Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan Hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan

Selasa, 21 Desember 2010

Pahlawan Malahayati








Malahayati Wanita Pertama Yang Menjadi Laksamana AL
Selain andal di bidang militer, ia juga jago berdiplomasi.
Indonesia patut berbangga karena ternyata kaya dengan deretan pahlawan perempuan, yang tak hanya unggul di
tingkat lokal tetapi kiprah dan kepiawaiannya juga diakui dunia.

Malahayati salah satunya. Perempuan kelahiran Nanggroe Aceh Darussalam 1875 M/1254 H itu disebut-sebut sebagai laksamana armada laut pertama di dunia.

Karier sosok yang bernama asli Keumalahayati telah dirintis sejak belia. Putri dari Laksamana Mahmud Syah yang
merupakan keturunan Kesultanan Aceh Darussalam ini menjatuhkan pilihan belajar di Angkatan Laut Akademi Militer
Mahad Baitul Makdis. Ia ingin mengikuti jejak karier ayah dan kakeknya.

Cucu dari Laksamana Muhammad Said Syah ini terbilang istimewa. Keleluasaannya memilih jenjang pendidikan itu
dilandasi atas kecerdasan yang dimiliki.

Meski demikian, karena lahir dari lingkungan masyarakat yang agamis, Malahayati mengenyam pendidikan agama terlebih dahulu di Meunasah, Rangkang, dan Dayah.

Prestasi Malahayati tersebar di lingkungan istana. Sultan Alauddin Riayat Syah al-Mukammil pada masa pemerintahan 1589 M--1604 M mengangkat Malahayati sebagai komandan protokol Istana Darud-Dunia di Kesultanan Aceh Darussalam.

Jabatan ini menuntutnya piawai menguasai wawasan etika dan keprotokolan. Selang berapa lama dari pengangkatan, ia pun menikah dengan seniornya di akademi angkatan laut. Sayang, identitas suaminya tidak terlalu terungkap di berbagai manuskrip.

Sebagai seorang laksamana angkatan laut, peran Malahayati sangat krusial. Debut pertempuran perdananya ialah
melawan Portugis di perairan Selat Malaka. Meski menang, ia kehilangan dua laksamana dan ribuan prajurit. Salah
satu laksamana yang gugur ialah sang suami.

Peristiwa itu memukul diri Malahayati. Ia pun berjanji menuntut balas dengan membentuk Armada Aceh. Formasi
pasukannya terdiri dari para janda prajurit yang gugur di Perang Teluk Haru.

Kesultanan merestui dan muncullah nama armada tersebut, yakni Armada Inong Balee. Ia didaulat sebagai laksamana. Sejak itulah gelar laksamana angkatan laut perempuan pertama ia sandang.

Kekuataan armada Inong Balee awalnya hanya 1000 orang, lalu bertambah menjadi dua ribu orang. Ia mendirikan
Pangkalan Armada Teluk Lamreh Krueng Raya.

Tak jauh dari pangkalan militer tersebut, Malahayati juga membangun Benteng Inong Balee. Kekuatan armada pimpinan Malahayati terbilang luar biasa. Ini terbukti dengan sepak terjangnya selama mengawasi Pelabuhan Syahbandar.

Peran Malahayati berlangsung hingga masa perlawanan Belanda. Peristiwa penyerangan terhadap Cornelis de Houtman dan Frederick de Houtman dalam pendaratan perdana mereka di ibu kota Kesultanan Aceh Darussalam menunjukkan kemampuan perang Malahayati. Dalam serangan itu, Cornelis de Houtman terbunuh.

Juru runding
Perempuan yang menjabat pula sebagai komandan Pasukan Wanita Pengawal Istana itu terkenal piawai berdiplomasi.

Kemampuan lobi yang ia miliki tampak saat ia berhasil melobi delegasi Belanda yang datang pada 23 Agustus 1601.
Rombongan itu dipimpin oleh Komisaris Gerard de Roy dan Laksamana Laurens Bicker. Mereka datang dengan membawa surat untuk sultan.

Kedatangan rombongan tersebut dilatarbelakangi oleh memburuknya situasi dan hubungan Aceh-Belanda. Ini menyusul penenggelaman kapal dagang Aceh oleh Paulus van Caerden pada 21 November 1600 dan memicu ketegangan.

Pada 31 Juni 1601, Laksamana Malahayati menyerang kapal Belanda yang dipimpin oleh Laksamana Yacob van Neck pada 31 Juni 1601.

Berkat diplomasi Malahayati dengan Komisaris Gerard de Roy dan Laksamana Laurens Bicker, kedua belah pihak
sepakat berdamai dengan syarat Frederick de Houtman dibebaskan dan Belanda siap membayar kerugian pembajakan sebelumnya sebesar 50 ribu gulden.

Terobosan Malahayati yaitu memperbaiki hubungan antara Kesultanan Aceh dan Belanda. Ini ditandai pula dengan
layatan tiga utusan Aceh menghadap Pangeran Maurits.

Sebagai fungsi diplomatik, Keumalahayati juga menjadi juru runding saat Inggris ingin menjalin hubungan dagang. Ini tampak ketika Malahayati berunding dengan James Lancaster, utusan Ratu Elizabeth I.

Di bawah Sultan Iskandar Muda (1607 M--1636 M), Aceh mencapai puncak kejayaannya bersama Laksamana
Keumalahayati, sang pahlawan wanita tiga zaman.


You might also like:
TERJEMAHAN  ALQUR’AN 30 JUZ
3.     SURAT 4. AN NISAA'
5.     SURAT 6. AL AN'AAM
6.     SURAT 7. AL A'RAAF


                                    
                                       

PENTING : jika Anda merasa website ini bermanfaat, mohon do'akan supaya Allah mengampuni seluruh dosa-dosa Keluarga kami, dan memanjangkan umur keluarga kami dalam ketakwaan pada-Nya. Mohon do'akan juga supaya Allah selalu memberi Keluarga kami rezeki yang halal,melimpah,mudah dan berkah, penuh kesehatan dan waktu luang, supaya kami dapat memperbanyak amal shalih dengannya.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya [sesama muslim] tanpa sepengetahuan saudaranya,
melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.”
(Hadits Shahih, Riwayat Muslim No. 4912)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar