Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan Hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan

Rabu, 27 Oktober 2010

HIPERTENSI TERKENDALI STROKE TAK TERJADI

Stroke yang menimpa Soeharto pada Juli lalu konon dipicu oleh nasi kebuli berdaging kambing dan durian bangkok yang disantapnya. Tapi ada pendapat lain, itu karena penyakit ginjalnya. Namun, semuanya dibantah oleh seorang dokter spesialis yang mengetahui proses pemeriksaan stroke mantan presiden RI itu. Penyebab utamanya ialah stres akibat berbagai peristiwa yang menimpa diri dan keluarganya. Mana yang benar, kita tidak tahu. Yang jelas, ketiga hal yang diduga sebagai penyebab strokenya Soeharto itu memang termasuk dalam kategori pencetus naiknya tekanan darah seseorang. Tekanan darah yang berlebihan bisa menyebabkan serangan stroke. Walhasil, agar terhindar dari serangan yang bisa mematikan itu, tekanan darah harus terus dijaga kestabilannya, apalagi bagi mereka yang berkecenderungan memiliki penyakit hipertensi.

Perhatikan diastoliknya

Orang sering cemas bila tekanan darahnya tinggi atau rendah. Tapi yang lebih penting sebenarnya adalah mengetahui batas toleransinya. Secara umum ada dua komponen tekanan darah, yaitu tekanan sistolik (angka atas) alias kekuatan pendorong yang timbul akibat pengerutan bilik jantung, dan tekanan diastolik (angka bawah) yang merupakan kekuatan penahan pada dinding pembuluh darah saat jantung mengendur antardenyut.

Akibat dari mengerut dan mengendurnya jantung ini timbul tekanan pada dinding arteri atau pembuluh darah. Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih besar daripada tekanan yang diperlukan untuk memelihara aliran darah yang tetap.

Tekanan darah juga tergantung pada aktivitas tubuh seperti berolahraga, kegiatan rumah tangga, stres, rasa cemas ataupun rasa takut. Pada saat itu, tekanan darah meninggi dan bisa menembus batas normal. Namun, dengan beristirahat tekanan darah akan kembali normal.

Dikatakan normal apabila tekanan sistolik tidak lebih dari 140 mm Hg dan tekanan diastolik tidak lebih dari 90 mm Hg. Yang paling ideal adalah 120/80 (sistolik/diastolik). Tekanan dikatakan tinggi kalau sistolik lebih dari 160 mm Hg dan diastolik di atas 99 mm Hg, dan angka itu muncul selama tiga kali pemeriksaan berturut-turut dengan selang waktu 2 - 8 minggu.

Dalam bukunya Kiat Menghindari Penyakit Jantung, dr. Mark Payne menekankan, bila seseorang sudah cenderung memiliki penyakit tekanan darah tinggi, nomor satu ia harus selalu memperhatikan diastoliknya. Sebagai patokan, untuk usia 20 - 60 tahun, batas normal diastolik 90 - 100 mm Hg. Di atas 65 tahun 100 - 110 mm Hg.

Namun, "Bila angka diastolik di atas 85, seharusnya sudah mulai hati-hati," tulis dr. Sadoso Sumosardjuno, DSOK, dalam bukunya Pengetahuan Praktis Kesehatan Dalam Olahraga 3.

Dr. James J. Lynch, Ph.D., guru besar psikologi dari University Maryland School of Medicine, Baltimore, AS, menyatakan, untuk mendapatkan tekanan darah ideal, pengukuran dilakukan pada saat seseorang tidak beraktivitas.

Lynch menyarankan agar pengecekan tekanan darah yang meragukan diulang beberapa kali pada jarak waktu yang sama, misalnya setiap 24 jam. Bila ukuran tekanan darah Anda pada hari ini menunjukkan 170/110, jangan langsung panik. Usahakan untuk beristirahat dan tidur cukup. Kemudian esok harinya dan hari berikutnya pada jam yang sama diukur sekali lagi. Kalau memang tetap tinggi, mungkin Anda mempunyai kecenderungan berpenyakit tekanan darah tinggi. Kita perlu waspada dan mencari penyebabnya. Apakah ada faktor lain sebagai pencetus, misalnya akibat sampingan dari ginjal yang kurang beres, diabetes, atau kadar kolesterol dan trigliserida yang tinggi.

Dalam kenyataan, 50% penderita hipertensi tidak menunjukkan gejala yang jelas, apalagi bila masih dalam taraf awal. Satu-satunya jalan untuk mengetahuinya adalah melakukan kontrol teratur terutama bagi yang berusia di atas 40 tahun. Untuk mereka yang mempunyai bawaan atau keturunan, pengontrolan hendaknya sudah dimulai sejak usia 20 - 30-an.

Hindari makanan manis

Dalam pandangan dr. Audrey Luize, alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, penderita hipertensi harus memperhatikan pola makan. Ini memang susah-susah gampang. Pola makan yang dianjurkan semakin rumit kalau usia penderita di atas 50 tahun. Soalnya, pada usia ini hipertensi acap kali dibarengi komplikasi seperti penyakit jantung koroner, stroke, dll.

Beberapa persyaratan aturan makan yang dianjurkan adalah: pada pasien dengan berat badan di atas normal (kegemukan), diberikan diet rendah kalori. Makanan yang disajikan cukup mengandung semua zat gizi, karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Penggunaan garam dibatasi sesuai berat ringannya hipertensi. Sedangkan cairan (air minum) yang diberikan 1,5 - 2 l sehari.

Penderita perlu membatasi atau menghindari makan biskuit, cake, serta makanan lain yang banyak mengandung gula (manis). Juga dendeng, abon, corned beef, daging asap, ikan asin, sarden, dan mentega. Sayuran dan buah kalengan yang mengandung bahan pengawet natrium sebaiknya juga dijauhi. Demikian pula MSG (monosodium glutamat atau vetsin), petis, taoco, serta bumbu lain yang kadar natriumnya tinggi, kopi, alkohol, serta minuman lain yang mengandung banyak natrium.

Makanan yang kita makan sehari-hari rata-rata mengandung 2800 - 6000 mg natrium, yang sebagian besar dari garam dapur dan selebihnya terdapat secara alami dalam bahan makanan. Namun, pada penderita hipertensi ringan, hendaknya natrium diberikan 1 - 1,5 g per hari saja. Penambahan garam dapur sekitar 2 g atau setengah sendok peres. Pada penderita hipertensi sedang, natrium diberikan 600 - 800 mg per hari. Penambahan garam dapur 1 g per hari atau setara dengan 1/4 sendok teh peres. Sedangkan hipertensi berat, diberikan 200 - 400 mg per hari, tanpa pemberian garam dapur.

Tentu saja selain mengatur pola makan, disarankan agar penderita berhenti merokok serta mengontrol berat badan. Yang terlalu gemuk tentu saja harus diturunkan sampai batas normal, karena kegemukan merupakan salah satu faktor pemicu bagi yang sudah mempunyai bakat. Menurut Payne, penurunan berat badan sampai 5,5 kg dapat menghasilkan penurunan tekanan darah diastolik sekitar 10 mm Hg.

Sering dikatakan, kalau sudah menderita tekanan darah tinggi, jangan sekali-kali makan sate kambing atau durian. Sebenarnya, tidak hanya daging kambing atau durian saja, tapi semua jenis makanan yang bergizi tinggi (protein hewani, tinggi lemak, tinggi hidrat arang) serta tinggi natrium (asin) seperti makanan bersantan, ikan asin, daging merah, goreng-gorengan, hendaknya dihindari atau dibatasi untuk mencegah serangan stroke. Masukan kalium seperti sayuran dan buah-buahan bagi mereka yang fungsi ginjalnya normal sangat dianjurkan.

Beragam obat penurun tekanan darah yang ditawarkan secara bebas, ada baiknya diwaspadai. Sebaiknya tidak minum obat tanpa anjuran atau resep dari dokter. Sebab obat penurun tekanan darah harus disesuaikan dengan berat ringannya penyakit, usia penderita, keberadaan penyakit lain, berat badan penderita, serta obat lain yang sedang diminum.

Hati-hati dengan obat yang dapat meningkatkan tekanan darah seperti obat rematik, pil KB, prednison, kostikosteroid, dan antidepresan trisiklik. Mengatur pola makan dan mengubah pola hidup sehari-hari akan lebih baik daripada mengkonsumsi obat-obatan.

Latihan jalan kaki

Sebuah penelitian menyatakan, latihan olahraga dapat menurunkan tekanan sistolik maupun diastolik pada usia tengah baya yang sehat dan juga mereka yang mempunyai tekanan darah tinggi ringan. Pendapat lain menyatakan, latihan olahraga tidak dapat menurunkan tensi pada penderita yang mengalami hipertensi berat. Tetapi paling tidak olahraga membuat seseorang menjadi lebih santai. Aerobik menimbulkan efek seperti beta blocker, yang dapat menenangkan sistem saraf simpatikus sehingga melambatkan denyut jantung.

Menurut dr. Sadoso, aerobik juga membuat seseorang mengeluarkan banyak cairan, mirip dengan khasiat obat hipertensi yang bersifat diuretik. Dengan berolahraga, jumlah hormon noradrenalin serta hormon-hormon lain penyebab stres (pembuluh darah menciut dan menaikkan tekanan darah) juga bisa diturunkan. Namun, penderita hipertensi hendaknya menghindari olahraga isometrik (misalnya angkat besi) yang mudah meningkatkan tekanan darah. Olahraga isotonik seperti jalan kaki, berenang, dll. lebih dianjurkan, dan hendaknya dilakukan sekitar 30 menit sehari dan tiga kali seminggu.

Sebaliknya, orang yang tidak pernah melakukan olahraga menurut penelitian Ralph Paffenharger, Ph.D., punya risiko mendapat tekanan darah tinggi 35% lebih besar. Hasil penelitian lain menyimpulkan, orang yang tidak pernah berlatih olahraga risikonya bahkan menjadi 1,5 kalinya. Namun, dr. Sadoso mengingatkan, khusus bagi mereka yang menderita tekanan darah tinggi tingkat berat, jangan gegabah melakukan olahraga tanpa dibarengi dengan diet makanan dan bantuan obat-obatan.

Penelitian dr. Duncan membuktikan, latihan atau olahraga seperti jalan kaki atau joging, yang dilakukan selama 16 minggu akan mengurangi kadar hormon norepinefrin (noradrenalin) dalam tubuh, yakni zat yang dikeluarkan sistem saraf yang dapat menaikkan tekanan darah.

Berat badan yang berlebih juga merupakan biang keladi tekanan darah tinggi. Bisa demikian karena diperkirakan, orang yang kegemukan akan mengalami kekurangan oksigen dalam darah, hormon, enzim, serta kurang melakukan aktivitas fisik dan makan berlebihan. Terlalu banyak lemak dalam tubuh dapat menyebabkan badan memerlukan lebih banyak oksigen. Jadi, jantung harus bekerja lebih keras.

Hasil tes pada orang dewasa maupun anak-anak dari berbagai usia yang memiliki jaringan lemak 25% lebih banyak dari jumlah lemak yang seharusnya pun, menurut Sadoso, mempunyai risiko mengalami tekanan darah tinggi. Dalam hal ini tentu saja satu-satunya jalan untuk menanggulanginya adalah dengan menurunkan berat badan melalui diet dibarengi olahraga teratur.

Pengobatan tekanan darah tinggi, menurut Sadoso, memang multifaktoral yakni mulai dari mengurangi garam, mengurangi makanan bergizi tinggi, menurunkan berat badan, dan olahraga. Bila ingin berolahraga, hendaknya dilakukan sebelum minum obat, sebab obat-obatan darah tinggi dikhawatirkan memiliki efek sampingan.

Yang tidak kalah penting juga berusaha menghindari stres dengan latihan relaksasi, istirahat cukup, dan rekreasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar