KIKI (5) terserang demam. Ketika dibawa ke dokter, didiagnosis kena radang tenggorok dan diberi beberapa jenis obat. Dua hari kemudian panas Kiki belum kunjung turun, sehingga dibawa ke dokter lagi. Hasil pemeriksaan darah tidak menunjukkan gejala demam berdarah, jumlah trombosit normal. Kulitnya juga tidak ada bintik-bintik merah, sebagaimana lazimnya pada penderita demam berdarah.
Tiga hari kemudian, kondisi Kiki makin memburuk. Suhu badan yang tadinya tinggi, 41 derajat Celsius, turun drastis. Denyut nadinya lemah, tekanan darahnya rendah. Dokter langsung merujuk untuk dirawat di rumah sakit dengan diagnosis demam berdarah. Meski masuk dalam kondisi kritis, Kiki mampu bertahan dan lolos dari maut.
Demam yang disebabkan virus dengue, menurut dr Tjahjani Mirawati Sudiro PhD dari Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), memang masih banyak diselimuti kegelapan. Selain gejala awalnya tidak khas, hal-hal yang berkaitan dengan virusnya juga banyak yang belum jelas.
Sejauh ini dikenal ada empat tipe virus dengue, yaitu tipe 1, tipe 2, tipe 3 dan tipe 4. Namun, tidak ada manifestasi klinis yang khas pada setiap tipe.
"Setiap tipe bisa menimbulkan gejala dari yang paling ringan sampai yang paling berat," ujar Mira. "Secara umum diketahui, infeksi virus yang menimbulkan manifestasi klinis berat di Indonesia adalah dari tipe 3, sedang di Thailand tipe 2."
***
MANIFESTASI infeksi virus dengue beragam. Dari yang tanpa gejala, demam ringan (mild undifferentiated febrile illness), demam dengue (dengue fever), demam berdarah dengue (dengue haemorrhagic fever) dan sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome).
Kenyataannya, kasus dengan manifestasi klinis ringan, dari yang tanpa gejala sampai demam ringan, merupakan mayoritas. Kasus dengan manifestasi demam berdarah dengue hanya sekitar lima persen dari seluruh kasus infeksi virus dengue.
Menurut Mira, penelitian yang dilakukan di Jepang menunjukkan, salah satu faktor penentu berat ringannya manifestasi klinis adalah faktor genetik virus. Peneliti mengisolasi virus dengue dari penderita yang manifestasi klinis berat dan ringan. Ternyata virus yang menginfeksi tipenya sama, namun secara genetik ada perbedaan. "Seperti halnya manusia, penampilan fisiknya bisa sama, tetapi secara genetik ada perbedaan," jelasnya.
Selain genetik virus, perbedaan manifestasi klinis juga bisa disebabkan oleh tuan rumah virus alias penderita, baik dari segi genetik, kecukupan gizi serta infeksi primer atau sekunder.
Manusia yang memiliki HLA-A (Human Lymphocytic Antigen A) umumnya akan mengalami manifestasi klinis yang berat. Demikian juga yang berstatus gizi baik. Hal ini karena manifestasi klinis infeksi virus dengue berkaitan dengan reaksi imunologis, sehingga makin kuat daya tahan tubuh, makin kuat reaksi imunologisnya dan makin berat renjatan (shock) yang terjadi. Karenanya, mereka yang bertubuh besar dan kuat justru perlu lebih waspada terhadap virus dengue, karena akibatnya lebih fatal.
Teori yang dikemukakan Dr Scott Halstead menyatakan, infeksi sekunder atau infeksi kedua oleh virus dengue yang berbeda dengan virus yang menginfeksi pertama akan berakibat serius, karena immune enhancement mechanism. Ketika seseorang terinfeksi virus, tubuhnya akan membentuk antibodi. Jika terinfeksi virus yang berbeda, antibodi yang lebih dulu terbentuk justru membantu replikasi virus. Makin banyak sel terinfeksi membuat pelepasan zat yang secara biologis aktif makin banyak, permeabilitas pembuluh darah makin besar, plasma darah yang bocor makin banyak, renjatan makin berat.
***
MENGENAI demam berdarah dengue, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), secara klinis diagnosis ditegakkan jika ditemukan dua kriteria klinik ditambah trombositopenia (penurunan kadar trombosit), yaitu kurang dari 100.000 per ml serta adanya hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit 20 persen.
Kriteria klinik itu adalah demam mendadak, tinggi dan berlangsung dua sampai tujuh hari, timbul fenomena perdarahan berupa bintik merah di bawah kulit. Selain itu ada pembesaran hati dan terjadi renjatan.
Sejauh ini obat antiviral untuk infeksi virus dengue belum ada, demikian juga dengan vaksinnya. Pengobatan bersifat simptomatik dan suportif. Artinya, jika kekurangan cairan diberi minum atau infus. Jika terjadi perdarahan berat di bawah kulit, mimisan, muntah atau buang air darah, diberi tranfusi trombosit. Virus dengue termasuk self limiting virus yang akan mati sendiri setelah tujuh hari. Jika penderita mampu melewati masa krisis, ia akan sembuh total. (atk)
BAHAYA DEMAM BERDARAH DENGUE
ANAK laki-laki saya yang berumur 15 tahun mendadak demam tinggi sepulang sekolah. Ototnya pegal-pegal dan timbul rasa mual. Sorenya saya bawa ke dokter, diberi antibiotika dan obat penghilang demam. Ternyata demamnya tidak turun bahkan suhunya mencapai 40oC.
Besoknya saya bawa lagi ke dokter dan dianjurkan untuk pemeriksaan laboratorium. Hasil laboratorium menunjukkan leukosit 3800 dan trombosit 178.000. Menurut dokter hasil ini belum memastikan diagnosis demam berdarah dengue dan dia menganjurkan agar esok harinya dilakukan kembali pemeriksaan darah.
Saya sebenarnya kecewa karena dokter belum dapat memastikan diagnosis penyakit anak saya. Karena demamnya tetap tinggi saya menuruti nasihat dokter untuk pemeriksaan laboratorium ulangan. Kali ini hasilnya leukosit 2500 dan trombosit 92.000. Dokter menganjurkan agar anak saya dirawat di rumah sakit karena hasil ini menjurus ke demam berdarah dengue.
Karena suami di luar kota, saya menunggunya pulang sebelum membawa anak saya ke rumah sakit. Esok harinya ternyata demam anak saya turun sehingga suami menganjurkan tidak perlu dirawat di rumah sakit. Saya menjadi ragu dan menelepon dokter yang memeriksa anak saya. Ternyata dia tetap menganjurkan agar anak saya dirawat di rumah sakit.
Sesampai di rumah sakit anak saya di infus dan tidak mendapat obat-obat lagi kecuali vitamin. Pemeriksaan laboratorium dilakukan setiap hari. Tetapi perawatan di rumah sakit ternyata tidak membawa perbaikan pada anak saya. Trombositnya bertambah turun menjadi 76.000. Saya melapor ke perawat dan dokter, dan disuruh bersabar. Tidak ada penambahan obat untuk menaikkan trombosit.
Sesuai anjuran teman-teman, anak saya diberi jambu klutuk dan banyak minum. Ternyata ini pun tidak menolong, bahkan trombositnya menjadi 32.000. Saya menjadi panik dan takut anak saya mengalami perdarahan. Saya tanyakan pada dokter ternyata menurut dokter tidak perlu ditranfusi dan dokter memperkirakan trombosit anak saya akan naik setelah hari keenam demam.
Untuk apa anak saya dirawat di rumah sakit bila perawatan tidak dapat mencegah penurunan trombosit? Bukankah trombosit merupakan sel darah pembeku yang amat penting dalam mencegah perdarahan?
Sebenarnya apa saja bahaya demam berdarah dengue dan kenapa anak saya tidak boleh dirawat di rumah saja?
Saya juga ingin mendapat penjelasan mengenai pencegahan penularannya.
Nurhayati, Bekasi
Demam Dengue (DD) disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti. Bila seseorang digigit nyamuk ini, yang kebetulan telah menggigit orang lain yang darahnya mengandung virus Dengue maka orang tersebut berisiko untuk terkena penyakit DD. Biasanya gejala mulai timbul setelah 4-6 hari virus masuk ke dalam tubuh penderita.
Sebaliknya virus ini biasanya hanya hidup sekitar 5-7 hari di dalam tubuh penderita, dan pada masa itulah bila ia digigit nyamuk Aedes dapat menularkan kepada orang lain. Bila di dalam darahnya tidak ada virus lagi, maka ia tidak akan menularkan.
Perjalanan penyakit DD sangat tergantung antara interaksi kekebalan tubuh dan umur penderita. Pada umumnya orang dewasa mengalami gejala yang lebih ringan dibandingkan anak-anak. DD adalah penyakit demam akut yang dapat berlangsung 2-7 hari disertai nyeri kepala, nyeri otot, ruam kulit, dan manifestasi perdarahan. Sedangkan Demam Berdarah Dengue (DBD) pada awalnya menyerupai DD tetapi mempunyai kecenderungan yang besar untuk perdarahan yang dapat berupa mimisan, perdarahan gusi, muntah darah, berak darah, trombosit yang kurang dari 100.000, serta pengentalan darah.
Kesulitan dokter menghadapi seseorang yang terkena DD adalah untuk meramalkan apakah orang tersebut akan mengalami penyulit atau tidak. Penderita biasanya mengalami demam 2-7 hari diikuti fase kritis 2-3 hari. Pada fase kritis ini, suhu menurun tetapi risiko terjadinya penyulit justru meningkat bahkan bila tidak diatasi dengan baik dapat menimbulkan kematian.
Karena itulah ibu mungkin sekarang dapat memahami mengapa dokter yang mengobati anak ibu menganjurkan anak ibu dirawat di rumah sakit. Penurunan jumlah trombosit biasanya ditemukan pada hari sakit ketiga sampai ketujuh. Penurunan ini perlu dipantau secara cermat, karena itulah pemeriksaan darah dilakukan setiap hari bahkan bila perlu setiap enam jam. Trombosit yang menurun ini biasanya mencapai angka yang paling rendah pada hari kelima-keenam, kemudian meningkat dengan cepat kembali ke jumlah normal.
Jambu klutuk yang banyak dianggap oleh masyarakat bermanfaat meningkatkan trombosit sebenarnya belum pernah diuji manfaatnya secara ilmiah. Pada umumnya trombosit akan meningkat tanpa bantuan obat-obatan.
Perawatan di rumah sakit diperlukan untuk pemantauan kemungkinan terjadinya penyulit. Penyulit yang sering terjadi adalah perdarahan meskipun penyulit lain juga dapat terjadi misalnya sembab paru, syok, ensefalopati (gangguan kesadaran), serta kelainan ginjal. Meskipun jumlah mereka yang mengalami penyulit relatif sedikit tetapi karena sulit meramalkannya maka setiap penderita DBD memerlukan pemantauan secara hati-hati.
Bila dirawat di rumah, sulit untuk melakukan pemeriksaan laboratorium secara berkala serta memberikan infus sesuai kebutuhan. Transfusi memang biasanya tidak dibutuhkan karena jumlah trombosit dapat meningkat secara spontan.
Untuk pencegahan penularan DBD yang diperlukan adalah pemberantasan sarang nyamuk untuk membasmi jentik nyamuk dengan cara 3M yaitu menguras tempat penampungan air, menutupnya rapat-rapat, serta mengubur kaleng-kaleng bekas, plastik, serta barang bekas lain yang dapat menampung air hujan.
Sebenarnya sepulang dari RS anak ibu sudah dalam keadaan tidak ada virus dalam darahnya lagi sehingga tidak berpotensi menularkan pada orang lain. Tetapi memang anggota keluarga ibu dapat saja tertular dari orang lain yang mengandung virus Dengue di dalam darahnya lewat nyamuk. Karena itulah pemberantasan sarang nyamuk amat diperlukan.
LAGI LAGI ULAH AEDES AEGYPTI
Jatuhnya korban yang satu ini agak ironis. Seorang murid SD di kawasan Jakarta Barat, Ari, (bukan nama sebenarnya) meninggal dunia karena penyakit demam berdarah dengue (DBD). Padahal ayahnya seorang dokter. Rupanya jiwa Ari tidak tertolong gara-gara terlambat di bawa ke rumah sakit. Sang ayah sama sekali tidak mencurigai bahwa demam tinggi naik turun selama beberapa hari yang dialami putrinya adalah gejala dini DBD. Dikiranya demam flu lima hari dan selama itu hanya diberikan obat penurun panas serta antibiotik penyerang infeksi. Soalnya, bercak-bercak merah tidak terlihat. Tahu-tahu pada hari ke enam, dari hidungnya keluar darah disertai muntah darah. Keadaannya sudah parah saat dilarikan ke rumah sakit. Jiwanya tak tertolong lagi!
"Gejala DBD memang sulit diduga," komentar seorang dokter hematolog. Bisa saja hasil pemeriksaan darah dari laboratorium yang dilakukan pagi hari belum menunjukkan adanya gejala serius. Namun ketika sore hari diperiksa lagi baru tampak gejalanya. Jadi, kita harus cermat mengamati naik turunnya demam serta gejala yang lain; demam tinggi naik turun selama 2 - 7 hari, pusing, sedikit sakit pada persendian, lesu, dan nafsu makan berkurang.
Kemudian saat suhu badan naik lagi, timbul bercak-bercak merah (perdarahan) di bawah permukaan kulit (petechiae), kalau ditekan tidak mau hilang. Itulah ciri-ciri khas awal penyakit DBD.
Selama bercak-bercak merah belum tampak, kebanyakan kita masih rancu dengan penyakit seperti demam flu lima hari, tifus, campak atau bahkan Hepatitis A. Oleh karena itu tindakan yang paling aman adalah membawa si penderita ke dokter atau rumah sakit, bila demamnya naik turun dan tidak kunjung reda setelah 2 - 3 hari.
Bercak-bercak perdarahan di bawah kulit tadi disebabkan adanya kelainan pada dinding pembuluh kapiler serta menurunnya sel darah pembeku (trombosit). Ini semua merupakan indikasi awal terjadinya kebocoran dinding pembuluh darah. Namun, lewat pemeriksaan laboratorium untuk mengukur jumlah trombosit (bisa lebih dari sekali karena sering hasilnya tidak jelas) penyakit ini segera dapat diketahui.
Cara lain yang lebih sederhana bisa dilakukan dengan uji Tourniquet atau Rumpelleode yakni mengikat kencang tali elastik atau alat pengukur tekanan darah (dipertahankan pada pertengahan tekanan diatolik dan sistolik) pada lengan atas selama lima menit, akan terlihat bercak-bercak merah di bawah kulit. Bila keadaan sudah agak parah, penderita akan mengeluh sakit ulu hati, gelisah, mimisan, berkeringat, nafsu makan hilang, dingin pada kaki dan tangan. Tubuh penderita akan semakin melemah kalau ia tidak mau makan atau muntah berulang kali.
Pada stadium lanjut timbul bercak-bercak perdarahan berupa memar (ecchymosis) atau perdarahan yang nyata dari hidung, gusi, muntah darah, buang air besar berwarna kehitaman. Pada taraf ini dikhawatirkan penderita akan mengalami renjatan (dengue shock syndrome) atau nadi melemah dan tekanan darah tak terukur. Dalam kondisi seperti ini kalau si penderita tidak segera ditolong akibatnya bisa fatal.
Perdarahan hebat terjadi karena mekanismenya semakin rumit, meliputi terganggunya fungsi trombosit dalam sistem pembekuan darah dan berkurangnya zat pembeku darah dalam plasma. Virus lalu merusak limpa dan hati termasuk butir-butir darah merah dan darah putih yang mengalir ke organ tersebut. Turunnya jumlah darah merah menyebabkan darah mengental sehingga pasokan oksigen serta nutrisi makanan yang diperlukan tubuh terhambat. Sementara itu turunnya butir darah putih otomatis menyebabkan turunnya daya tahan tubuh. Keadaan ini menyebabkan renjatan.
Bergeser dari anak ke semua usia
Dikenal dengan sebutan Dengue Hemorrhagic Fever(DHF), penyakit ini pertama kali ditemukan di Indonesia tahun 1968 menyusul meledaknya penyakit ini di Surabaya. Saat itu terdapat 58 kasus dengan 24 anak meninggal. Tahun 1988 mengganas menjadi 45.791 kasus dengan angka kematian 1.432 orang. Di DKI tahun 1988 terdapat 10.647 penderita, tapi tahun 1993 jumlah penderita bisa ditekan sampai 2.268 orang. Tahun lalu meningkat lagi menjadi 5.189 penderita. Menurut Dinas Kesehatan DKI Jakarta (Kompas, 17 April 1998), pertengahan Maret sampai 16 April penderita mencapai 3.993 orang di DKI dan dari angka ini, 43 orang meninggal. Tahun 1994 DBD telah menyebar ke 27 propinsi.
Sejak tahun 1968 rata-rata angka penderita di Indonesia terus meningkat dari 0,05 (1968) menjadi 8,14 (1973). Puncaknya tahun 1988 mencapai 27,09 per 100.000 penduduk dengan jumlah penderita sebanyak 47.573 orang (meninggal 1.527 jiwa). Menurun dari tahun 1990 s.d 1993, kasus DBD naik lagi sejak tahun 1994. Jumlah penderita tahun 1996 nyaris menyamai tahun 1988 yakni 45.548 kasus.
Dilihat dari merebaknya kasus DBD tahun ini ada fenomena menarik, yakni terjadi pergeseran usia penderita. Kalau dulu lebih banyak ditemui pada anak usia pra-sekolah s.d SD, kini golongan usia lain tidak kalah banyak. Mewabah setiap 5 - 6 tahun sekali, Indonesia merupakan negara kedua di Asia Tenggara setelah Thailand dalam jumlah penderitanya.
Timbulnya penyakit di Surabaya tadi merupakan rangkaian penyebaran demam berdarah di wilayah Asia Tenggara yang dimulai tahun 1954 di Manila, Filipina. Kemudian tahun 1958 menyebar ke Vietnam Utara dan Thailand. Tahun 1963 pernah melanda India. Berikutnya, tahun 1971 meluas ke Pasifik Barat seperti Melanesia, Polinesia, Papua Nugini, Kaledonia Baru, Society Island, Gilbert dan Elicew, Fiji dan New Island. Tahun 1972 - 1973 mewabah di Thailand.
Demam dengue yang sudah dikenal sejak abad XVIII terutama di daerah tropis dan subtropis, semula tidak dianggap penyakit berbahaya. Biasanya hanya disebut demam lima hari (panas van der Scheer) atau Knokkel Koorts yang tidak dianggap serius. Baru pada tahun 1954 ketika menelan korban jiwa sejumlah anak di Filipina, penyakit ini menarik perhatian dunia. Rupanya virus yang sama telah berubah sifat (mutasi) menjadi lebih ganas sehingga penanganannya harus lebih serius.
Nyamuk antijorok
Dalam dunia kedokteran dikenal empat macam serotipe virus DBD ini, yakni den -1, den -2, den -3, dan den -4. Yang dapat diisolasi di Indonesia adalah tipe den -2 dan den -3. Sementara di Thailand terbanyak den -2. Den -3 konon lebih ganas dibandingkan dengan den -2.
Nyamuk Aedes aegypti, biang keladi DBD, ditemukan pertama kali oleh seorang ahli Mesir. Itulah sebabnya julukan awal yang disandangnya adalah nyamuk mesir. Tetapi peneliti lain, Dyar pada tahun 1912 dan Christophers pada tahun 1960 mengatakan, nyamuk ini berasal dari Afrika Timur. Kemudian menyebar ke arah timur dan barat ke kawasan tropis dan sub tropis. Namun pada tahun 1970, muncul pendapat lain. Faust Russel dan Yung menemukan fakta bahwa species nyamuk tersebut banyak terdapat di Madagaskar, Irian, Australia Utara, Filipina, dan Hawaii.
Badannya yang berwarna hitam berbintik-bintik putih, lebih kecil dibandingkan dengan nyamuk biasa. Uniknya, yang menggigit manusia hanya nyamuk betinanya saja. Sementara kaum jantan hanya tertarik pada cairan mengandung gula seperti pada bunga atau tumbuh-tumbuhan.
Aedes aegypti biasanya mengggigit pada siang hari saja, khususnya di tempat yang agak gelap. Malam harinya ia lebih suka bersembunyi di sela-sela pakaian yang tergantung atau gorden, terutama di ruang gelap atau lembap. Bagi mereka darah manusia berfungsi untuk mematangkan telur agar dapat dibuahi pada saat perkawinan. Mereka mempunyai kebiasaan menggigit berulang kali. Jadi, sekali menyerbu bisa beberapa orang sekaligus terkena. Nyamuk ini memang tidak suka tempat jorok. Tidak suka air kotor seperti air got atau lumpur kotor, misalnya. Bertelur serta pembiakkannya di atas permukaan air pada dinding yang bersifat vertikal dan terlindung pengaruh matahari langsung.
Tempat-tempat rawan nyamuk ini misalnya, tempayan tandon air yang terbuka, bak mandi, genangan air hujan pada lubang jalanan atau selokan bersih, pot tanaman atau bunga yang diisi air bersih, kaleng bekas yang dipenuhi air hujan, dll.
Aedes aegypti betina hidup rata-rata hanya 10 hari, masa yang cukup untuk pertumbuhan virus dalam tubuhnya yang bersifat infeksius itu. Ia bertelur tiga hari setelah mengisap darah di tempat yang paling disenangi yaitu genangan air bersih dan 24 jam kemudian mengisap darah kembali serta bertelur kembali. Telur yang jumlahnya bisa ratusan bahkan ribuan ini berupa bintik-bintik lembut kehitaman. Biasanya melekat persis di permukaan air yang vertikal (sisi tegak) dinding. Dalam 6 - 8 hari telur berubah menjadi nyamuk. Karena daya terbangnya dalam radius 100 - 200 m saja, ia selalu mencari mangsa yang dekat (dalam rumah atau sekitar rumah). Meski demikian ada pula pendapat yang menyatakan, usia nyamuk bisa sekitar satu bulan, terutama jika berada dalam kondisi udara optimun (24 - 28oC dan kelembapan 60 - 80%).
Sedangkan masa inkubasi (mulai digigit sampai timbul gejala) penyakit ini berlangsung selama dua minggu. Darah penderita sudah mengandung virus, 1 - 2 hari sebelum terserang demam. Virus tersebut berada dalam darah selama 5 - 8 hari. Pada saat itu penderita menjadi sumber penularan. Bila penderita digigit nyamuk, maka virus akan masuk ke dalam lambung nyamuk. Virus ini memperbanyak diri dalam tubuh nyamuk dan tersebar ke seluruh jaringan tubuh nyamuk termasuk dalam kelenjar air liurnya. Bila nyamuk yang tercemar virus ini menggigit orang sehat, ia akan mengeluarkan air liurnya agar darah tidak beku. Bersama air liur ini ikut ditularkan virus ke dalam pembuluh kapiler.
Selepas masa inkubasi baru timbul manifestasi klinis dan penderita mulai sakit. Menurut Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (P2M dan PLP), Depkes, dr. Hadi Marjanto Abednego SKM, virus dengue tergolong self limiting virus (Kompas, 21 April 1998) yang akan mati sendiri setelah tujuh hari. Sedangkan menurut pakar lain, Prof. Sumarmo, begitu gejala klinis demam berdarah mulai muncul, sebenarnya sudah tidak ditemukan lagi virus di dalam tubuh penderita.
Penyakit yang bisa digolongkan penyakit darah ini cenderung meningkat selama musim hujan. Mungkin karena faktor banyak genangan air bersih, populasi nyamuk serta frekuensi gigitan nyamuk meningkat. Seringkali penyakit DBD dikatakan sebagai penyakit wabah kota karena penderitanya banyak ditemukan di kawasan perkotaan yang berpenduduk padat dibandingkan wilayah pedesaan.
Tidak heran kalau jumlah tertinggi penderita DBD kebanyakan anak-anak usia sekolah karena menurut penelitian selama ini tempat tinggal larva terbanyak adalah gedung sekolah serta rumah hunian, apalagi yang kurang diterangi matahari dan tidak dibersihkan secara teratur. Pada pagi hari antara pukul 09.00 - 15.00 anak-anak banyak berada di sekolah atau di dalam rumah (puncak aktif nyamuk pukul 09.00 - 10.00 dan 16.00 - 17.00). Namun tidak terkecuali tempat-tempat umum seperti pasar, rumah sakit, rumah sakit bersalin, gedung perkantoran, dsb.
Pertolongan pertama
Walaupun penderita tidak mempunyai nafsu makan, hendaknya diberikan banyak minum, entah air, air sirup, atau teh agar tubuhnya tidak kekurangan cairan. Sementara itu untuk membantu daya tahan tubuh terhadap demam, kepala dikompres. Di rumah sakit pertolongan pertama adalah memberikan infus berupa larutan berisi elektrolit dan atau plasma ekspander (untuk mempertahankan air dalam pembuluh darah). Diberikan pula obat mencegah pembekuan darah intravaskuler serta obat untuk mengatasi kebocoran dinding pembuluh darah.
Bila terjadi perdarahan hebat mau tak mau harus menjalani transfusi darah (hanya sel pembeku darah atau trombosit). Namun, sebelum transfusi dilakukan jangan lupa menanyakan kepada pihak rumah sakit apakah trombosit sudah dites kebersihannya (bebas dari virus atau kuman). Sebab belakangan beberapa penderita mengeluh, setelah sembuh malah terkena penyakit Hepatitis B atau C gara-gara trombosit yang tercemar.
Sayang vaksin atau obat yang cespleng untuk membasmi penyakit ini belum ada. Jadi, penanganan selama ini hanya mengarah pada penambahan trombosit dan pencegahan kebocoran dinding pembuluh darah. Dengan bantuan WHO pernah diusahakan pembuatan vaksin DBD di Thailand, namun belum bisa diandalkan keberhasilannya. Salah satu kendalanya, menurut dr. Agus Syarurachman, Ph.D., ahli mikrorobiologi FKUI, karena tidak ada binatang model yang bisa digunakan untuk melihat sejauh mana daya proteksi serta efek vaksin tersebut. Pada simpanse, misalnya, hanya menimbulkan demam saja, tidak sampai renjatan. Kendala lain, tak adanya kekebalan silang virus den -1 - den -4. Bahkan infeksi virus berulang bisa fatal. Vaksin yang diberikan hanya bisa menangkal ke empat virus tersebut sekaligus.
Memang, orang yang sudah pernah terkena DBD bukan tidak mungkin tidak akan terkena lagi, kata seorang dokter. Tapi biasanya akan terserang virus dengue jenis serotipe lain. Misalnya seseorang pernah terkena infeksi virus den -1 dengan gejala ringan sehingga tidak perlu dirawat di rumah sakit, tubuhnya akan mengeluarkan zat antibodi untuk mengatasi virus tersebut. Bisa saja penderita yang sama pada suatu waktu terserang DBD virus serotipe den -2 (reaksi imunologis) atau den -3 (infeksi sekunder). Nah, karena timbulnya reaksi antibodi den -1 dengan virus den -2 atau den -3, akibatnya serangan malah bisa lebih berat.
Anehnya lagi, menurut penelitian, mereka yang bergizi baik justru banyak yang menderita DBD lebih parah. Semakin kuat reaksi imunologis serta daya tahan tubuhnya akan semakin besar kemungkinan renjatan terjadi.
Basmi nyamuk dan larvanya
Para dokter lebih menekankan pembasmian nyamuk DBD pada pembasmian larva dibandingkan pembasmian nyamuk betina dewasa. Untuk membasmi nyamuk bisa digunakan pengasapan atau penyemprotan dengan insektisida Malathion 4% dicampur solar pada wilayah radius 100 - 200 m di sekitarnya. Namun, cara pengasapan ini dianggap kurang efektif karena hanya membunuh nyamuk dewasa. Itu pun pengaruhnya tak akan lebih dari tiga hari. Apalagi kalau hanya di halaman saja, tidak disemprot sampai ke dalam rumah. Pengasapan yang paling efektif sebenarnya dilakukan pagi hari saat angin belum banyak bertiup. Sementara pengasapan yang dilakukan secara berulang-ulang dinilai bisa mengganggu keseimbangan ekologi. Apalagi kalau nyamuk menjadi kebal!
Sebab itu Menteri Kesehatan F.A. Moeloek telah mencanangkan kampanye pemberantasan sarang nyamuk (PSM) yang dinilai lebih efektif, dimulai pertengahan April 1998. PSM ini dilakukan serentak sekaligus himbauan 3 M( menutup, mengubur, menguras) tempat-tempat yang memungkinkan perkembangan nyamuk.
Telur, larva, dan jentik paling efektif dibasmi dengan abate 1% dicampur pasir putih (99%) yang ditaburkan ke dalam penampungan air dengan takaran 1 g untuk 10 l air atau 10 g abete untuk 100 l air. Keampuhan abete bisa efektif sampai dua bulan dalam bak yang tidak dikuras. Ulangi setiap 2 - 3 bulan. Barang-barang seperti kaleng bekas, pot tanaman bekas, yang bisa menampung air hujan, dikuburkan. Lalu menimbun lubang pagar dengan tanah atau adukan semen serta selalu menutup tempayan atau drum tempat penampungan air. Bak mandi harus dikuras secara periodik. Hati-hati pula tempat penampungan air di bawah almari es!
Untuk mencegah gigitan, upayakan antara lain dengan memasang kawat nyamuk halus pada pintu, lubang jendela, dan ventilasi. Hindari penggantungan pakaian di kamar mandi atau tempat yang gelap. Namun yang terpenting, selalu menjaga kebersihan lingkungan Anda dan segeralah ke rumah sakit begitu Anda curiga mendapat penyakit yang kini mewabah ini!
Ada Obat Herbal Alami yang aman & efektif. Untuk Panggilan Cure Total +2349010754824, atau email dia drrealakhigbe@gmail.com Untuk Janji dengan (Dr.) AKHIGBE hubungi dia. Pengobatan dengan Obat Herbal Alami. Untuk: Demam Berdarah, Malaria. Menstruasi yang Nyeri atau Tidak Teratur. HIV / Aids. Penderita diabetes. Infeksi vagina. Keputihan Vagina. Gatal Dari Bagian Pribadi. Infeksi payudara. Debit dari Payudara. Nyeri & Gatal pada Payudara. Nyeri perut bagian bawah. Tidak Ada Periode atau Periode Tiba-tiba Berhenti. Masalah Seksual Wanita. Penyakit Kronis Tekanan Darah Tinggi. Rasa sakit saat berhubungan seks di dalam Pelvis. Nyeri saat buang air kecil. Penyakit Radang Panggul, (PID). Menetes Sperma dari Vagina Serta Untuk jumlah sperma rendah. Penyakit Parkinson. Lupus. Kanker. TBC Jumlah sperma nol. Bakteri Diare.Herpatitis A&B, Rabies. Asma. Ejakulasi cepat. Batu empedu, Ejakulasi Dini. Herpes. Nyeri sendi. Pukulan. Ereksi yang lemah. Erysipelas, Tiroid, Debit dari Penis. HPV. Hepatitis A dan B. STD. Staphylococcus + Gonorrhea + Sifilis. Penyakit jantung. Pile-Hemorrhoid. Rematik, tiroid, Autisme, pembesaran Penis, Pinggang & Nyeri Punggung. Infertilitas Pria dan Infertilitas Wanita. Dll. Ambil Tindakan Sekarang. hubungi dia & Pesan untuk Pengobatan Herbal Alami Anda: +2349010754824 dan kirimkan email ke drrealakhigbe@gmail.com Catatan Untuk Pengangkatan dengan (Dr.) AKHIGBE. Saya menderita kanker selama setahun dan tiga bulan meninggal karena sakit dan penuh patah hati. Suatu hari saya mencari melalui internet dan saya menemukan kesaksian penyembuhan herpes oleh dokter Akhigbe. Jadi saya menghubungi dia untuk mencoba keberuntungan saya, kami berbicara dan dia mengirim saya obat melalui jasa kurir dan dengan instruksi tentang bagaimana meminumnya. Untuk kejutan terbesar saya minum obat herbal dalam waktu tiga minggu saya mendapat perubahan dan saya sembuh total . Saya tidak benar-benar tahu bagaimana itu terjadi tetapi ada kekuatan dalam pengobatan herbal Dr Akhigbe. Dia adalah dokter jamu yang baik.
BalasHapus