Di sebuah pintu gerbang di taman umum yang penuh orang sedang mengantre hendak membeli karcis masuk, terdengar teriakan seorang anak, "Ma, saya bukan 5 lagi, saya 6 tahun sekarang!" Mendengar ucapan anaknya yang dilontarkan dengan lantang, muka ibu itu menjadi merah padam karena malu dan marah.
"Diam!" bentaknya. Tetapi ia kemudian mengeluarkan uang tambahan untuk membayar kekurangan uang karcis masuk. Ibu itu mencoba berbohong kepada penjual tiket yang memasang tanda "Anak di bawah lima tahun, bayar setengah harga."
Atau kejadian berikut ini yang sering juga terjadi. Bahwa ketika telepon berdering, ibu berkata kepada pembantu rumah tangganya, "Kalau dari si Anu, bilang saya tidak ada." Ternyata anak kecilnya yang mengangkat telepon itu dan berkata, "Tante, mama bilang, mama tidak ada."
Kejadian-kejadian itu memang memalukan. Tapi sayangnya, orangtua justru sering memarahi anaknya karena membuka kedoknya di muka umum. Pernahkah terpikirkan oleh Anda, pelajaran apa yang didapat anak-anak yang berpengalaman seperti itu?
Psikolog Doktor James Dobson mengangkat contoh di atas untuk menunjukkan betapa seringnya kita lengah pada penanaman integritas kepada anak-anak yang tidak lain adalah penerus masa depan bangsa. Bagaimana kita membesarkan anak-anak di keluarga masing-masing, begitulah kelak wajah bangsa kita. Bukan perkara sepele tapi sering disebut sepele.
Doktor Dobson adalah pimpinan organisasi konsultasi pernikahan dan keluarga yang cabangnya ada di banyak negara. Di Indonesia, organisasi itu bernama Fokus pada Keluarga. Berikut adalah kutipan pembahasan Dobson.
Banyak orangtua yang mengatakan bahwa kejadian seperti di atas adalah sepele, tidak perlu dibesar-besarkan, atau "Semua orang juga begitu". Ada banyak contoh lainnya yang juga dikategorikan sepele, seperti melanggar lampu merah jika tak ada polisi, atau memasukkan makanan ke dalam tas ketika memasuki tempat-tempat yang tertulis "Dilarang membawa makanan".
Kejadian-kejadian itu memang sepele dan memang mungkin hampir setiap orang melakukannya, tetapi sesungguhnya kejadian itu memberikan pesan moral yang berbahaya bagi anak-anak. Bahwa integritas manusia hanyalah teori dan merupakan sesuatu yang bisa dibelokkan.
Integritas adalah menjalani kebenaran dan mengatakan kebenaran. Integritas tidak dapat dibelokkan, tidak dapat disingkirkan demi kenyamanan. Dan anak-anak perlu melihat contohnya dalam kehidupan orangtuanya sendiri.
Kita hidup dalam masyarakat yang menganggap kebenaran yang abosulut tidak dapat diterima, bahkan sering dianggap membahayakan. Tetapi pada saat yang sama, kita mengeluh atas kebobrokan moral dan integritas para pemimpin kita dan masyarakat umum.
Ini bagaimana? Kita tidak dapat mengharapkan yang satu tanpa mengharapkan yang lainnya. Integritas itu terjadi ketika kita mengintegrasikan apa yang kita percayai menjadi apa yang kita lakukan. Kalau kebenaran menjadi sesuatu yang relatif, akibatnya tidak ada standar antara yang benar dan yang salah.
Sesungguhnya hal-hal kecil dalam kehidupan sebagai orangtua adalah hal yang lebih banyak berbicara kepada anak-anak. Bila orangtua berkata tidak boleh berbohong, apakah mereka sungguh-sungguh menghidupinya, sungguh-sungguh tidak berbohong? Meskipun tidak ada orang yang dapat hidup sempurna, tetapi setiap orangtua harus berusaha membuat model kehidupan yang baik bagi anak-anaknya.
Mengapa Anda tidak memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk berkata, "Ketangkap basah!" ketika Anda gagal untuk hidup konsisten dengan perkataan Anda? Memang mungkin akan ada insiden yang memalukan, tetapi pelajaran jangka panjang itu jauh lebih penting daripada muka yang memerah.
Mengajarkan integritas dan karakter yang baik, belum tentu membosankan. Di bawah ini ada contoh dengan bermain mencari harta karun.
Siapkan dua peta harta karun: yang satu mudah dicapai tetapi palsu, yang satu lagi sulit dicapai tetapi ada hasilnya. Peta pertama yang mereka terima mencakup beberapa langkah sederhana tetapi mereka hanya akan menemukan kotak kosong. Anak-anak mungkin patah semangat tapi besarkan hati mereka untuk menggunakan peta kedua yang berisi penjelasan berikut: pertama, jalan dengan langkah raksasa ke ruang tamu, putar empat kali, lalu melewati kolong meja, lalu lari mundur ke ruang makan. Dan sebagainya, terserah kreasi Anda.
Mungkin selama 20 menit anak-anak akan tertawa sambil bermain di sekeliling rumah dengan kedua orangtuanya. Akhirnya mereka menemukan kotak harta karun yang sesungguhnya. Mereka membukanya, ternyata berisi sesuatu yang disukai. Tanyakan pada mereka, "Peta mana yang lebih mudah dilakukan?" Peta pertama, jawabnya.
"Peta mana yang lebih baik?" Pasti peta kedua jawab mereka karena ada hadiahnya. Dari sini orangtua dapat mengajarkan hikmat kehidupan, bahwa sering kali memang lebih mudah mengikuti yang salah. Tetapi lebih berguna bagi kita untuk mencari dan mengikuti yang benar walaupun sulit.
Aktivitas itu hanyalah contoh untuk menekankan kenyataan bahwa integritas berarti menyatukan apa yang kita percayai dengan cara hidup kita. Apa yang kita ucapkan tidaklah sepenting apa yang kita lakukan. Dengan sedikit kreativitas, orangtua dapat secara khusus memasukkan nilai-nilai dan karakter yang baik bagi anak-anaknya, artinya bagi masa depan bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar