Kediri - Tahu kuning khas Kota Kediri, entah apapun mereknya, dalam penyebutannya tak jarang dibarengi kata takwa. Kata ini dipilih tak berkaitan dengan kualitas keimanan pembuatnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, melainkan menjadi penanda yang berarti aroma.
Penggunaan kata takwa di belakang tahu dapat ditemukan hampir di semua merek dagang jajanan khas Kota Kediri tersebut, diantaranya LYM yang diproduksi oleh Liem Djang Yen.
"Takwa itu diambil dari bahasa Cina, artinya aroma. Sejak dulu sampai sekarag ya tetap digunakan, karena itu yang membedakan tahu produksi kami dengan yang dijual di jalanan," ungkap Liem saat berbincang dengan detiksurabaya.com di tempat produksi di Jalan Yos Sudarso, Kediri, Selasa (30/11/2010).
Terkait asal muasal penggunaan kata takwa, Liem mengungkapkan, tak lepas dari keinginan pencetus industri tahu memudahkan konsumen dalam mengenali kualitas. Dari kata takwa yang berati aroma, konsumen akan diarahkan menggunakan indera penciumannya dalam melihat kualitas tahu khas Kota Kediri.
"Kalau warna jelas sudah kuning. Nah aromanya bisa dicium dan itu khas sekali. Gurih sebelum dirasakan di lidah," ungkapnya.
Hingga saat ini kata takwa bisa dijumpai hampir di setiap merek dagang tahu khas Kota Kediri. Meski tak jarang hal ini mengundang pertanyaan calon konsumen, produsen tak memiliki keinginan untuk merubahnya, termasuk dengan makna aslinya, aroma.
http://surabaya.detik.com/read/2010/11/30/074340/1505329/475/kata-takwa-dibalik-tahu-khas-kota-kediri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar