan beberapa keuntungan.     Kendaraan ini hampir tidak terpengaruh oleh kondisi tanah (air) dibawahnya, seperti perairan dangkal, laut berkarang dan perairan berarus deras dapat dilintasi dengan mudah. Hovercraft dapat melintasi rintangan keras sampai setinggi 0,5 m atau lebih tanpa kesulitan berarti. Hovercraft dengan sifat amfibinya maka tidak diperlukan prasana pelabuhan khusus atau dapat mendarat dimana saja sebagai contoh di pantai.
 
Komponen Pembentuk Hovercraft.
Terdapat 3 (tiga) komponen utama dari hovercraft, sebagai berikut :
1.       Hull yakni badan hovercraft yang dapat dibuat dari marine alluminium, fiber glass, dsb. serta dibuat kedap air.   Rongga di dalam hull diisi dengan polyurethane foam yang membuat hovercraft tetap mengapung jika terjadi kebocoran pada hull.
2.    Skirt yaitu bagian hovercraft yang berfungsi untuk menahan udara dibawah hovercraft agar tidak mudah keluar.   Skirt terbuat dari tekstil yang dilapisi karet untuk menjaga agar udara tetap berada di dalam ruang dibawah hull.
3.     Sumber Tenaga Hovercraft, biasanya disediakan oleh mesin diesel atau bensin.   Mesin digunakan untuk memutar propeller yang akan menghasilkan gaya dorong.
Operasionalisasi  Hovercraft
Pemakaian  hovercraft dewasa ini diluar negeri sudah sangat berkembang baik di negara maju maupun di negara berkembang, sebagai kepentingan sipil, militer maupun misi khusus ( SAR, ambulance dll). Seiring dengan kemajuan teknologi, maka implementasi teknologi-teknologi baru untuk menunjang keandalan Hovercraftpun terus dikembangkan. Ini membuat posisi hovercraft semakin mantap di dalam bersaing baik dinilai dari segi keandalan, keamanan, maupun ekonomi.
Kepentingan komersial.
Kendaraan ini sudah dipakai di beberapa negara seperti Inggris sebagai angkutan penumpang dan ferry. Hovercraft type SRN-4 yang dioperasikan di selat Inggris mampu mengangkut 370 penumpang dan 50 kendaraan jenis sedan dengan kecepatan jelajah kurang lebih 110 km/jam. Hovercraft  juga telah digunakan oleh airline seperti JAL di Jepang, SAS di Denmark (gambar cover) dan lain lain. Di India dan Cina hovercraft telah banyak digunakan digunakan sebagai angkutan penumpang dan ferry terutama pada daerah teluk.
Kepentingan Militer.
 
Hovercraft juga telah digunakan dalam berbagai operasi militer sebagai kapal pendarat pasukan maupun tank dari laut atau dari danau ke daratan. Tidak ada kendaraan permukaan lain yang dapat melakukan pendaratan pada pantai berlumpur. Dengan ground pressure yang rendah, kendaraan ini dapat berjalan dengan aman melintasi pantai yang telah ditanami ranjau tanpa mengaktifkan ranjau tersebut. Pendaratan dapat dilakukan sejauh mungkin masuk ke daratan pada daerah yang datar seperti padang pasir atau padang rumput. Sebagai contoh pendaratan tank dan pasukan pada perang Teluk di Kuwait menggunakan hovercraft dan pendaratannya dilakukan pada pantai yang beranjau serta masuk kedaratan sampai sejauh 10 Mil. Melihat keunikkannya maka kendaraan ini juga memungkinkan untuk dipakai sebagai kapal penyapu ranjau. Gambar B
Kepentingan SAR. 
Karena kelebihannya, penggunaan hovercraft sebagai kendaraan SAR juga sangat efektif. Sebagai contoh gambar dibawah memperlihatkan hovercraft sedang melintas dari daerah banjir ke jalanan untuk evakuasi.  Sebagai contoh di Belanda kendaraan ini telah digunakan sebagai sarana SAR untuk daerah banjir, guna perbaikan tanggul yang jebol. Pada umumnya daerah banjir tidak memiliki kedalaman yang merata serta mepunyai banyak rintangan dibawah air yang sulit untuk diantisipasi. Contoh lainnya adalah penggunaan hovercraft sebagai SAR adalah di Bangladesh dan Somalia untuk pengungsian dan suplai bahan makanan. Gambar C (hover-banjir)

Prospek Pengoperasian Hovercraft di Indonesia.
Hovercraft sangat cocok untuk dioperasikan di Indonesia melihat kondisi negara Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau. Tidak semua pulau memiliki fasilitas pelabuhan yang memadai dan khususnya untuk Indonesia bagian Tengah dan Timur banyak pulau yang tidak memiliki pelabuhan.   Berikut ilustrasi jalur potensial antar pulau di perairan Indonesia : Gambar D (peta)
Di bidang wisata, keberadaan hovercraft dapat menggantikan pesawat terbang untuk penjualan paket wisata ke daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh pesawat terbang.   Dengan menggunakan hovercraft, paket tersebut dapat dijual dengan harga yang jauh lebih murah sehingga akan meningkatkan jumlah penumpang domestik maupun internasional.
Kendaraan ini juga sangat cocok untuk patroli pantai terutama pada pantai atau laut yang banyak karangnya. Sebagai contoh diperairan Riau dimana pada daerah tersebut banyak terjadi penyelundupan dan perampokan, pada umumnya pelakunya dapat lolos karena melarikan diri ke perairan yang berkarang. Patroli laut menggunakan hovercraft akan dapat dengan mudah mengatasi hal ini karena kemampuan operasinya pada berbagai medan dan kecepatannya yang cukup tinggi.
Hovercraft juga dapat dioperasikan dalam penanggulangan bencana banjir yang sering terjadi di Indonesia. Kemampuannya untuk melintasi tempat berarus deras dengan kedalaman yang tidak terduga akan sangat membantu operasi pengungsian dan pemberian bantuan ke daerah yang terisolasi banjir.
Selain daripada itu, karena keunikan Hovercraft yang tidak memerlukan pelabuhan khusus, akan dengan mudah dan murah untuk merancang pelabuhan terpadu antara hovercraft, kereta api, bus dan pesawat terbang.   Sebagai contoh terminal bus diSemarang yang terletak dekat dengan laut dan jalan kereta api, dapat dengan mudah dibentuk terminal terpadu.   Hal ini akan sangat mengurangi kepadatan lalu lintas dan dapat menekan ongkos angkutan dan waktu perjalanan.
Gambaran secara rinci peruntukan Hovercraft berdasarkan pengguna sebagai berikut : (tabel-1)

Prospek Pengembangan Hovercraft

Perbandingan waktu tempuh dengan berbagai sarana transportasi.
Melihat kemampuannya dan pengalaman penggunaan hovercraft di berbagai negara lain, hovercraft dinilai sangat ideal untuk dipakai sebagai sarana transportasi penumpang antar pulau di Indonesia. Untuk mengkaji ke-efektifan penggunaan hovercraft, perbandingan waktu tempuh antara hovercraft, hydrofoil, pesawat terbang dan kapal laut dapat dipakai sebagai tolok ukur. Dalam perhitungan waktu tempuh ini, diambil beberapa rute seperti yang tercantum pada tabel berikut. Perhitungan ini meliputi perjalanan dari kota keterminal laut atau udara dan juga sebaliknya (di kota pemberangkatan dan tujuan) serta waktu perjalanan. Untuk pesawat terbang perhitungan termasuk waktu lapor (check in) dan pengambilan barang. (tabel2)
 Jika dilihat waktu tempuh diatas, maka penggunaan hovercraft efektif sampai dengan  jarak 1000 km. Pada jarak 300 km atau kurang, hovercraft mempunyai keefektifan lebih tinggi dan waktu pejalanan bagi penumpang lebih pendek dari pada pesawat. Pada jarak 500 Km, seperti rute Surabaya-Banjarmasin perbedaan waktu tempuh hovercraft hanya berbeda 1 - 1,5 jam dibandingkan dengan pesawat terbang.
Perbandingan ongkos operasi dengan berbagai sarana transportasi.
Jika ditinjau dari direct operating cost-nya (tabel perbandingan DOC dibawah), maka DOC untuk hovercraft hanya 35 % dari DOC pesawat terbang atau hampir sama dengan kapal laut. Sehingga hal ini akan menurunkan ongkos angkut yang lebih murah  dari pesawat dan dengan waktu perjalanan yang relatif sama (antar pusat kota). (tabel3)

Catatan : Ongkos dalam Rupiah dengan load faktor 100 %
Melihat DOC hovercraft jauh lebih murah dari pesawat, maka untuk angkutan cepat jarak pendek sampai menengah adalah sangat sesuai untuk dilayani dengan kendaraan tersebut. Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa hovercraft tidak memerlukan pelabuhan khusus, maka kendaraan ini dapat dioperasikan diperairan dangkal atau berkarang terutama untuk menunjang parawisata. Penggunaan hovercraft untuk tujuan daerah wisata laut seperti di Maluku, Bali, Lombok dll akan sangat menunjang kepariwisataan daerah tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan penjualan paket wisata yang jauh lebih murah dari pesawat dan dengan menggunakan hovercraft para wisatawan dapat lebih menikmati pemandangan laut. Pada pengoperasian hovercraft ini juga dapat digunakan sekaligus sebagai angkutan barang  (seperti hasil laut dll).
Prospek Pengembangan dan Pembuatan Hovercraft di Indonesia.
Melihat kebutuhan teknologi, tenaga ahli, prasarana dan material untuk pembuatan hovercraft kami menilai sangat memadai dan layak. Teknologi hovercraft pada dasarnya adalah gabungan antara teknologi pesawat terbang dan kapal laut. Teknologi ini telah dikuasi secara baik oleh bangsa Indonesia dan bukan merupakan teknologi tinggi. Teknologi pengendalian dan material yang merupakan bagian penting pada hovercraft, telah banyak menjadi topik research untuk beberapa tugas doktoral maupun master di T.U Delft dari beberapa pelajar Indonesia.
Peralatan yang dibutuhkan dalam pembuatan badan (body) hovercraft adalah sama dengan peralatan yang digunakan untuk pembuatan kapal fiber glass, dimana fasilitas ini  banyak terdapat di Indonesia. Pada teknologi material, telah ditemukan material alternatif untuk komposite, dimana material ini banyak tersedia  di Indonesia dalam jumlah besar dengan harga yang sangat murah. Maka dengan ini kami sangat berkeyakinan untuk dapat membuat hovercraft dengan ongkos produksi yang jauh lebih murah jika dibandingkan dengan di Eropa atau di negara lainnya. Hampir seluruh kebutuhan material yang diperlukan dalam produksi tersedia di dalam negeri.
Mesin pengangkat untuk kapasitas 250 - 350 penumpang cukup dengan menggunakan satu buah mesin disel 400 Pk atau marine disel yang lazim digunakan di Indonesia. Mesin pendorong untuk kapasitas penumpang tersebut, kami rencanakan menggunakan dua buah Turbo Prop seperti yang digunakan pada  Herculess AURI, dimana mesin ini memiliki power yang telah mencukupi untuk kebutuhan tersebut dan perawatannya dapat dilakukan di engine shop milik AURI di Malang. Maka hal ini dapat menghemat ongkos dan waktu perawatan. Engine ini juga dapat menjadi cadangan bagi pesawat Herculess AURI jika terjadi keadaan darurat di Indonesia. Untuk hovercraft dengan kapasitas 100 - 125 penumpang cukup menggunakan engine diesel 400 PK seperti diatas. 
Peralatan navigasi hovercraft dapat mengunakan portable GPS (Global Positioning System) sebagai sumber data dan  komputer setingkat PC (komputer pribadi) dapat dipakai sebagai pengolah data serta pengendaliannya.
Analisis Sumberdaya.
Memperhatikan kebutuhan teknologi, sumberdaya manusia, prasarana dan material untuk pembuatan hovercraft dinilai sangat memadai dan layak. Pada prinsipnya tidak ada bagian hovercraft yang memerlukan teknologi tinggi. Teknologi hovercraft merupakan gabungan antara teknologi pesawat terbang dan kapal laut, yang hingga saat ini telah dimiliki dan dikuasai secara baik oleh bangsa Indonesia dan bukan merupakan teknologi tinggi. Demikian pula teknologi material yang pada dasawarsa ini berkembang sangat pesat dengan telah ditemukannya material alternative untuk composite yang banyak tersedia di Indonesia.
Kemampuan fasilitas yang dimiliki Industri pembuat kapal dan pesawat terbang dari fiber glass dapat didayagunakan untuk pembuatan body (hull) hovercraft, baik itu industri swasta (PT. Restu Cipta Sarana) maupun industri dalam negeri (Bekhar Mentigi TNI AL, PT. PAL, PT. Dirgantara Indoneisa, dll).  Demikian pula halnya pendayagunaan galangan-galangan kapal.
Komponen dan material untuk membuat hovercraft banyak tersedia di dalam negeri seperti blower, karet skirt, fiberglass, dan lain-lain, kecuali untuk mesin penggerak diesel dan propeller masih harus didukung dari luar negeri. Namun demikian, beberapa industri swasta nasional seperti PT. Texmaco dan PT. Bukaka sedang mengembangkan kemampuannya untuk memproduksi mesin baik diesel maupun bensin.   Ketersediaan komponen dan material di dalam negeri akan menekan harga seminimal mungkin sehingga akan berpengaruh pada rendahnya direct operating cost.
Di lain pihak pendayagunaan sumberdaya nasional, akan memberikan dampak terhadap kepentingan strategis khususnya dalam meningkatkan kemandirian dalam memenuhi kebutuhan sarana transportasi komersial dan alat peralatan pertahanan.

Litbang Hovercraft.

Balitbang Dephan bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Suryawan Dinata dan Universitas Suryadharma telah melaksanakan penelitian dan pengembangan Hovercraft.   Program litbang ini diawali dengan program Riset Unggulan Kemitraan yang pada waktu itu bermitra dengan PT Telaga Herang, dan dihasilkan desain Hovercraft 50 Penumpang.    Sampai saat ini dari kerjasama tersebut telah dihasilkan laboratorium prototype 2 penumpang, hasil reengineering untuk 12 penumpang , serta desain hovercraft 20 penumpang.
Hovercraft 2 Penumpang
Sasaran program : uji konsep
Hasil yang telah dicapai pada program ini berupa Laboratory prototype.  
Spesifikasi Teknis :

  • Panjang =3.40 m
  • Payload = 140 Kg
  • Maximum weight = 360 Kg
  • Speed = 35 km/h
  • Capacity = 2 pax
  • Engine = Rotax 55 Hp
  • Fan =  Axial Fan
Hovercraft 12 Penumpang hasil re-engineering
Program litbang berupa re-engineering terhadap hovercraft tipe Colibri 12 pax buatan Hovertrans  BV-Belanda
Spesifikasi Teknis :

  • Dimensi
    Length overall hard structure = 12.0 m
    Beam width hard structure = 5.9 m
    Height off cushion = 2.2 m
    Height on cushion = 2.6 m
    Payload  = 1400 Kg
    Maximum weight = 4000 Kg
    Maximum speed = 70 km/h (38 knot)
    Cruise speed = 65 km/h (35 knot)
    Capacity = 12 pax
  • Engine
    Lift & Thrust = MAN 300 Hp Diesel
  • Power Generator
    Propeller = 3 Blades Composite Variable Pitch
    Fan = Axial Fan
Hovercraft 20 Penumpang
Hasil yang telah dicapai sampai saat ini berupa desain hovercraft 20 Penumpang (untuk Pasukan) atau 30 Penumpang umum. Manufacturing process telah mencapai 65% dan saat ini terhenti karena masalah anggaran.
Spesifkasi Teknis :
  • Dimensi
Length overall hard structure = 14.0 m
Beam width hard structure = 5.0 m
Height off cushion = 2.2 m
Height on cushion = 2.6 m
Payload = 2400 Kg
Maximum weight = 7000 Kg
Maximum speed = 70 km/h (38 knot)
Cruise speed = 65 km/h (35 knot)
Capacity = 30 pax (umum)  20 pax (pasukan)
·         Engine
Lift = Honda 120 Hp
Thrustl = Smallblock 275 Hp
·         Power Generator
Propeller = 4 Blades Composite
Fan = Centrifugal Fan

Penutup

Dalam rangka kemandirian, sudah saatnya kita galang optimalisasi kemampuan sumberdaya nasional.   Demikian pula halnya dengan hovercraft, dengan memperhatikan prospek pengembangannya ke depan, perlu upaya realisasi hasil litbang yang telah dicapai kearah yang lebih konkrit.   Memang tidaklah mudah mewujudkan suatu harapan tanpa komitmen segenap unsur terkait.



Kapal bantalan udara (hovercraft)
Kapal bantalan udara atau hovercraft (bahasa Inggris: "kapal melayang") adalah suatu kendaraan yang berjalan di atas bantalan udara (air cushion). Bantalan udara tersebut ditimbulkan dengan cara meniupkan udara ke ruang bawah kapal ini (plenum chamber) melalui skirt (sekat yang lentur) sehingga tekanan udara di dalam plenum chamber lebih tinggi daripada tekanan udara luar sehingga timbul gaya angkat. "Hovercraft sebuah alternatif moda transportasi".Balipost online(27 Desember 2005)

Untuk menggerakkan kapal bantalan udara, digunakan gaya dorong yang diperoleh dari baling-baling seperti pada pesawat udara. Gaya angkat kapal ini bekerja pada penampang yang luas, sehingga tekanan terhadap tanah atau air (ground pressure) yang ditimbulkan tidak besar. Dengan demikian, kendaraan ini dapat berjalan di atas lumpur, air maupun daratan dengan membawa beban yang cukup berat. Karena tidak adanya kontak langsung antara hovercraft dan permukaan daratan atau air, maka hambatan yang terjadi kecil sehingga hovercraft dapat melaju dengan kecepatan tinggi.

Prinsip bantalan udara
Prinsip penggunaan bantalan udara ini pertama kali dirancang oleh John Thorneycroft pada tahun 1879. Pada tahun 1953, dikembangkan oleh Christoper Cockerell, juga dari Inggris. Ternyata metode baru Cockerell ini dinilai sebagai salah satu percobaan yang berhasil menakjubkan.

Prinsip Cockerell ini pada memerangkap udara ke dalam bantalan yang dipasang sebagai hull kapal, dengan tujuan menghilangkan geseran pada hull kapal dari permukaan air, yang menurutnya aka memperlambat jalannya kapal seperti pada kapal konvensional. Proses itu tercapai dengan cara meniupkan udara kedalam bantalan yang dipasang pada dasar kapal, untuk menimbulkan pendangkalan ke atas dan ke bawah dengan tekanan yang lebih ringan dari atmosfer, dan memerangkap udara yang masuk dengan tabir udara yang bertakanan tinggi di sekitar sisi hull. Udara yang diperangkap dalam bantalan itu menghasilkan daya angkat sampai tiga kali lebih besar dibandingkan bila memasukkan udara secara langsung kedalam bantalan. Cockerell menciptakan model free-flight dengan menggunakan sistem ini diikuti konstruksi hovercraft bersekala penuh.

Pada tahun 1961, diperkenalkan sistem baru yang dikenal sebagai "Flexible Skirt System" yaitu menggunakan material karet sebagai penutup sisi bantalan sekitar hull sehingga penutup ini menyerupai rok yang dinamakan skirt. Hal itu dilakukan untuk menutup biaya produksi dan fungsi rok ini untuk menggantikan fungsi tabir udara dalam pengisian bantalan. Dengan penggunaan bantalan sebagai dasar kapal berarti resistan air menjadi kecil dan dengan dorongan tenaga propeler, kecepatan akan tiga kali lebih besar dibandingkan dengan kapal biasa. Selain itu, bantalan udara yang terbuat dari karet yang kuat memungkinkan kapal jenis ini dapat bergerak diberbagai medan, tidak hanya di air namun juga dirawa-rawa.

Komponen utama

    Lambung yakni badan kapal yang dapat dibuat dari aluminium ataupun serat kaca yang dibuat kedap air. Rongga di dalam lambung ini diisi dengan busa poliuretana yang membuat hovercraft tetap mengapung jika terjadi kebocoran pada lambung.
    Skirt yaitu bagian hovercraft yang berfungsi untuk menahan udara di bawah hovercraft agar tidak mudah keluar. Skirt terbuat dari tekstil yang dilapisi karet untuk menjaga agar udara tetap berada di dalam ruang di bawah lambung kapal.
    Sumber tenaga hovercraft biasanya disediakan oleh mesin diesel atau bensin. Mesin digunakan untuk memutar baling-baling yang akan menghasilkan gaya dorong.






Jenis-jenis Hovercraft
    Open Plenum
Jenis ini menggunakan konstruksi ruang terbuka dengan sebuah ruang besar yang berisi udara bertekanan tinggi. Konstruksi semacam ini memerlukan tenaga/energi yang besar untuk menjamin adanya tekanan yang cukup tinggi.
    Peripheral Jet
Konstruksi rancangan Sir Christoper Cockerel memakai jet annular (cincin), udara dipompa ke sekeliling sisi kendaraan. Tenaga yang diperlukan lebih sedikit, untuk membangkitkan alas bantalan udara secara terus menerus.
    Plexible Skirt
Pada konstruksi ini, selubung flexible pada jet annular menyebabkan penambahan ketinggian letak hovercraft sampai 10 kali lipat, dengan demikian hovercraft dapat melintasi medan darat yang permukaannya tidak rata maupun medan pantai yang kurang baik.
    Fixed Wall
Pada konstruksi ini, hovercraft dengan dinding sisi yang baku ini dikenal dengan itilah CAB (Capture Air Bubble atau Gelembung Udara yang Diperangkap), dilengkapi dengan selubung yang bagian ringkas pada sisi haluan sedangkan dinding sisi dapat menutup rapat bantalan udara pada bagian bawah kendaraan.

Pada hovercraft, jenis selubung yang lain dari bantalan angin yang lazim berupa kantung yang ringkas dengan tonjolan yang berdungsi sebagai penjejak dengan permukaan yang dilalui dan membentuk sekat penutup di sekitar bantalan udara.
Sejarah
Rancangan kendaraan mirip hovercraft yang pertama dicatat adalah pada tahun 1716 oleh Emanuel Swedenborg, seorang perancang, filsuf dan teolog Swedia. Rancangannya berupa sebuah kendaraan berbantalan udara bertenaga manusia dengan sebuah kokpit di tengah. Pada pertengahan 1980-an, seorang insinyur Britania Raya bernama Sir John Isaac Thornycroft membuat sejumlah model kendaraan yang menggunakan udara di antara badan kendaraan dan air untuk mengurangi hambatan (drag). Walaupun ia mematenkan sejumlah paten yang berhubungan dengan lambung kapal yang memakai udara untuk mengurangi hambatan pada 1877, tidak ada satupun dari patennya yang diaplikasikan.

Penggunaan Hovercraft
Setelah mengalami berbagai penyempurnaan teknis, hovercraft mulai diproduksi secara pabrikan. Pabrik yang pertama kali memproduksi adalah Saunders-Roe, yang dibiayai oleh Britain's National Research Development Corporation yaitu tipe SR. N1, sampai kemudian diproduksi jenis SR. N4 berkapasitas 254 penumpang dan 30 kendaraan.

Namun sangat disayangkan, perkembangan hovercraft yang ditanggapi berbagai kalangan bidang kemaritiman, terkesan kurang populer, bukan karena kemampuannya yang disangsikan, namun strategi pemasaran dari pihak produsennya yang kurang begitu menjangkau dunia luas. Berbagai negara dianggap lamban dalam penggunaan dan pengembangan hovercraft. Padahal bila ditinjau dari segi biaya, pembuatan hovercraft dewasa ini lebih murah dibandingkan dengan pembuatan kapal perang konvensional. Menurut konsultan Amerika Serikat, Lavis Associates, banyak negara-negara yang memiliki potensi bahan baku karet alam yang nantinya dipergunakan khususnya jenis SIR-5L ataupun SIR-10, kemudian studi dengan memperhitungkan pembiayaan pembuatan, penggunaan propulsi diesel sebagai pengganti propeler udara dan dari segi ekonomis juga timbul dalam perancangannya.
Untuk penggunaan di bidang sipil, sejauh ini hanya Inggris yang menggnakannya untuk kepentingan konvensional. Perusahaan Hoverlloyd mengoperasikan hovercraft sebagai sarana angkutan laut jarak dekat dengan memperoleh keuntungan dengan mengoperasikannya.
Penggunaan Hovercraft justru lebih banyak dibidang militer, dengan pertimbangan pakar strategi, hanya 17 persen dari garis pantai diseluruh dunia yang mampu didarati oleh kapal pendarat konvensional. Sedangkan 73 persen dari garis pantai di seluruh dunia hanya dapat dipakai oleh kapal pendarat jenis hovercraft serta 10 persen sisanya merupakan medan yang sama sekali tidak dapat dijangkau dengan kapal/perahu pendarat dari jenis-jenis yang ada saat ini, karena merupakan tebing yang tinggi dan curam serta memiliki kontur yang sangat tidak menguntungkan.
Dari negera yang mengoperasikan hovercraft di bidang militer, tercatat Inggris yang banyak mengoperasikannya. Pabrik terbesar yang kemudian memproduksi hovercraft adalah British Hovercraft Corporation (BHC). Militer Inggris mengoperasikan yakni type BH7Mk20 yang dibuat tiga versi diantaranya penyapu ranjau, serbu cepat dan pendukung logistik.

Varian lain yakni SR. N6 Mk6 sebagai sarana angkut persoel dan patroli, kemudian varian AP1-88 sebagai multy-duty hovercraft yang dibuat berbagai versi diantaranya penyapu ranjau, antikapal selam, SAR-patroli pantai, serbu amfibi, pendukung logistik serta keperluan polisi perairan dan bea-cukai. Type AP1-88 digolongkan dalam jenis LCVP (Landing Craft Vehicle Personnel).

Angkatan Laut Amerika Serikat maupun korp marinirnya mengoperasikan Hovercraft type LCAC-1 (Landing Craft Air Cushion) yang diproduksi oleh Textron, sebagai sarana penunjang operasi pendaratan amfibi Korps Marinir Amerika Serikat (USMC). Mampu membawa satu unit tank tempur utama tupe M1A1 Abrams atau empat unit LAV sekalikus dan beberapa personel maupun bekal. Sementara itu, Amerika Serikat mengoperasikan hovercraft jenis ringan atau kecil guna kepentingan patroli sungai yang efektif, dari type PACV (Patrol Air Cushion Vehicle) sementara kalangan AS sendiri menyebut hovercraft sebagai Air Cushion Vehicle.

Sementara Rusia (dulu Uni Soviet) memproduksi hovercraft yang diproduksi dalam tiga jenis yakni kelas Aist berbobot 250 ton dengan kemampuan membawa empat unit tank ringan jenis PT-76 atau satu buah tank tempur utama jenis T-72M, atau membawa 220 personel dengan perlengkapan dan kapasitas jelajahnya mulai dari tengah laut hingga masuk melalui garis pantai. Kemudian kelas Lebed berbobot 85 ton dan kelas Gus berbobot 27 ton. Untuk keperluan yang akan datang, negara-negara ini akan meningkatkan kemampuan hovercraft yang dioperasikannya.

Negara-negara lain yang banyak menggunakan Hovercraft yakni negara di Afrika (tidak disebutkan) dengan jenis produksi British Hovercraft Corporation (BHC), kemudian negara Timur-Tengah (juga tidak disebutkan negaranya) banyak menggunakan hovercraft lansiran BHC dengan type BH7 Mk20 versi multirole hovercraft, berkemampuan sebagai sarana serbu amfibi, antikapalselam, serbu cepat dan pembawa rudal.



You might also like:
TERJEMAHAN  ALQUR’AN 30 JUZ
3.     SURAT 4. AN NISAA'
5.     SURAT 6. AL AN'AAM
6.     SURAT 7. AL A'RAAF

                                    
                                       

PENTING : jika Anda merasa website ini bermanfaat, mohon do'akan supaya Allah mengampuni seluruh dosa-dosa Keluarga kami, dan memanjangkan umur keluarga kami dalam ketakwaan pada-Nya. Mohon do'akan juga supaya Allah selalu memberi Keluarga kami rezeki yang halal,melimpah,mudah dan berkah, penuh kesehatan dan waktu luang, supaya kami dapat memperbanyak amal shalih dengannya.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya [sesama muslim] tanpa sepengetahuan saudaranya,
melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.”
(Hadits Shahih, Riwayat Muslim No. 4912)

3 komentar:

  1. Saya baca artikel hovercraft yang ada di blog ini sangat menarik sekali ulasannya, sangat cocok untuk perairan Indonesia. Menurut saya pemerintah dibidang kelautan akan sangat tertarik dengan jenis kapal hovercraft ini untuk bidang transportasi dan patroli kelautan. Salam

    BalasHapus
  2. Jenis kendaraan yang saya suka.
    Artkelnya menarik om. Makasi ya.

    BalasHapus