Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan Hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan

Rabu, 27 Oktober 2010

HEMAT & RAMAH, PERSALINAN DI RUMAH

Sri dan Hendra adalah pasangan keluarga baru yang berbahagia. Beruntung, dengan bekal tabungan yang mereka kumpulkan sejak masih pacaran, pasutri ini mampu membeli rumah sendiri. Tak besar memang. Tapi cukup baik dan layak huni. Nah, apa lagi yang mereka nantikan. Tentu lahirnya seorang momongan.

Bagi kebanyakan orang, terutama warga kota besar, rumah terkadang hanya sekedar sebagai tempat berlindung, berteduh, makan, mandi, dan tidur. Bagi mereka, rumah dianggap sebagai tempat persinggahan sementara. Pulang kantor, ke rumah untuk mandi dan beristirahat. Bila malam tiba, mereka harus ke luar rumah lagi untuk entertaint tamu, entah ke diskotik, restoran, bioskop, atau hotel bintang lima. Sampai di rumah sudah tengah malam atau malah menjelang pagi. Sering kunci pintu masuk pun harus dibuka sendiri, lantaran istri dan anak-anak sudah terlelap tidur. Besok pagi terburu-buru bangun, lalu segera mandi untuk ngantor lagi. Rumah ditinggali pembantu karena istri pun bekerja di luar rumah, sementara anak-anak sekolah.

Sebaliknya, bagi pasangan Sri dan Hendra rumah bukan sekedar sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai tempat hidup dan menghidupi, berkumpul, bernostalgia, serta lebih jauh lagi tempat berketurunan. Pokoknya, rumah adalah tempat segalanya.
Pasangan ini juga sangat menyadari bahwa sekarang ini pilihan utama bagi para calon ibu untuk melahirkan putranya adalah rumah sakit bersalin. Pandangan bahwa hanya di kampung yang tak mengenal rumah sakit saja orang masih memilih melahirkan di rumah sendiri. Tetapi dari berbagai informasi yang diperoleh, pasutri Sri-Hendra berkesimpulan bahwa melahirkan di rumah sendiri ternyata jauh lebih aman, hemat, dan bermanfaat.

Pendapat ini memang tidak salah. Mari kita lihat sejumlah alasan yang berhasil mereka kumpulkan untuk mendukung sikap tersebut.
Dengan menjalani persalinan di rumah kemungkinan tertukarnya bayi bisa dihindari. Memang, tidak semua rumah sakit bisa memberi jaminan tak mungkin ada kasus bayi tertukar. Ini sangat tergantung dari kondisi dan tingkat akurasi pengindetifikasian bayi di masing-masing rumah sakit. Apalagi selain tidak rapinya pengidentifikasian, kesibukan para tenaga medis yang terbatas terkadang masih memungkinkan adanya bayi tertukar tanpa sepengetahuan ibunya. Belum lagi kalau sistem pengamanan rumah sakit kurang jeli, tak mustahil bisa terjadi penculikan bayi.

Faktor lain adalah kenyataan tak terbantah bahwa rumah sakit adalah sumber penyakit, sehingga besar kemungkinan sang bayi terjangkiti infeksi nosokomial. Selain itu ada faktor psikologis yang seringkali dirasakan oleh ibu bersalin di rumah sakit. Yakni adanya unsur "diskriminasi" perlakuan rumah sakit meski ini juga konsekuensi pilihannya. Semisal, sejak awal masuk rumah sakit, ibu dan bayi telah dibeda-bedakan menurut kelas-kelas perawatannya kelak. Apalagi sebagai konsekuensi logis dari lembaga jasa pelayanan bagi orang banyak, secara tak langsung perlakuan pihak rumah sakit bisa dikatakan kurang personal atau tidak "ramah", lantaran kebanyakan ibu dan bayi diperlakukan sekedar sebagai "nomor kamar" saja.

Faktor terakhir yang tak kalah pentingnya adalah kecenderungan beberapa dokter di rumah sakit bersalin mempatologiskan suatu tindakan persalinan meskipun sebenarnya bisa dilakukan secara fisiologis (normal). Alasannya? Lantaran terbatasnya waktu sedangkan jumlah pasien yang harus dilayani masih banyak. Ini tercermin dari pemakaian infus oxitocin dan suntikan prostagladin untuk mempercepat pembukaan jalan lahir, atau kerap kali sang calon ibu di-vacum atau di-forcep, bahkan seringkali memilih tindakan cesar untuk mempercepat proses kelahiran.

Kebanyakan orang menyarankan kepada Sri untuk melahirkan di rumah sakit saja, dari pada repot-repot mempersiapkan persalinan di rumah. Namun begitu menyadari dan mempertimbangan fakta-fakta di atas, keluarga ini pun tertarik untuk merencanakan persalinan di rumah sendiri. Yang jadi masalah sekarang, bagaimana cara merealisasikan "impian" tersebut?

Jenis kehamilan dan persalinan
Seorang ibu hamil dan yang akan melahirkan tidak selalu dianggap sebagai orang sakit karena sebagian besar kasus-kasus kehamilan dan persalinan adalah proses alami yang normal. Kalangan kedokteran menyebutnya dengan istilah proses fisiologis. Hanya sebagian kecil saja kehamilan dan persalinan yang tidak normal dan oleh karena itu perlu diambil tindakan patologis.

Kehamilan dan persalinan sesungguhnya adalah proses alamiah. Sama seperti seseorang yang membutuhkan makanan dan minuman untuk proses metabolismenya, atau buang air besar untuk proses pengeluaran atau pembuangan. Hanya sedikit, antara 10-15%, proses kehamilan dan persalinan yang patologis.

Menurut risikonya, jenis kehamilan patologis dibedakan lagi atas yang berisiko tinggi (high risk pregnancy) dan berisiko rendah (low risk pregnancy). Dalam prakteknya para dokter sering menempatkan kasus kehamilan berisiko tinggi dalam pengawasan istimewa ketat karena ada kemungkinan harus dilakukan tindakan yang istimewa pula.

Kehamilan yang digolongkan sebagai berisiko tinggi besar kemungkinan mengancam keselamatan jiwa ibu maupun janin yang dikandungnya. Kasus-kasus seperti ini antara lain; Premi gravida, yakni ibu yang baru pertama kali hamil di atas usia 35 tahun; Ibu hamil yang menderita keracunan kehamilan (toxemia gravidarum); Ibu hamil yang menderita penyakit sistemik seperti penyakit jantung, ginjal, dan endokrin; Ibu hamil yang menderita penyakit pendarahan atau karena ari-arinya letak rendah (placenta previa) atau ari-arinya terlepas dini (solutio placenta); Janin dengan dugaan berat badan lebih dari 4.000 gram; Janin yang menderita kelainan bawaan (congenital anomali); Janin dengan kelainan letak (mal presentation); Ibu cebol dan atau yang diduga menderita kesempitan panggul.

Seorang dokter umum atau dokter ahli kebidanan dan kandungan seharusnya mampu membedakan antara kehamilan fisiologis atau patologis, begitu pula para bidan terdidik. Deteksi awal ini berguna untuk mengantisipan tindakan selanjutnya. Karena setiap kasus kehamilan patologis yang ditemukan wajib dirujuk ke dokter ahli kebidanan dan kandungan atau rumah sakit bersalin. Namun tidak berarti semua kasus kehamilan patologis selalu diikuti persalinan yang patologis pula, sebab kehamilan patologis yang sudah berhasil ditangani dengan baik sering diikuti proses persalinan fisiologis.

Suatu persalinan patologis sebaiknya ditangani oleh dokter yang ahli dalam bidang penyakit kebidanan dan kandungan. Memang tak hanya dokter yang berbrevet ahli penyakit kebidanan dan kandungan. Banyak dokter yang berminat dalam bidang tersebut atau mereka yang menjadi asisten ahli (belum punya brevet) atau mereka yang sehari-harinya giat dalam bidang itu juga sangat terampil di bidangnya.

Syarat melahirkan di rumah
Yang perlu dilakukan pertama kali adalah mengkonfirmasikan bahwa kehamilan tersebut sifatnya fisiologis atau normal. Artinya tidak terdapat kelainan 3 P, yakni power atau kekuatan dari si calon ibu; passage atau jalan lahir; dan passanger yakni kondisi janin yang akan melaluinya. Kalau ketiga faktor tersebut dalam keadaan baik, bisa disimpulkan bahwa persalinan tersebut adalah fisiologis atau akan berlangsung normal.

Syarat kedua adalah tersedianya tenaga penolong persalinan yang andal. Sebenarnya tidak harus seorang dokter ahli kebidanan dan kandungan, namun cukup seorang dokter umum yang terampil dalam bidang tersebut. Bahkan bidan yang berpengalaman pun akan bisa melakukannya. Memilih tenaga berkualifikasi seperti itu sebenarnya tidak terlalu sulit. Dalam waktu yang tidak terlalu lama kita akan bisa memperoleh informasi tentang dokter atau bidan mana yang andal sebagai penolong persalinan dan bersedia dimintai pertolongan sewaktu-waktu. Meskipun berprofesi sebagai penolong persalinan, mereka harus mengenal dengan baik siapa yang akan ditolong. Oleh

karena itu kontrolkanlah kehamilan Anda secara teratur.

Dokter yang memiliki banyak pasien atau yang sangat sibuk bukanlah tipe penolong persalinan yang ideal. Sebab seorang penolong persalinan yang baik tidak hanya berpengalaman, berpengetahuan, dan berketerampilan di bidangnya, sebaiknya juga seorang pribadi yang berdedikasi tinggi dalam membimbing persalinan. Sebagai contoh, proses pembukaan jalan lahir hingga sempurna biasanya dipimpin seorang bidan. Selama proses ini sang calon ibu biasanya mengalami rasa sakit mulas yang makin lama makin sering disertai nyeri dalam waktu yang relatif agak lama. Nah, dalam kondisi seperti ini sang penolong persalinan harus bisa menanamkan rasa percaya diri, rasa tenang dan aman, rasa terlindung, serta kepastian akan keselamatan pada sang calon ibu yang ditolong.

Seorang dokter yang senantiasa dikejar-kejar kesibukan sehingga kurang waktu istirahat dan kondisi fisiknya terganggu, dikhawatirkan akan terburu-buru memutuskan suatu tindakan karena tidak sabar menunggu. Terkadang dokter seperti ini terpaksa menunda suatu tindakan yang seharusnya perlu segera diselesaikan oleh karena pada saat yang sama juga harus menangani tugas lain.

Yang ketiga adalah mempersiapkan satu kamar atau ruang bersalin di rumah. Tidak perlu harus ruangan khusus. Cukup sebuah kamar tidur keluarga dapat dipersiapkan merangkap sebagai "kamar bersalin". Toh, yang akan dilahirkan adalah warga baru keluarga ini juga. Kamar ini hendaknya bersih, tenang dengan penerangan dan ventilasi udara yang baik dan memadai. Tersedia pula perlengkapan lain untuk kebutuhan ibu dan bayi. Misalnya untuk ibu, dua helai kain panjang bersih, satu gunting steril, minimal direbus dulu dalam air mendidih selama lebih dari 15 menit. Jangan lupa, benang kasur steril, satu buah kateter urin logam steril untuk wanita, sebuah neerbeken atau pispot bersih dan sebuah baskom penampung ari-ari. Sedangkan untuk bayinya harap disediakan air hangat secukupnya untuk mandi, sebotol baby-oil, baju, popok, baju hangat, sepotong kain kasa steril, dan sebotol alkohol 70% sebanyak kurang lebih 60 cc.

Keuntungan dan penghematan
Anda yang memenuhi ketiga syarat di atas bisa dikatakan siap untuk melakukan persalinan di rumah sendiri. Tak perlu malu dicap sebagai orang "kampung" karena melahirkan di rumah. Sekarang ini di negara maju pun banyak calon ibu yang cenderung melakukan hal ini. Selain tentu akan mendapatkan pengalaman baru, secara material persalinan di rumah sendiri adalah tindakan penghematan yang mendatangkan banyak keuntungan.

Bagi si jabang bayi, secara psikologis ia akan merasa diterima, dinantikan, dirindukan, dan dicintai oleh segenap warga seisi rumah yang "direpotkan" oleh kehadirannya. Secara imunologis ia sangat beruntung karena secara bertahap diperkenalkan kepada antigen asing sehingga respon kekebalan yang ditimbulkan lebih memadai dan dapat berfungsi melindungi dirinya kelak. Ia juga terhindar dari penyakit infeksi nosokomial, jenis infeksi yang terdapat di rumah sakit yang umumnya menyerang saluran pencernaan (diare), pernafasan (sesak, batuk pilek), penyakit kandung kemih, dan kulit. Ia juga terhindar dari infeksi karena "keteledoran" pemakaian barang secara bersama-sama semisal pemakaian sendok, botol susu, baby-oil, peralatan medis, dan pakaian.

Sang ibu bisa merawat bayinya secara aktif. Kerapatan hubungan antara ibu dan anak memberikan ketenteraman psikologis. Ibu dan keluarga juga terhindar dari persaan cemas anaknya tertukar. Secara fisiologis, aktivitas ibu di rumah akan memperbaiki sirkulasi darah dan hal itu berarti merangsang peningkatan produksi ASI dan mempercepat pemulihan kondisi fisiknya. Ibu yang berdiri dan berjalan karena gaya gravitasi melancarkan pengeluaran bekuan darah atau darah kotor sehabis melahirkan. Sementara anak-anak yang lain tidak perlu lama berpisah dengan ibunya lantaran masih serumah. Sementara ibu tetap bisa mengendalikan urusan rumah tangga. Selain itu ia juga bisa lebih leluasa menikmati kebiasaannya karena berada di lingkungan yang tidak asing.

Bagi keluarga, persalinan di rumah sendiri bisa menghemat waktu, tenaga, dan biaya untuk besuk ke rumah sakit. Artinya secara finansial menghemat biaya karena sebagian biaya rumah sakit dan sewa kamar bersalin, dapat dialihkan untuk renovasi rumah sendiri dalam rangka mempersiapkan kedatangan sang adik baru.

Pada skala makro, akan mengefisienkan dana investasi karena investasi rumah sakit sangat mahal. Bila suatu saat yang berhak dirawat di rumah sakit hanya kasus persalinan patologis saja, maka akan sangat mengurangi beban investasi masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar