Cerpen : Pada Suatu
Hari, Ada Presiden dan Tukang Becak
Cerpen Pak Rusmin ini mengingatkan Incognito Pak Harto. Selamat membaca.
Suara kokok ayam meresonansi alam. Saling bersahutan.
Gempitakan cakrawala. Suara adzhan subuh terdengar merdu. Alam hening. Nuansa
religiusnya menusuk ke dalam tubuh umat manusia. Getarkan nurani. Tundukkan
kepala, bersujud kehadapan Sang maha pencipta.
Mentari terbangun dari mimpi panjangnya. Rembulan
mulai rebahkan diri ke peraduan. Usai sholat berjamaah di masjid, Mang Husin
tinggalkan masjid. Jejak kaki para jemaah masjid pun mulai tinggalkan halaman
masjid bersamaan jejak kaki Mang Husin menuju becaknya yang biasa terparkir di
depan masjid.
Baru saja hendak mendorong becaknya, suara seseorang
memanggil namanya. Dirinya pun menoleh. Tampak seorang lelaki tegap tersenyum
kepadanya.
” Becak,Pak,” tawar mang Husin dengan nada ajakan.
‘ Oh, iya, Pak,” jawab lelaki yang baru keluar dari
masjid dengan nada suara berwibawa sambil tersenyum.
‘ Kemana Pak,” tanya mang Husin.
‘ Oh, iya. Kita ngopi dulu. Kita cari warung kopi.
Bapak belum ngopikan? Tahukan tempak warkop yang enak disini,” tanya lelaki
itu.
” Bapak bisa saja.Tahu dong, Pak. Warkop Mpok Iyem
saja. Kopinya enak. Dan lokasinya pun dekat,” jawab mang Husin sambil mengayuh
becaknya.
Jalanan masih sepi. Kayuhan kaki mang Husin dipedal
becak terus sisiri jalanan. Jalanan kehidupan yang terus dijalani hingga akhir
hayat menjemput. Tanpa terasa keduanya sudah sampai di warung kopi Mpok
Iyem.
Sambil menikmati kopi, mang Husin dan lelaki itu
saling bercerita. Laksana dua orang kenalan lama yang sudah tak lama bertemu.
Tawa dan canda warnai cerita keduanya. Tak ada kasta antara keduanya. Lepas dan
bebas laksana burung-burung yang mulai keluar dari sangkarnya untuk menghadapi
ganasnya alam dan kehidupan.
Sudah seminngu ini, mang Hsuin dan lelaki itu menjadi
karib. Setiap usai sholat subuh keduanya menyusuri berbagai tempat yang
ada di Kota Ini. Kadang mareka berada di pasar. Kadang di sawah. Bahkan pernah
mang Husin mengantar lelaki itu ke peternakan sapi. Dan sudah seminggu ini,
penghasilan Mang Husin naik tajam. Kalau biasanya sehari pendapatan dari
becaknya setelah dipotong sewa, penghasailan yang diberikan kepada istrinya
hanya berkisar Rp.30.000 hingga Rp.40.000. Kini pendapatannya dalam seminggu
ini berkisar diantara angka Rp.100.000. Dan cita-cita untuk merubah hidup pun
mulai diimpikan mang Husin.
‘ Kalau pendapatan kita terus seperti ini, kayaknya
dalam bulan ini kita bisa punya becak sendiri,Bu,: ujar Mang Husin kepada
istrinya.
” Iya, Pak ya. Semoga tercapai ya pak,” jawab
istrinya.
‘ Semoga Bapak itu tetap memakai jasa becak saya,”
ujarnya.
‘ Siapa sih orang itu, Pak. Pejabat ya? Atau
Pengusaha,? tanya istrinya.
” Saya nggak nanya lho Bu. Kenalnya saja di masjid
habis sholat subuh,” jawab Mang Husin.
Perubahan yang dialami Mang Husin juga dirasakan
teman-teman seprofesinya yang biasa mangkal di warung Mpok Iyem. Kini mang
Husin sudah bisa mentraktir teman-temannya walaupun kadarnya hanya untuk
segelas kopi. Tunggakan sewa becak pun tak ada lagi. Demikian pula dengan
tunggakan SPP anaknya di SMP. Sudah terbayarkan. Bahkan utangnya diwarung Mpk
Iyem sudah lunas. Lunas terbayar.
” Kita doakan terus mang Husin biar rezekinya nambah
banyak,” ujar Wiwid teman seprofesinya saat mareka berkumpul di warung Mpok
Iyem.
” Iya, mang Husin. Dan doakan juga kami biar
penghasilannya bisa seperti Mang Husin,” sambung Ipong. Mang Husin hanya
terdiam. Ingatannya melayang kepada lelaki yang sering memakai jasa becaknya.
Seribu tanya menggelayut dalam pikirannya. Siapa sebenarnya lelaki perkasa dan
perlente yang sederhana itu. Aapakah lelaki itu orang berpangkat? Apakah lelaki
itu pengusaha?
Sudah seminggu ini, mang Husin tidak bertemu lagi
dengan lelaki tegap itu. Para jemaah masjid pun tak banyak tahu tentang
siapa siapa lelaki itu. Dan bagi jemaah masjid dan pengurus masjid, bukanlah
persoalan siapa lelaki itu. Toh masjid ini terbuka untuk orang yang mau sholat
dan beribadah.
Subuh itu mang Husin agak terlambat datang ke masjid.
Nonton bola ditelevisi adalah penyebab Mang Husin datang agak terlambat ke
masjid subuh ini. Suara adzhan telah berkumandang dengan merdu. Dengan
tergopoh-gopoh, mang Husin mengayuhkan becaknya menuju masjid. Kecepatannya tak
kalah dengan kendaraan roda dua buatan Jepang. Namun mang Husin kaget setengah
mati saat jalanan menuju masjid dipenuhi mobil-mobil mewah. Jumlahnya mencapai
puluhan. Kebanyakan berflat merah. Berjejer rapi sepanjang masjid. Tampak pula
aparat berseragam mengatur lalu lintas. Sementara beberapa petugas berpakaian
preman tampak sibuk mengawasi orang-orang dan aktivitas disekitar masjid.
Usai sholat, seperti biasanya mang Husin langsung
menuju becaknya. Cuma kali ini becaknya diparkir jauh dari masjid. Baru
beberapa langkah kakinya meninggalkan masjid, panggilan dari seseorang membuat
kakinya terhenti. Suara itu sudah amat dikenalnya. Ya, suara lelaki itu.
” Mang Husin. Apa kabar,” sapa lelaki itu sambil
berjalan menuju mang Husin dengan diiringi puluhan orang dibelakangnya..
‘ Baik, Pak. Bapak gimana kabarnya? Sudah lama tak
datang ? Apakah bapak mau dianterin ngopi di warung Mpok Iyem,” tanya Mang
Husin. Lelaki itu tersenyum.
Beberapa pria dibelakang lelaki itu langsung membisikkan
sesuatu ditelinga lelaki itu. lelaki itu tampak mengangguk. Namun ajakan Mang
Husin tampaknya lebih menggoda lelaki itu daripada bisikan orang-orang itu.
Dan yang amat mengagetkan mang Husin, becak yang
diparkirnya jauh dari masjid,tiba-tiba sudah berada di halaman masjid. Tanpa
basa basi lelaki itu langsung menaiki becak mang Husin. Sementara di depan
masjid sebuah voorrider mengiringi perjalanan mareka. Sambil mengayuh becak,
seribu tanya terus mengalir dalam otak kecilnya. Apalagi beberapa orang juga
mengiringi perjalanan mareka sambil berlari kecil.
Kekagetan juga melanda Mpok Iyem. Warungnya kedatangan
beberapa lelaki berbadan tegap yang langsung mengamankan situasi disekitar
warung kopi itu. Kekagetan Mpok Iyem makin bertambah melihat kedatangan mang
Husin dan lelaki itu yang kali ini diiringi puluhan orang.
” Ada apa ya Mang Husin? Kok ramai sekali,” tanya Mpok
Iyem.
‘ Saya juga tidak paham Mpok. Cuma bapak ini ngajak
kopi disini lagi,’ jawab Mang Husin. Kembali lelaki parlente itu cuma
tersenyum.
Usai menikmati kopi dengan lelaki parlente itu, mang
Husin langsung bergegas menuju kediamannya. Maklum tugas rutinnya sebagai
seorang ayah adalah mengantarkan putrinya ke sekolah sekaligus mengantar
istrinya berbelanja di pasar. Dan ritinitas itu sudah dilakoni mang Husin
bertahun-tahun semenjak mareka menikah.
Jantung mang Husin mau copot saat melihat puluhan
orang berada dirumahnya. Seribu tanya menggelayut dalam hatinya. Apakah
istrinya sakit? Atau anaknya sakit? Dengan tergopoh-gopoh Mang Husin langsung
masuk rumahnya. Didalam rumah tampak belasan orang memakai seragam pemda.
Ada juga orang yang membawa kamera. Lampunya menyinari rumah mang Husin yang
sempit.
‘ Ada apa ya, Bu,” tanya mang Husin kepada istrinya.
” Saya juga tidak mengerti pak. Katanya ada Presiden,”
jawab istrinya dengan nada ketakutan.
” Presiden,? tanya Mang Husin.
‘ Iya, Mang Husin. Lelaki yang selalu bersama mang
Husin selama ini adalah bapak Presiden. Beliau memang sengaja datang tanpa
diketahui siapapun. Termasuk kami yang ada di Kecamatan ini tak tahu kalau
bapak Presiden sudah seminggu berada di Kecamatan kita ini. Semalam Pak Bupati
memberitahukan saya. Tadi beliau ingin datang langsung ke sini ke rumah mang
Husin, namun beliau ada pertemuan dan janji dengan warga di Desa sebelah.
Beliau cuma titip salam dan ini,” jawab seorang lelaki berseragam pemda yang
ternyata Camat sambil menyerahkan sebuah bungkusan.
Mendengar paparan dari Pak Camat, mang Husin langsung
terkulai. Pingsan. Dengan sigap beberapa orang langsung membopong mang Husin ke
peraduannya.(Rusmin)
ditulis di Toboali, Bangka Selatan mei 2014
@RusminToboali
Rosululloh
SAW Bersabda yang artinya:
"Barangsiapa yang menunjukkan suatu kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang melakukannya". (HR. Imam Muslim)
"Barangsiapa yang menunjukkan suatu kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang melakukannya". (HR. Imam Muslim)
Habib Umar bin Hafidz:"jadikanlah televisi,handphone,internet dan alat-alat lainya sebagai pelayan dan pembantu untuk agamamu ,jika tidak,alat-alat itu akan menghancurkan dirimu sedangkan engkau akan tertawa karena tidak menyadarinya,ia akan merusak hatimu,akalmu,akhlakmu,dan fikiranmu,tanpa engkau menyadarinya,engkau tertawa bahagia padahal alat-alat itu telah merusak hal-hal paling berharga yang kau miliki".
Sayangilah Ibu dan Bapak kita Sampai Akhir Hayat Mereka
You might also like:
TERJEMAHAN ALQUR’AN 30 JUZ
13.
SURAT 31. LUQMAN - SURAT 32. AS SAJDAH - SURAT 33. AL AHZAB - SURAT 34. SABA' - SURAT 35. FATHIR
23.
SURAT 101. AL QAARI'AH - SURAT 102. AT TAKAATSUR - SURAT 103. AL 'ASHR - SURAT 104. AL HUMAZAH - SURAT 105. AL FIIL - SURAT 106. QURAISY - SURAT 107. AL MAA'UUN - SURAT 108. AL KAUTSAR - SURAT 109. AL KAAFIRUUN - SURAT 110. AN NASHR - SURAT 111. AL LAHAB
PENTING : jika Anda merasa website ini bermanfaat, mohon do'akan supaya Allah
mengampuni seluruh dosa-dosa Keluarga kami, dan memanjangkan umur keluarga kami
dalam ketakwaan pada-Nya. Mohon do'akan juga supaya Allah selalu memberi Keluarga kami rezeki
yang halal,melimpah,mudah dan berkah, penuh kesehatan dan waktu luang, supaya
kami dapat memperbanyak amal shalih dengannya.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan
bagi saudaranya [sesama muslim] tanpa sepengetahuan saudaranya,
melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.”
melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.”
(Hadits Shahih, Riwayat Muslim No. 4912)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar