Dalam 20 tahun ke depan, negara tersebut membutuhkan lebih dari 4 ribu pesawat terbang.
Beberapa pekan terakhir, dua produsen utama pesawat jet komersil mengalami masalah. Awal bulan ini, A380, pesawat mutakhir di jajaran Airbus mengalami masalah di Singapura setelah terjadi ledakan di mesinnya saat mengudara.Setelah itu, Boeing 787 Dreamliner yang sedang diuji coba mendarat darurat karena asap mengepul di kabin.
Ternyata, tantangan yang lebih besar bagi kedua produsen tersebut bukanlah masalah di atas. Ancaman justru datang dari Commercial Aircraft Corp., sebuah perusahaan asal China akan memproduksi pula pesawat jet komersil yang berpotensi menjadi kompetitor berat Boeing dan Airbus.
Kabarnya, C919 pesawat buatan perusahaan China yang mampu menampung 156 penumpang itu akan mengudara pada 2016 mendatang.
Meski bukan kompetitor Airbus A380 atau Boeing 787, C919 ini akan bersaing di segmen yang sama dengan Boeing 737 dan Airbus A320 yang cukup populer digunakan oleh berbagai maskapai penerbangan di seluruh dunia.
Seperti dikutip dari LA Times, 17 November 2010, China merupakan pasar transportasi udara yang memiliki pertumbuhan terpesat di dunia. Diperkirakan, dalam 20 tahun ke depan, negara tersebut membutuhkan lebih dari 4 ribu pesawat terbang.
Meski kini Boeing dan Airbus cukup berpengaruh di pasar China, bukan berarti mereka bisa tetap berkuasa saat C919 hadir nantinya. Apalagi saat memproduksi pesawat, China juga mendapat dukungan dari sejumlah perusahaan teknologi penerbangan terkemuka termasuk Honeywell, GE Aviation, Eaton Corp, Parker Aerospace, CFM International, dan sejumlah produsen lain.
“Setiap generasi memiliki tonggak sejarahnya sendiri,” kata Zhang Yanzhong, Chief Engineer Commercial Aircraft Corp. “Kami sudah menyelesaikan teknologi senjata nuklir, satelit, dan eksplorasi ruang angkasa. Kini waktunya memproduksi pesawat jet besar,” ucapnya.
Namun, keberhasilan C919 masih perlu dibuktikan. Sebelum ini, Jepang, Korea Selatan, dan Indonesia gagal dalam percobaan mereka memproduksi pesawat jet komersil berkapasitas besar. Tertunda-tundanya produksi Boeing 787 Dreamliner dan masalah di mesen milik Airbus A380 juga menunjukkan bahwa bahkan pemain terbesarpun mengalami kegagalan.
Akan tetapi, China tidaklah buta seputar perakitan dan pembuatan komponen untuk pesawat terbang. Sebagai informasi, perakitan akhir pesawat Airbus A320 dilakukan di Tianjin. Separuh dari 12 ribu pesawat milik Boeing, komponennya berasal dari China. Selain itu, sekitar 600 ribu tenaga kerja China bekerja di bidang kedirgantaraan. Jumlah itu sama banyak dengan jumlah pekerja dirgantara Amerika Serikat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar