Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan Hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan

Sabtu, 01 Januari 2011

UNTUK ADIK KELASKU, GAYUS

Assalaamu'alaikum W W

Di bawah adalah sebuah artikel menarik tentang Gayus Tambunan yang ditulis kakak kelasnya, sesama alumni STAN dan juga sesama orang Mafia Pajak ... Semoga dapat bermanfaat ...

Mari kita ingat QS (Quran Surat) An Nahl ayat: 95. Dan janganlah kamu tukar perjanjianmu dengan Allah dengan harga yang sedikit (murah), sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. 96. Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan.

Dan QS Asy Syuraa ayat 48. Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah). Sesungguhnya apabila Kami merasakan kepada manusia sesuatu rahmat dari Kami dia bergembira ria karena rahmat itu. Dan jika mereka ditimpa kesusahan disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri (niscaya mereka ingkar) karena sesungguhnya manusia itu amat ingkar (kepada nikmat).

Lalu, QS Ash Shaff ayat 4: Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang (mengajak ke kebaikan mencegah kejahatan/jihad amar ma'ruf nahi munkar) dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh (dengan bersama-sama dengan MANAJEMEN yang baik, berdisiplin, teratur, saling menjaga, saling berkasih-sayang dsb).

Hendaklah kamu beramar ma'ruf (menyuruh berbuat baik) dan bernahi mungkar (melarang berbuat jahat). Kalau tidak, maka Alloh akan menguasakan atasmu orang-orang yang paling jahat di antara kamu, kemudian (ada) orang-orang yang baik-baik di antara kamu berdo'a dan tidak dikabulkanlah (do'a mereka). (HR. Abu Zar) Apabila perzinahan dan riba telah melanda suatu negeri maka mereka (penghuninya) sudah menghalalkan atas mereka sendiri siksaan Alloh. (HR. Ath-Thabrani dan Al Hakim) Cinta yang sangat terhadap harta dan kedudukan dapat mengikis agama seseorang. (HR. Aththusi) Apa yang sedikit tetapi mencukupi lebih baik daripada banyak tetapi melalaikan. (HR. Abu Dawud) Akan datang bagi manusia suatu jaman di mana orang tidak peduli apakah harta yang diperolehnya halal atau haram. (HR. Bukhari) Wahai 'Amru, alangkah baiknya harta yang sholeh di tangan orang yang sholeh. (HR. Ahmad) Tidak ada iri hati kecuali terhadap dua perkara, yakni seorang yang diberi Allah harta lalu dia belanjakan pada sasaran yang benar, dan seorang diberi Allah ilmu dan kebijaksaan lalu dia melaksanakan dan mengajarkannya. (HR. Bukhari) Semua anak Adam pembuat kesalahan, dan sebaik-baik pembuat kesalahan ialah mereka yang bertaubat. (HR. Addarami) Sesungguhnya Allah menerima taubat hambaNya selama nyawa belum sampai ke tenggorokan. (HR. Ahmad) Dari Anas bin Malik rodhiallahu ‘anhu dia berkata: Aku mendengar Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman, “ Wahai anak Adam (manusia), sesungguhnya jika engkau datang membawa kesalahan sebesar dunia, kemudian engkau datang kepadaKu tanpa menyekutukan Aku dengan sesuatu apapun, pasti Aku akan datang kepadamu dengan ampunan sebesar itu pula.” (HR. Tirmidzi, ia berkata, ”hadits ini hasan shahih.”) ... Wallahua'lam ... Astaghfirulloh ... Wassalaamu'alaikum W W. - Abdullah "Abu Taqi" Machicky Mayestino Triono Soendoro.



UNTUK ADIK KELASKU, GAYUS


Oleh HERI PRABOWO (Alumnus STAN 1996, penulis buku Catatan Harian Seorang Mafia Pajak)

Ada anekdot yang beredar saat reuni akbar Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN-Prodip) pada Oktober 2010.

Yakni, anekdot tentang pemberian award untuk sejumlah alumnus dengan berbagai kategori.Kategori tersukses jatuh kepada Hadi Purnomo, Ketua BPK (Badan PemeriksaKeuangan). Kategori karir tercepat diperuntukkan Haryono Umar, wakilketua KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Kategori terkontroversial jatuh kepada M. Misbakhun, anggota DPR, inisiator hak angket Bank Century yang akhirnya jadi tersangka kasus yang sama.

Sedangkan kategori terpopuler dipegang Gayus Tambunan. Dia menyingkarkan Helmi Yahya yang jadi selebriti top. Gayus bahkan lebih populer daripada bosnya, M. Tjiptardjo, Dirjen Pajak yang juga alumnus STAN.

Memiliki sejumlah kesamaan dengan tokoh populer ternyata cukup menggelitik hati saya. Ada beberapa kesamaan saya dengan Gayus. Sama-sama alumnus STAN-Prodip yang lantas terjerembap mafia pajak dan berujung menghadapi proses hukum. Di usia yang sama, 30 tahun. Usia yang seharusnya kita mulai untuk menapak puncak karir, tapi justru kami terperosok dalam.Saya tidak seberuntung Gayus, yang masih kaya walau hartanya Rp 100 miliar disita.

Tapi Gayus juga tidak seberuntung saya. Dia bersusah payah merintis karir di luar Jawa, sedangkan saya sejak awal ditempatkan di kota besar (Surabaya). Muda, berduit dan berkuasa. Itulah gambaran untuk kami, para mafia pajak. Meski hanya pegawai rendahan, toh kami berperan besar atas urusan pajak sejumlah perusahaan.Sebab, kami punya lobi. Bisa dibayangkan betapa kami sering memandang kecil sebuah masalah. Sembrono dan ugal-ugalan.

Bahkan saat kami telah ditahan, saya ikut mencicipi fasilitas lebih di tahanan. Walau tidak seekslusif Tante Ayin (Artalyta Suryani) dan kawan kawan, fasilitas itu juga dinikmati pejabat tinggi, politisi, dan orang-orang kaya yang ditahan disana. Saya berbangga. Saya bisa selevel dengan mereka. Kebanggaan yang semu di tengah hujan cercaan. Tidak heran Gayus dengan enteng keluar masuk rutan. Toh, tahanan lain yang jabatannya jauh di atasnya melakukan hal serupa.

Saya yakin bahwa Gayus pun bangga melakukannya. Padahal, dia bukan mereka. Uang boleh sama, tapi mereka cerdik, berpengalaman dan punya network luas. Gayus boleh bernyanyi, tapi mereka sekejap tiarap, lalu tertawa lagi.

Dengan latar belakang kurang beruntung secara ekonomi dan broken home, Gayus telah berjuang untuk menjadi bernilai lebih. Tidak mudah bisa duduk jadi mahasiswa STAN. Tidak mudah juga bisa lulus. Sebab, berlaku sistem DO (dropout) yang ketat. Kampus dipenuhi mahasiswa dari golongan menengah ke bawah. Kebanyakan di antara mereka berasal dari desa-desa. Kesederhanaan selalu tampak. Jangan heran jika ada seorang asisten dosen berangkat ke kampus dengan naik sepeda mini yang juga cocok untuk anaknya.

Kampus juga menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan religiusitas. Masjid-masjid tidak hanya dipenuhi mahasiswa sejak azan Subuh berkumandang. Tempat itu juga dimakmurkan oleh berbagai kegiatan agama. Mulai mengajar TPA (taman pendidikan Alquran) hingga diskusi keagamaan, semuanya dimotori mahasiswa STAN.

Lalu kenapa saya dan Gayus bisa lahir? Lalu, mengapa kami bisa jadi pecinta kemewahan? Pengaruh dimulai saat bertemu dengan para senior yang telah bekerja. Bertemu dengan rekan kerja dan atasan saat bekerja. Dengan gambling, mereka gambarkan tempat basah dan tempat kering. Dengan nyata, mereka jadi orang kaya baru. Semua terjadi begitu terbuka dan aman-aman saja. Hanya segelintir yang bisa bertahan dengan idealisme masing-masing. Sisanya lagi miskin karena tidak memperoleh kesempatan.

Saat lulus STAN pada 2000, Gayus berjibaku di lahan kering Kalimantan. Setiap mudik ke Jakarta, dia dan rekan-rekan lain ngiler kala melihat teman-teman seangkatannya begitu makmur. Membeli mobil seperti membeli gorengan. Jakarta adalah surga para mafia pajak. Perusahaan besar walau berkantor di daerah harus melaporkan pajak ke Jakarta. Besarnya putaran uang berbanding lurus dengan gemuknya gurita korupsi. Maka, saat bertugas di Jakarta, Gayus tidak menyia-nyiakankesempatan.

Gayus hanya mencontoh apa yang dilihat sehari-hari di kantornya. Dia beruntung. Puluhan miliar rupiah dia kumpulkan dalam sekejap. Keserakahan yang ada dalam diri manusia pada umumnya, tapi tidak manusiawi. Gayus pasti juga mendengar gosip yang pernah saya dengar. Yakni, sejumlah pejabat pajak pernah diperiksa karena menerima aliran dana tidak wajar di rekening dan umumnya mereka aman-aman saja. Maka, wajar Gayus percaya diri.

Tapi, takdir bicara lain. Dia diadili lagi dengan tumpukan dakwaan, Seakan hanya dialah mafia pajak di negeri ini. Pada masa genderang perang melawan korupsi ditabuh siapa pun, termasuk para mafia hukum dan koruptor, wajar tekanan media menghantam. Wajar olok-olok sarkastis menghajar bukan hanya kami, tapi juga keluarga. Bahkan, anak-anak yang masih suci. Stres sehingga berujung linangan air mata. Kejengkelan muncul saat para bos, mafia-mafia besar justru nyaris tidak tersentuh hukum.

Gayus lantas bermanuver, bernyanyi. Banyak pihak ikut menabuh gendang untuk menggiringnya. Banyak pihak ikut bising mendengarnya. Saat nyanyian tidak lagi merdu, Gayus bagai pion yang digerakkan untuk menjepit raja para lawan. Gerakan pion hanyalah bagian kecil dari manuver untuk langkah utama, skakmat! Orang tidak peduli jika pion akhirnya tersungkur dari papan catur.

Gayus, adik kelasku!

Hadapilah sidang dengan hati baja. Ketakutan adalah hal wajar. Maka, berjalanlah hingga ujung papan catur. Ubah dirimu. Berhentilah jadi pion. Walaupun, tidak mungkin jadi raja. Bahkan, keadilan mungkin tidak berpihak kepadamu. Mungkin para raja, menteri dan lainnya melenggang dengan tidak tersentuh hukum. Biarlah Tuhan yang menghukum mereka. Kelak ada hikmah dari semua masalah itu. Apa yang terjadi kepadamu bukanlah cobaan Tuhan. Sebab, itu berawal dari kesalahan kita.

Meskipun kini engkau merasa menjadi kambing hitam. Jika saya boleh memberikan nasihat, ceritakanlah kepada dunia setelanjang mungkin. Mengapa terjerembap dalam mafia pajak. Bagaimana caranya, metodenya, siapa saja teman-temannya. Dengan demikian, hal tersebut jadi bahan pembelajaran bagi aparat hukum, adik-adik kelas kita sealmamater, serta pegawai-pegawai pajak yang baru berkarir. Adakalnya kita terpeleset karena kebegoan kita. Tapi, juga selalu ada kesempatan untuk kembali bangkit.

Harian Jawa Pos, tgl. 21 Nopember 2010http://www.facebook.com/l/574ec;endropedia.blogdetik.com/2010/11/24/untuk-adik-kelasku-gayus/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar