Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan Hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan

Jumat, 12 November 2010

DIABETES

KENCING manis atau diabetes melitus memang bukan penyakit baru. Tapi membicarakan yang satu ini tetap akan merupakan sesuatu yang menarik, mengingat jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat lima kali lipat selama sepuluh tahun terakhir. Walau tidak ada data resmi dari Departemen Kesehatan, dr. Sidartawan Soegondo, D.T.M., & H., Sp.P.D. K.E., dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan endokrinologi Universitas Indonesia, menyatakan bahwa sampai penelitian terakhir dua tahun silam, angka prevalensi penderita diabetes di Indonesia mencapai 5,7 persen. Artinya, dari setiap 100 penduduk terdapat 5-6 penderita diabetes. Padahal angka prevalensi pada 1987 cuma sekitar satu persen.

Para ahli di negara maju kini mulai memusatkan perhatian pada pengobatan diabetes secara genetis. Mereka bahkan mulai menyiapkan suatu vaksin untuk mencegah penyakit yang sering mengundang komplikasi penyakit lain itu. Soalnya, baik diabetes yang disebabkan oleh kerusakan pankreas maupun yang lebih banyak disebabkan oleh gaya hidup dan pola makanan sama-sama ditentukan oleh faktor genetis.

Tim peneliti dari University of Calgary, Kanada, dipimpin oleh Ji-Won Yoon, misalnya, berhasil mengidentifikasi gen yang mematikan sel-sel produsen insulin dan menyebabkan diabetes yang disebut tipe 1-diabetes yang diakibatkan oleh tak berfungsinya pankreas. Kelenjar pankreas adalah organ tubuh yang memproduksi insulin, hormon pemecah gula. Indonesia sebenarnya juga punya kemampuan untuk melakukan penelitian secanggih itu.

Para peneliti di Lembaga Eijkman, Jakarta, berhasil membuktikan mutasi genetika pada mitokondria (organel yang terdapat dalam suatu sel) yang memunculkan diabetes yang disebut tipe 2-yang banyak dipengaruhi oleh gaya hidup dan pola makan. Mitokondria yang mengalami mutasi itu diturunkan melalui garis ibu.

Apa sebenarnya diabetes? Ketika seseorang makan, secara otomatis kelenjar pankreasnya memproduksi hormon insulin. Hormon ini berguna untuk memecah glukosa menjadi glikogen-bentuk gula yang bisa diserap sel. Insulin juga berfungsi mengalirkan glukosa di dalam darah ke seluruh sel-sel tubuh yang membutuhkannya.

Ada orang-orang tertentu yang-karena suatu hal-pankreasnya rusak, sehingga tidak mampu menghasilkan insulin. Atau, insulinnya tidak mampu secara optimal memecah dan mengangkut gula dalam proses pencernaan makanan. Bisa juga, pankreasnya cuma memproduksi sedikit insulin, sehingga jumlah glukosa dalam darah berlebihan karena tidak bisa diangkut menuju sel-sel tubuh. Akibatnya, gula itu tidak bisa terserap tubuh dan keluar bersama kencing, dan tubuh kehilangan sumber tenaga utama.

Diabetes bisa muncul akibat pola makanan tak seimbang. Itu terjadi bila konsumsi gula murni (sukrosa) ataupun karbohidrat kompleks-yang bisa dipecah menjadi senyawa gula sederhana-berlangsung setiap hari secara terus-menerus dalam jumlah banyak. Karena jumlah makanan terlalu berlebihan, pankreas tidak mampu mengimbanginya dalam menghasilkan insulin. Akibatnya, kadar gula di dalam darah akan meningkat. Ibarat sampah, gula tadi lama kelamaan akan menumpuk dan mengganggu organ-organ tubuh lainnya.

Pada kondisi fungsi tubuh masih normal, gula akan diubah menjadi zat yang kurang berbahaya. Gula mula-mula dijadikan trigliserida dan sebagian ada yang dijadikan kolesterol. Tapi, bila jumlah gula berlebih sehingga jumlah kolesterol meningkat, pembuluh darah bisa tertutup. Kalau yang tertutup pembuluh di jantung, akibatnya jadi koroner. Sedangkan kalau di otak, bisa berakibat stroke. Agar tidak terlambat penanganannya, sebaiknya gejala diabetes diwaspadai sejak dini. Gejalanya sebenarnya mudah dikenali: cepat lelah dan mengantuk, sering kencing pada malam hari, lekas dahaga, kehilangan berat badan, dan pandangan kabur.

Apakah diabetes bisa disembuhkan? Untuk diabetes tipe 1, tidak bisa tidak, penderita sepanjang hidupnya memang harus bergantung pada suntikan insulin. Namun, untuk diabetes tipe 2, para ahli sepakat bahwa diet, olahraga, dan kontrol rutin kadar gula dalam darah bisa mengatasi penyakit itu. Para penderita diabetes tipe 2 juga bisa ditolong dengan obat-obat tertentu atau suntikan insulin. Seorang psikiater dan peneliti dari Universitas Udayana, Denpasar, dr. Dr. Luh Ketut Suryani, membuktikan, meditasi yang teratur pun bisa menolong penderita diabetes.

Sedangkan menurut spesialis gizi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dr. Walujo Soerjodibroto, Ph.D., D.S.G., kunci pencegahan dan penanganan diabetes adalah setiap orang-baik penderita diabetes maupun bukan-harus menjaga konsumsi makanan dan minuman, khususnya yang mengandung gula, karbohidrat, serta lemak. Penderita diabetes dianjurkan untuk menjalankan program diet yang ditentukan berdasarkan jumlah kalori yang dibutuhkannya. Jumlah kalori ini berbeda-beda untuk tiap penderita, tergantung pada usia, aktivitas, dan jenis kelaminnya.

Penanganan penyakit kencing manis, meski telah diketahui faktor genetis penyebabnya, memang masih belum berubah: mengobati gejalanya atau mencegahnya dengan mengatur pola makanan. Terapi genetis, seperti yang kini dilakukan para peneliti di Jefferson Medical Hospital di Philadelphia, AS, baru dirancang untuk binatang. Para ahli akan mencobakan substansi gen yang bisa memerintahkan sel-sel usus untuk membentuk hormon insulin. Jika berhasil, kemungkinan baru 5-10 tahun mendatang terapi genetis semacam itu bisa dicobakan pada manusia. Jadi, untuk saat ini, mencegah datangnya diabetes memang lebih baik daripada mengobati setelah sakit. Ingat..., ingat..., jumlah penderita diabetes terus meningkat.

Bagaimana cara mengetahui bahwa Anda punya bakat menderita diabetes mellitus? Ada cara yang disebut tes toleransi glukosa oral. Tes ini akan mengukur kadar gula darah setelah Anda berpuasa dan diberi larutan glukosa 75 gram dalam 250-300 mililiter air, yang harus Anda minum dalam 5 menit. Jika dalam 1-2 jam setelah meminum larutan glukosa tadi kadar gula darah Anda lebih dari 200 miligram per desiliter, Anda tergolong penderita diabetes meski saat ini Anda tidak mengalami gejala berpenyakit diabetes.

DIET

Bila "vonis" itu sudah jatuh, tidak bisa tidak, Anda harus cerewet terhadap diri sendiri untuk selalu mengontrol konsumsi makanan dan minuman. Menurut Dr. Walujo Soerjodibroto, Ph.D., D.S.G., salah seorang pengarang buku Pedoman Diet dengan Sistem Unit bagi Penderita Diabetes, makanan dan minuman yang mengandung gula harus dihindari, misalnya cokelat, dodol, es krim, madu, dan sirup. Di samping itu, juga makanan berkarbohidrat seperti roti, kue, dan semua yang terbuat dari tepung, yang gampang diubah menjadi gula. Semua makanan tersebut bisa meningkatkan kadar gula darah.

Konsumsi lemak dalam makanan sehari-hari juga harus dikurangi. Kenapa? Tubuh penderita diabetes akan kelebihan lemak darah yang berasal dari gula darah yang tidak terpakai sebagai energi. Jadi, Anda tak perlu lagi menambah-nambahi tubuh Anda dengan bahan makanan berlemak, seperti gajih (lemak hewani), santan, segala macam minyak goreng, margarin, mentega, dan segala produk susu olahan.

Sebagai gantinya, perbanyaklah mengonsumsi serat dalam makanan. Yang terbaik adalah serat yang larut dalam air, seperti pektin (ada dalam buah apel) dan segala jenis kacang-kacangan dan biji-bijian yang tidak digoreng. Serat larut dalam air ini terbukti dapat menurunkan kadar gula darah.

VITAMIN E & DIABETES

PENDERITA kencing manis sering mengidap penyakit mata yang disebut diabetic retinopathy. Ini penyakit keturunan yang dapat mengakibatkan penderita kehilangan daya penglihatan dan aliran darah dalam retinanya menurun. Untuk mengatasinya, para peneliti di Massachusetts, Amerika Serikat, mencoba memberikan vitamin E dalam dosis besar selama empat bulan kepada penderita.

Percobaan itu dilakukan oleh Dr. George L. King dan koleganya di Joslin Diabetes Center, Boston, Amerika. Hasilnya ternyata positif: aliran darah pada retina dapat meningkat dan fungsi ginjal kembali normal. Kepada Reuters Health, King menuturkan, "Vitamin E sangat potensial untuk merawat gangguan mata akibat diabetes dan fungsi ginjal." Walaupun demikian, King mengakui, karena keterbatasan waktu riset dan jumlah pasien, ia belum membuat kesimpulan yang pasti.

Dr. Sushil K. Jain dari Louisiana State University Medical School punya pendapat lain. Setelah melakukan observasi, ia mengetahui bahwa dosis vitamin E yang diterapkan pada riset tersebut ternyata 60 kali lebih besar ketimbang dosis yang direkomendasikan untuk konsumsi harian. Dan hingga sekarang, belum diketahui efek apa yang mungkin timbul akibat dosis yang berlebih itu. Karena itu, Jain memperingatkan bahwa rekomendasi untuk memanfaatkan vitamin E dosis tinggi kepada pasien diabetes masih terlalu dini.

KAKI DIABETES

SEPULANG menjenguk tante saya di rumah sakit, saya diliputi rasa khawatir. Tante saya menderita diabetes melitus dan luka di telapak kakinya. Luka tersebut menimbulkan kemerahan di sekitar luka dan menjalar ke sekitarnya. Badannya demam dan dokter memutuskan untuk mengoperasi luka tersebut. Saya heran, ternyata bagian kaki yang dipotong tidak hanya di sekitar luka, tetapi jauh dari lokasi luka.

Persoalannya adalah saya juga penderita diabetes yang diketahui sejak dua tahun yang lalu. Umur saya sekarang 38 tahun. Ayah saya juga penderita diabetes dan penyakit jantung. Tante saya lebih muda dari ayah saya, tetapi penyakit diabetesnya rupanya lebih berat.

Apa yang menyebabkan luka di telapak kaki tante saya cepat menjalar sehingga memerlukan operasi? Bagaimana caranya menjaga agar kaki saya tidak sampai mengalami kejadian seperti tante saya itu? Saya mempunyai dua anak, masing-masing berumur 10 dan 8 tahun. Keduanya gemuk. Apa usaha yang harus dilakukan agar anak-anak saya tidak terkena diabetes?

Salah satu komplikasi diabetes adalah luka pada tungkai bawah. Kelainan ini dapat timbul karena pada penderita diabetes dapat terjadi gangguan pada pembuluh darah atau gangguan persarafan. Gejala gangguan pembuluh darah kaki adalah rasa nyeri pada tungkai bila berdiri, berjalan, atau melakukan kegiatan fisik. Kaki terasa dingin. Bila diraba, tekanan nadi di kaki mengecil atau hilang.

Sedangkan gangguan saraf pada kaki diabetes ditandai oleh perasaan baal (parestesia) serta kurang rasa (hipestesia). Otot-otot kaki melemah, bahkan dapat mengecil. Kulit kaki tampak kering dan kadang-kadang pecah-pecah. Gangguan aliran darah di kaki akan menghambat proses penyembuhan bila terjadi luka.

Keadaan ini semakin buruk bila kadar gula darah tinggi. Dengan demikian, dapat dimengerti luka cepat menjalar. Pemotongan kaki dilakukan oleh dokter ahli bedah dengan mempertimbangkan penyembuhan luka yang baik, sehingga memang acapkali daerah yang dioperasi jauh lebih tinggi daripada yang diduga.

Untuk menjaga gula darah, dalam keadaan baik penderita diabetes perlu mengamalkan diet, berolahraga, serta bila diperlukan menggunakan obat penurun gula darah.

Untuk pemeliharaan kaki, diperlukan perhatian. Setiap hari hendaklah kaki diperiksa apakah ada luka kecil atau kapalan (kalus). Sebelum memakai sepatu periksalah apakah di dalam sepatu terdapat benda-benda yang dapat melukai kaki. Bersihkan kaki setiap hari dengan air bersih dan sabun. Bila menggunting kuku jangan terlalu pendek. Jagalah telapak kaki jangan sampai tertusuk oleh benda-benda tajam, karena itu gunakanlah alas kaki. Anggapan bahwa aliran darah kaki akan semakin baik bila penderita diabetes berjalan tanpa alas kaki di atas kerikil, tidaklah benar. Tindakan ini berisiko mendatangkan luka pada telapak kaki.

Bila terjadi luka kecil, segera obati dengan obat suci hama dan tutup dengan pembalut yang bersih. Segera pergi ke dokter bila terdapat tanda-tanda infeksi. Jangan sekali-kali melukai kaki, misalnya mengiris kutil atau kapalan dengan benda tajam.

Mengenai anak Anda, memang risiko untuk terkena diabetes lebih besar dibandingkan dengan anak yang orangtuanya tidak menderita diabetes. Sebaiknya anak Anda dilatih untuk hidup sehat, berolahraga, mengurangi konsumsi gula, dan menjaga berat badan yang seimbang. Dengan cara-cara tersebut diharapkan mereka tidak mengalami diabetes.

Bila Anda melaksanakan kehidupan yang dapat menjaga gula darah Anda dalam keadaan baik, serta Anda memperhatikan kaki Anda dengan sungguh-sungguh, maka tidak perlu terlalu khawatir akan terjadi luka yang memerlukan operasi.

DIABETES & JANTUNG KORONER

Penderita diabetes melitus (DM) terbukti lebih rentan terhadap aterosklerosis dan penyakit jantung koroner. Peluang mereka terkena aterosklerosis sepuluh kali lebih besar, sedangkan penyakit jantung koroner (PJK) empat kali lebih besar.

Peningkatan glukosa pada penderita DM akan menyebabkan pembentukan radikal bebas melalui proses glikasi nonenzimatik. Meningkatnya radikal bebas ini merangsang berbagai komponen yang terlibat dalam proses aterosklerosis, seperti intercellular adhesion molecule-I (ICAM-1), keluarga dari imunoglobin yang berperan dalam proses pelekatan berbagai molekul yang terlibat dalam proses inflamasi.

Hal itu berhasil dibuktikan melalui percobaan yang dilakukan dr H Zainal Musthafa SpJP MSi, ahli penyakit jantung dan pembuluh darah yang kini menjabat Kepala Departemen Penyakit Dalam RS Pelamonia, Kesehatan Kodam VII/ Wirabuana, Ujungpandang. Hasil percobaan menggunakan tikus Wistar mengantarkan dokter berpangkat letnan kolonel ini meraih gelar doktor dari Universitas Hasanuddin dengan yudisium sangat memuaskan, Sabtu (4/9).

Dalam disertasi berjudul Pengaruh Radikal Bebas terhadap Proses Percepatan Aterosklerosis pada Tikus Wistar Diabetes Mellitus, Zainal terutama berhasil membuktikan bahwa pembentukan aterosklerosis pada pembuluh darah kelompok tikus Wistar DM hiperlipid lebih cepat dibandingkan dengan kelompok DM, hiperlipid, atau tikus Wistar normal.

"Pada minggu ketiga setelah tikus diberi penyakit DM, sudah ditemukan aterosklerosis, tetapi pada tikus normal tidak ditemukan. Setelah diteliti, ternyata itu akibat gula darah yang meningkat pada penderita diabetes," papar Zainal kepada Kompas.

Aterosklerosis merupakan penyakit multifaktor yang berlangsung sejak masa kanak-kanak dan manifestasi klinisnya muncul pada usia pertengahan. Salah satu faktor risikonya adalah DM, yang perlu mendapat perhatian khusus karena penderita DM akan mendapat komplikasi aterosklerosis lebih cepat.

Di Indonesia, prevalensi DM di bawah usia 20 tahun sebesar 1,6 persen, di atas 20 tahun mencapai 6 persen. Sedang prevalensi DM menurut WHO sebesar 6-8 persen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar